4

916 64 15
                                    

"Hufff..." Camila menghela nafas saat langkahnya semakin dekat dengan orang yang dituju. Rasa percaya dirinya semakin memudar dan genggamannya pada apel di tangannya semakin erat.

Saat sang gadis bermata hijau tersebut berada hanya tiga langkah darinya jantungnya berdetak sangat kencang, bahkan detaknya bisa ia dengarkan diantara suara berisik lautan siswa di kantin tersebut. Ia menoleh dan mendapati semua sahabatnya masih menatapnya tak percaya, masing-masing memberikan tatapan seakan melarangnya untuk melanjutkan aksinya. Itu takkan bisa menghentikannya. Dan akhirnya ia berada di meja yang dituju.

"Hei... Lauren..." ia menyapa dengan suara gemetar, khawatir bila kembali dianggap mengganggu.

Gadis bermata hijau yang masih tengah asyik mengobrol dengan kedua sepupunya langsung mendongak, dan sangat terkejut melihat siswa dengan gelar paling nakal satu sekolahan serta gadis yang juga membantunya semalam berada dihadapannya. Menatap sepupunya satu per satu, ia hanya mendapat angkatan bahu tanda tak tahu dari keduanya. Hailee sempat tersenyum pada Camila namun hanya dibalas dengan senyuman palsu.

"Iya, ada apa?" Lauren berdiri dengan perlahan, meniru posisinya. Camila bisa merasakan jantungnya seakan mau meletus. Panik ia rasakan. "Kau menghampiriku untuk membicarakan kejadian semalam?" ia kembali tersenyum untuk kedua kalinya hari ini, membuat Camila terkejut dan merasa dirinya bisa jatuh kapan saja melihat senyuman tersebut. Efek apa ini? Ia tak paham mengapa Lauren berani mengakui kejadian semalam dihadapan sepupunya. Apa ia sudah cerita? Bila begitu, ini adalah pertanda baik. Kepercayaan dirinya kembali terbangun.

"Tidak juga." Camila mengangkat bahu, merasa ini akan menjadi awal yang baik bagi keduanya. "Sebenarnya aku ingin... aku ingin minta maaf padamu atas perilaku kurang menyenangkan dariku selama ini. Aku membawakanmu apel sebagai tanda permintaan maaf." ia menyodorkan apel segar tersebut, dan Lauren mengangkat sebelah alisnya pada apel di tangannya. Dengan cepat Camila mengusap apel tersebut pada bajunya dan kembali menyodorkannya pada gadis tersebut. "Aku bisa memastikan apel ini masih segar dan bersih dan ini sama sekali tak beracun seperti di film princess."

Camila bisa merasakan mata kedua sepupu Lauren berada padanya, beberapa siswa juga menatapnya heran mengetahui bahwa satu-satunya alasan ia berbicara dengan Lauren adalah hanya pada saat melakukan kesalahan padanya. Bagi beberapa orang ini adalah hal biasa untuk disaksikan; melihat Camila memohon maaf dan Lauren hanya akan menatapnya tajam lalu berjalan menjauh. Mata para sahabatnya juga masih padanya, menunggu reaksi dari gadis bermata hijau tersebut. Dan seketika, semua orang yang menatap keduanya tercengang saat mendengar suara tawa kecil dari bibir Lauren. Membuat Camila memberanikan diri untuk kembali bicara.

"Terimalah apel ini bila kau memaafkanku." ia melanjutkan, dan Lauren masih terdiam menunggunya sampai selesai. "Semalam aku menceritakan kejadian tentangmu pada keluargaku. Aku beranggapan bahwa kau telah memaafkanku karena telah menolongmu, tapi kakakku yang menyebalkan berkata bahwa sebelum ada kata maaf keluar dari mulutmu maka itu artinya aku belum dimaafkan atas segala kesalahanku selama ini. Aku tak tidur semalaman dan memutuskan untuk memohon maaf hari ini." Camila menambahkan sedikit kebohongan agar bisa di maafkan. Hanya sedikit. Bukan masalah besar.

"Baiklah," Lauren mengangguk, mengambil apel tersebut dari tangannya dan langsung menggigitnya. Membuat semua orang semakin tercengang termasuk Camila sendiri. Ia lalu tersenyum pada gadis tomboy tersebut. "Aku memaafkanmu. Tapi bukan karena semalam kau menolongku, kita memang harus saling menolong, bukan? Kita juga sekelas untuk beberapa pelajaran. Aku memaafkanmu karena kau telah berani bicara denganku dengan orang sebanyak ini." ia menganggukan kepalanya pada orang-orang di kantin, yang mana semua mata kini tertuju pada keduanya. Camila terkejut saat menyadari hal tersebut. "Kita juga harus bisa saling memaafkan. Entah itu kesalahan besar atau pun kecil."

Coincidence {Camren}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang