0 : Awal dari Semuanya

4.3K 433 15
                                    

"Aku tidak tahu kenapa aku harus bertemu denganmu. Kenapa kamu hidup dalam alam bawah sadarku dan  membiarkan imajinasiku tentangmu terus tumbuh semakin kuat."-Elisabeth Althea.  

✨✨✨

Hampir satu setengah jam mobil sedan merah itu berjalan di antara bukit-bukit dan pepohonan. Hujan deras yang mengguyur di luar sana membuat udara di dalam mobil menjadi lebih dingin walaupun AC yang digunakan sudah level yang terkecil.

Sayup-sayup mata gadis berpakaian serba pink itu mengantuk. Dia sudah lelah bermain seharian tadi dan juga udara di dalam mobil yang sangat cocok untuk tidur.

"Mama, Lisa ngantuk," ucapnya sambil mengusap-usap matanya yang mulai tak kuat terbuka itu.

"Tidur aja, sayang," Wanita berbaju merah yang duduk di sampingnya itu tersenyum hangat lalu meraih Lisa ke dalam pelukkannya. Dia kemudian melepaskan syal merah yang ia kenakan lalu memberikannya kepada putri kecilnya itu. "Pake ini dulu ya biar hangat."

Lisa mengangguk lemah. Wanita berambut lurus nan hitam seperti Lisa itu mengenakan syal merahnya kepada putrinya dan membiarkan gadis kecil itu tertidur di pelukkannya.

Dari luar, gadis kecil itu mungkin memang terpejam tetapi sebenarnya dia sedang berpetualang di alam bawah sadarnya. Perlahan, gadis itu terbawa ke dalam mimpi. Walaupun sebenarnya dia tak tahu itu mimpi atau bukan. Semua yang terlihat di sana begitu nyata. Dia bahkan bisa merasakan embun yang ada di atas daun
Lisa berada di sebuah taman, cukup mirip dengan taman yang baru saja ia kunjungi tetapi tidak ada permainan di sini selain ayunan.

Gadis bersepatu merah jambu itu melangkahkan kakinya. Berjalan menyusuri rumput hijau di bawah pepohonan yang rindang. Rasanya sejuk dan menyenangkan di sini. Satu hal yang Lisa tak suka, dia sendirian di sana. Hingga akhirnya dia menemukan sebuah bangku dimana seorang laki-laki berseragam putih biru sedang duduk sendirian seperti dirinya.

Cepat-cepat Lisa menghampirinya. Walaupun dia tidak tahu itu orang jahat atau tidak, tetapi setidaknya Lisa tidak merasa sendirian di sini.

"Halo, kakak siapa? Kok sendirian?" Gadis kecil bersyal merah itu bertanya sambil menatap bocah laki-laki berseragam putih biru itu. Dia tersenyum, memamerkan jajaran giginya yang hilang satu setelah dicabut oleh dokter gigi kemarin. "Namaku Elisabeth, bisa dipanggil Lisa. Aku lima tahun, bentar lagi lulus TK."

Laki-laki itu tersenyum lalu berjongkok dan mengusap pipi chubby Lisa dengan lembut. "Namaku Gilang. Gilang Ajinegara. Umurku tiga belas tahun."

"Umur kakak sama kaya kakakku," celetuk Lisa tanpa menanggalkan senyumnya. "Kak Gelar juga tiga belas tahun. Seragam kakak juga sama, putih biru."

Gilang hanya tersenyum kecil. Menatap gadis manis itu dengan tatapan iba. Gadis itu terlalu dini untuk menanggalkan senyumnya.

"Kakak, aku pergi dulu ya? Nanti Mama nyariin," pamit Lisa sambil tersenyum manis. Dia hendak melangkahkan kaki kecilnya pergi dari tempat itu, tapi tangan Gilang justru menahannya.

"Jangan pergi sekarang," ujarnya, masih berjongkok dan mengenggam tangan Lisa. "Nanti Kakak antar, terlalu menakutkan buat kamu kalo pergi sekarang."

"Kenapa?" Lisa mengerutkan bibirnya. Menatap Gilang penasaran dengan wajah polosnya.

"Ini terlalu menakutkan untuk gadis kecil semanis kamu," ucap Gilang yang membuat Lisa semakin tak mengerti. Tangan Gilang itu terulur, membelai rambut hitam legam gadis berponi datar itu. "Aku aja enggak tahu bisa kuat atau enggak."

Lisa semakin bingung menatap Gilang.

"Mulai sekarang, aku akan jadi pelindung kamu, oke? Kalau ada yang nakal bilang aja sama Kakak ya?"

"Tapi Lisa punya Kak Gelar," ucapnya sambil mengerutkan bibir. Gadis itu mengigit bibir bawah bagian dalamnya. "Jadi kakak Lisa ada dua sekarang?"

Gilang pun mengangguk.

Sayangnya mimpi indah itu berkebalikan dengan apa yanh terjadi di dunia nyatanya.

✨✨✨

28 Februari 2018

Sampai Jumpa di MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang