Seharusnya aku tidak begini. Seharusnya aku tidak terlalu menyesal dengan apa yang aku ucapkan tadi.
Memintanya untuk melupakanku? Hah! Yang benar saja! Bahkan aku tau, bagaimana rasanya ketika ia berada di hidupku.
Berpura pura seolah aku akan baik baik saja jika ia melakukan itu. Sungguh, perempuan mana yang mau mau saja ketika dilupakan oleh orang yang membuatnya nyaman?
Astaga, bisakah aku tarik ucapanku tadi? Ucapan yang mengatakan bahwa seharusnya ia berhenti.
Memang itu hatinya. Dan itu artinya, hanya ia yang berhak menentukan bagaimana jalanya perasaanya. Tapi mungkin, aku tak seharusnya terlalu munafik dengan mengatakannya untuk melupakanku.
Menyuruhnya agar seharusnya ia berhenti saja sampai sini. Kenapa bisa aku se-munafik ini? Kenapa bisa, aku mengatakan itu jika akhirnya aku akan menangis dan menyesali apa yang aku ucapkan?
Aku bisa terus terusan gila jika seperti ini. Berhenti membuatku benar benar menyesal dan berhenti mengelilingi kepalaku!