Lampu ruangan bercat biru muda ini masih menyala dengan terang. Laki-laki berkaus putih polos dan celana basket itu menatap meja kerjanya sambil berkacak pinggang. Sebuah pensil sudah terselip di telinganya tapi dia masih belum memiliki ide untuk melanjutkan desain yang sedang ia kerjakan itu.
Daftar ide dari kliennya sudah berjajar pada sticky notes yang menempel di ujung-ujung meja kerjanya, tapi tetap saja Gilang buntu untuk mengerjakan itu. Webtoon, webtoon, webtoon. Sudah sejak dirinya membuka mata di pagi hari tadi Gilang menstalk aplikasi webtoon dan mencari komik yang membuat Lisa hingga tidur larut malam dan dirinya tetap tidak tahu hingga detik ini.
"Siapa sih Theo? Gue muncul bertahun-tahun bahkan tiap hari di depan Lisa tapi tuh cewek malah sering marah-marah ke gue?" Gilang merutuk penasaran. Pensil yang terselip di telinganya ia pindahkan ke bibir bagian atasnya lalu memajukan bibir itu beberapa centi sehingga pensil itu tidak terjatuh.
"Apa gue bobok bentar aja kali ya terus tanya Lisa judul webtoonnya apa?" tanya Gilang pada dirinya sendiri sebelum meletakkan kepalanya di atas meja dan mulai terpejam. Lagipula ini sudah setengah dua belas malam, matanya juga sudah lelah dan tak butuh waktu lama bagi Gilang untuk terlelap.
"GILAANGGG! KEMAREN LO NYURUH GUE BOBOK KAYA BIASA SEKARANG LO YANG ENGGAK DATANG-DATANG!"
Suara melengking itu segera menyambut Gilang ketika laki-laki itu mulai terlelap. Sayangnya, bukan di bangku atau ayunan dimana dirinya biasanya tiba di alam mimpi, melainkan tepat di hadapan Lisa.
"Gue banyak kerjaan," jelas Gilang sambil menyusap kupingnya yang berdengung karena frekuensi tinggi mendadak yang menggetarkan gendang telinganya. "Emangnya lo yang mantengin webtoonnya Theo?" Sindir Gilang sambil menatap gadis yang rambutnya berantakan seperti bekas kepangan itu dari sudut matanya.
"Ah, enggak seru, ah!" sahut Lisa sambil mengerutkan bibirnya.
"Bukannya lo yang ngomong kalo ngimpi ketemu gue itu enggak seru? Lo pengen ketemu yang lain," balas Gilang dengan nada datar yang membuat bibir Lisa semakin berkerut.
"Aih, Gilang, kok lo baperan gini sih?"
"Gue enggak tahu kenapa cewek kecil yang pipinya chubby dan gemesin dulu itu sekarang berubah jauh. Semenjak lo masuk SMP, semuanya berubah, Lis. Bahkan lo manggil gue yang delapan tahun lebih tua dari lo tanpa embel-embel Kak lagi."
Lisa menunduk lesu. Tangannya memainkan kaus merah muda yang ia kenakan untuk tidur. "Ya... maaf."
"Lo juga suka marah-marah, Lis. Padahal dulu gemesin banget sampe gue pengen bawa lo keluar dari mimpi," sambung Gilang yang membuat rasa bersalah Lisa semakin mendera.
"Jadi lo pengen gue panggil Kak lagi? Pengen gue baik-baikkin lagi?"
Gilang hanya memalingkan wajahnya dan bergeming.
"Jadi gue udah kaya adek buat lo?"
Gilang mengangguk samar. Antara Ya dan Tidak walaupun cenderung ke tidak, tapi agar gadis itu nyaman, tak masalah untuk sementara ini. Untuk seseorang yang tidak pernah bertemu di dunia nyata, Lisa pasti menganggapnya hanya manusia khayalan saja. Apalagi mereka berdua bertemu di mimpi.
"Kak Gilang, maafin Lisa ya?"
Lisa meraih tangan Gilang menggenggamnya dengan erat sambil tersenyum simpul. Membuat jantung Gilang berdegup kencang walaupun dia tahu itu hanyalah mimpi, yang sangat nyata. Gilang mengangguk pelan, lalu mengusap rambut Lisa yang mencuat kemana-mana itu dengan lembut.
"Lisa, judul webtoon yang kamu baca apa? Yang dibuat sama Theo."
"I'll Guard You."
Mendengar judul webtoon tersebut, Gilang ingin mendesis sebal sebenarnya. Ingin dia berkata 'alay!' tapi Lisa ada di hadapannya, nanti dia tersinggung lagi.
"Okay, gue bangun dulu. Mau nugas," pamit Gilang sebelum akhirnya menghilang.
"DASAR BANGSYUT LO, GILANG!"
✨✨✨
7 Maret 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Sampai Jumpa di Mimpi
Short Story[BOOK 3] [COMPLETED] Lisa tak pernah tahu apa yang terjadi pada dirinya. Sejak usianya menginjak lima tahun, dirinya selalu bermimpi tentang orang yang sama. Hingga saat ini usianya sudah enam belas tahun. Anehnya, orang yang datang pada mimpinya it...