16

992 64 57
                                    

Camila menghela nafas saat berdiri di depan pintu rumah Lauren. Sekarang ini ia bersiap-siap untuk menjalankan 'kencan' keduanya. Waktu seakan berjalan lebih lama dari biasanya yang mana membuatnya sempat jenuh. Tapi sekarang ini ia telah mempersiapkan diri agar bisa membuat sang gadis bermata hijau terkesan.

Gadis itu telah memencet bel dan mengetuk beberapa kali, tinggal menunggu seseorang untuk membuka pintu untuknya. Ia gugup, tentu saja. Hal itu bisa dimaklumi karena kencan kali ini pasti akan berbeda dari yang pernah ia lakukan sebelumnya, yang mana itu hanya permainan semata.

Tapi kali ini semuanya serius. Dilihat dari sisi mana pun itu memang serius. Camila tak boleh mempermainkan Lauren. Lagipula, perasaannya sangat berbeda terhadap gadis tersebut. Entah cinta atau bukan, tetap saja itu berbeda.

Pintu yang sejak tadi tertutup akhirnya terbuka, menunjukkan ibu Lauren yang langsung tersenyum padanya.

"Selamat malam, Ny. Jauregui." ia menyapa dengan sedikit gugup, mengulurkan tangannya pada wanita tersebut.

"Hai, Camila. Senang bisa melihatmu lagi." ia menjabat tangan gadis muda tersebut dengan senyuman di bibirnya. "Masuklah."

Camila menggumam terima kasih dan mengikuti apa yang diminta. Ia melihat Clara menutup pintu lalu mempersilahkannya untuk duduk. Sang gadis bermata coklat dengan senang hati menurut.

"Kau ingin minum sesuatu?" Clara menawarkan, duduk menghadapnya di sisi lain sofa.

"Tak usah, Ny. Jauregui. Tapi terima kasih telah menawarkan." Camila menolak dengan lembut dan Clara mengangguk paham.

"Kau kemari untuk menjemput Lauren, bukan? Dia bilang kalian akan keluar bersama." Clara memastikan.

"Itu benar sekali. Aku hanya berpikir tak ada salahnya jika kami menghabiskan waktu bersama." ia mengakui, mengangkat bahu dengan santai.

"Kau tahu, Camila, ini adalah perubahan besar bagi Lauren." Clara memberitahunya dengan riang, membuat Camila mengerutkan kening. "Selama ini dia tak pernah jalan bersama orang lain selain para sepupunya. Mungkin kau tak tahu, tapi dia sedikit tertutup."

"Aku senang bisa menciptakan perubahan itu padanya." Camila tersenyum pada wanita tersebut. "Anda tahu, tak pernah ada di pikiranku jika kami bisa sedekat sekarang."

"Sebenarnya aku dan ayahnya juga sangat terkejut saat mengetahui kalian pernah jalan-jalan berdua." Clara mengecilkan suaranya agar tak didengar orang lain. "Kami tak tahu bahwa Lauren memiliki teman di luar sepupunya."

"Sebenarnya kami belum begitu dekat, Nyonya. Baru beberapa hari terakhir." Camila mengakui dengan polos. "Aku senang bisa mengenal putri Anda. Dia orang yang baik."

"Camila, apa kau..." Clara berusaha bertanya namun terhenti saat suara Lauren menggema di rumah besar tersebut.

"Aku tak tahu kau sudah tiba." ia berjalan menuruni tangga dengan senyuman melekat di bibirnya, pandangannya tertuju pada Camila. "Ibu, kau seharusnya memanggilku agar Camila tak lama menunggu."

"Oh, tidak. Tak apa." Camila menenangkannya, berdiri untuk menyambutnya. "Kita tak sedang dikejar waktu, bukan?" ia mengedipkan matanya pada gadis tersebut.

"Dasar kau." Lauren terkikih setelah berhasil mencapai posisinya, berdiri menghadapnya.

"Kau siap?" Camila memastikan dan Lauren mengangguk malu. "Mau jalan sekarang?"

"Tentu." ia kembali mengangguk sebelum menghadap sang ibu yang masih menyaksikan interaksi keduanya. "Aku pamit, ya?"

"Hati-hati." Clara berdiri dan mencium kening sang putri. "Jaga putriku, Camila." ia memberi gadis tersebut tatapan peringatan.

Coincidence {Camren}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang