13

807 55 22
                                    

Lebih dari sepuluh menit Lauren duduk di bangku taman sembari menatap ke arah kolam kecil yang terdapat Lauren yang masih berenang di dalamnya. Tatapannya kosong, seakan yang berada di hadapannya hanyalah papan putih bersih yang tak bertuliskan apa pun.

Jauh di dalam lubuk hatinya ia berharap bahwa keputusannya untuk mengajak Camila bertemu dan menceritakan semua hal yang selama ini ia sembunyikan adalah keputusan yang tepat. Ia belum siap untuk merusak segalanya; semua pengorbanan dan usahanya untuk bisa dekat bersama Camila.

Meski dalam kenyataan Camila adalah satu-satunya orang yang mengajak untuk mengobrol lebih dulu. Tapi Lauren telah mempertahankan perasaannya, menjaganya tetap utuh selama hampir empat tahun.

Kalau boleh jujur, lebih sulit mempertahankan daripada mendapatkan. Jika suatu saat Lauren bisa mendapatkan gadis tersebut, maka ia tak yakin apakah bisa mempertahankannya. Hal itu memang benar mudah untuk dikatakan tapi sulit untuk dilakukan.

Satu keuntungan yang ia miliki adalah, Camila juga tak berpengalaman dalam membina hubungan. Tentu ia tahu bahwa gadis tomboy tersebut telah berkali-kali mencium wanita dan salah satunya adalah sepupunya sendiri.

Dan berdasarkan pengakuan Camila sendiri bahwa ia masih takut untuk membina hubungan, membuat Lauren jadi berpikir kenapa mereka tak menjalin sebuah hubungan dan menjadi pasangan kekasih.

Keduanya memiliki karakter yang berbeda tapi Lauren yakin bahwa hati mereka telah bersatu. Impiannya untuk memberikan ciuman pertamanya pada orang yang pantas dan ia cinta telah tercapai. Meski itu hanya kecupan semata, namun bibir Camila telah menempel pada bibirnya dan itu disebut ciuman.

Sang gadis bermata hijau sama sekali tak tahu perihal ciuman yang ia berikan pada Camila saat di vila. Menjadi seorang sleepwalker memang tak mudah; kadang ia bisa melakukan sesuatu yang bisa menguntungkan orang lain seperti yang terjadi pada Camila, dan kadang bisa merugikan orang lain hingga menghilangkan nyawa.

Lauren tak sadar bahwa saat itu ia memeluk Camila, tak sadar bahwa ia meminta gadis tersebut untuk memeluknya, tak sadar bahwa ia telah menciumnya. Semua itu di luar kendalinya sendiri dan ia tak pernah menginginkan itu.

Hal terakhir yang Lauren inginkan adalah menyakiti seseorang karena menjadi seorang sleepwalker. Dan hal lain yang tak ia sadari adalah, ia telah membuat Camila bahagia berkat keaadaannya tersebut dan membuatnya sadar bahwa ia mencintainya.

Saat berhasil mengembalikan pikirannya ke bumi, Lauren kemudian melirik jam yang telah menunjukkan pukul 5: 09 pm. Camila harusnya sudah tiba sekarang.

Mengambil ponsel untuk menelpon orang yang ditunggu, Lauren langsung membatalkan rencananya saat sebuah suara tak asing memanggil namanya dari kejauhan. Mengabaikan ponsel tersebut, ia mendongak dan mendapati Camila yang melambai ke arahnya dengan senyuman khas yang membuat jantung Lauren berdetak dua kali lebih cepat.

Bahkan hanya dengan senyuman ia membuatnya seperti ini. Bagaimana dengan hal lain? Lauren bisa langsung mati tempat.

"Hai," Camila langsung memeluknya bahkan saat ia belum sempat membalas sapaannya. Lauren terkikih dan balas memeluk gadis tersebut sebelum akhirnya saling melepaskan. "Maaf aku sedikit terlambat. Kau pasti telah lama menunggu."

"Oh, tidak." Lauren tersenyum, mengayun tangannya di depan wajah keduanya. "Aku belum lama disini. Kau tak perlu khawatir seperti itu."

"Baiklah, kau tahu sendiri salah satu kebiasaanku itu terlambat, 'kan?" Camila bertanya saat keduanya duduk bersama di bangku panjang tersebut. "Gelar Ratu Terlambat telah diberikan padaku."

"Aku tahu." Lauren mengangguk, tertawa kecil.

Sekali lagi ia membuat Camila bingung. Bagaimana ia bisa tahu semuanya? Kali ini Camila hanya mengabaikannya dan menggeleng dengan senyuman serta melawan untuk bertanya. Lauren di sisi lain bisa membaca pikirannya dan tahu kebingungannya.

Coincidence {Camren}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang