DELAYOTA Fifteen

7.1K 319 0
                                    

~Lebih baik kamu seperti ini daripada aku kehilangan kamu lagi-

"Yaudah kalau kamu belum bisa jawab, masih ada waktu sebulan sebelum berangkat ke Jerman" kata Papa kemudian.

****
Pagi harinya,Bariq udah jemput di depan rumah dengan motor yang biasa ia gunakan.

"Udah siap?"

Gue terdiam.

"Lo masi marah sama gue?"

Gue mengerucutkan bibir, dan naik ke motornya.

"Inget ya Mbem, nggak usah sok imut gitu. Lo mau bikin gue tambah melted terus makin naksir lo?"

Gue mempererat pegangan gue di jaketnya.

"Kalo lo dingin taruh aja tangan lo di saku jaket gue." Ujarnya lalu memegang tangan gue dan menelusupkan di saku jaketnya.

"Yay jangan diem aja dong. Maafin gue deh, kamarin marah sama lo."

"Lo udah nggak marah lagi kan?"
"Iya gue nggak marah lagi." Jawabnya sambil tersenyum.

Sesampainya di sekolah, gue berjalan beriringan menuju kelas. Di depan pintu, Kak Darel udah nunggu sambil berdiri dan menatap ke arah kami.

"Ck. Dia lagi." Bariq berdecak kesal.

Gue menggigit bibir dalam dalam.

Kami berhenti dan berhadapan. Kak Darel mengabaikan Bariq dan menatapku.

"Nih coklat buat lo, buat lo yang lagi badmood sama pacar lo." Dia mengulurkan sebatang coklat.

Gue manatap Bariq, dan ia hanya mengangguk.

"Tapi..." kata kataku terpotong.

Bariq menyambar coklat itu dan tersenyum pada Kak Darel.

"Gue sebagai adikelas lo, mau bilang makasih udah baik sama cewek gue. Gue memghargai lo juga sebagai kakak kelas gue makanya coklat ini gue terima. Tapi ini jadi terakhir kalinya lo ngasih yang beginian ke cewek gue." Jelas Bariq.

Kemudian kami masuk kelas, Kak Darel sendiri hanya mematung. Kemudian dia pergi.

"Riq, gue nggak enak sama Kak Darel."

"Hm..? Terus?..." Bariq mulai memutar bola matanya.

Kemudian, Olla datang.

"Lo berdua ngapain berangkat pagi pagi buta."

"Gue emang kepagian bangunnya jadi jemputnya juga pagi."

"Lha lo, serius banget, Kak Darel lagi kan? Sini buat gue aja coklatnya. "

"Dia menyambar coklat di atas meja kemudian memakannya."

****
Pulang sekolah...

Gue menunggu Bariq di kantin, katanya ngajakin makan di kantin sebelum pulang. Kemudian, seseorang menepuk bahu gue dari belakang. Gue menoleh.

"Kak.."
"Apa lagi sih lo ha?" Ujarku pada Darel.
"Yang tentang lo salah paham dulu itu sebenarnya cuman rekayasa. Rey itu dia sayang banget sama lo. Dan gue nggak naksir dia. "
"Sebenernya gue udah nggak mau bahas itu lagi Del, gue udah mengubur itu. Dan lo cukup bikin hidup gue tenang. "Jelasku.

"Kak lo heran nggak sih kenapa Olla bilang lo mirip Kak Bariq?" Ujarnya.

"Apa sih lo Del, nggak jelas banget. Gue nggak heran kalo ada yang bilang gue agak miripan sama Bariq. Ada yang bilang kalo mirip berarti itu jodoh!"

Dari arah kejauhan, ada seseorang yang memanggil nama gue. Gue nggak mempedulikan dia meski gue tau itu suara Bariq. Dia terus melangkah ke arah kami dan hampir sampe.

DELAYOTA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang