Kemeja, jas dan dasi sudah melekat di tubuh Gilang. Membuat kesan maskulin pada dirinya segera terpancar. Apalagi rambut gaya spike nya dan juga aroma parfum yang menyebar di dalam mobil ini.
Siang ini, setelah makan siang, Gilang berencana pergi ke salah satu perusahaan furniture yang sudah lama menjadi andalannya dalam mendesain interior rumah. Laki-laki itu akhirnya tiba di sebuah rumah yang juga merupakan kantor induk dari perusahaan furniture itu.
Kaki Gilang melangkah dengan cepat seperti sudah hafal pada setiap sisi rumah ini. Hingga akhirnya ia tiba di sebuah ruangan yang ada di lantai bawah.
"Hello, Bro!" ucapnya dengan lantang pada seorang laki-laki yang duduk di kursi roda, Gelar.
"Long time no see, Gilang," sahutnya tanpa berpindah tempat.
Mereka berdua kemudian melakukan high five sebelum mengobrol.
"Jadi jangan lupa bikinin pesenan clien gue itu oke?" pungkas Gilang sambil melipat tangannya di atas meja.
"Siap bos!" sahut Gelar seraya tersenyum.
Hingga mata Gilang menangkap sesuatu yang tidak asing di atas meja Gelar. Foto seseorang yang rasanya tidak asing bagi laki-laki itu.
"Ini Lisa bukan sih?" gumam Gilang, tapi Gelar bisa mendengarnya.
"Lo kenal adek gue?"
Pertanyaan dari Gelar itu membuat mata Gilang segera melebar ke arah laki-laki yang ada di hadapannya. Jadi Lisa adik dari Gelar?
"Kenapa lo enggak ngomong dari dulu kalo Lisa adek lo?!"
"Kenapa juga gue harus ngenalin adek gue ke lo?"
"Kenapa lo baru majang foto Lisa sekarang? Sebagai kakak lo harusnya majang fotonya dimana-mana kalo bisa satu ruangan ini isinya foto Lisa semua!"
Gelar menghentikan aktivitasnya, menatap Gilang dengan tatapan aneh, curiga ya.. sulit dijelaskan. "Gue mau majang fotonya Selena Gomez di sini juga bukan urusan lo."
"Argh!" Gilang bangkit dan mengerang kesal. "Kenapa gue harus lari-lari nyeberang jalan, bikin kaki patah, masuk rumas sakit," omel laki-laki itu yang membuat Gelar semakin bingung.
"Mana gue tahu," ucap Gelar lalu melanjutkan pekerjaannya.
"Lar, foto bareng yuk?" ajak Gilang tiba-tiba, membuat Gelar mengernyit.
"Apa?"
Tanpa ijin dan babibu, Gilang mengambil ponsel Gelar yang ada di meja begitu saja dan membuka kamera. Dia menarik Gelar ke dekatnya lalu tersenyum lebar.
Tanpa menunggu Gelar berpose pula, laki-laki itu beberapa mengambil gambar begitu saja.
"Nanti kasih lihat fotonya ke Lisa ya!" ucap Gilang dengan begitu bersemangat sambil mengemasi barang-barangnya.
"Kenapa gue harus kasih lihat foto ini ke Lisa? Gue enggak komuk lagi," sahut Gelar heran, hendak menghapus foto itu dari galeri ponselnya.
"Awas aja lo hapus, kerja sama kita berhenti di sini, Kakanda," ujar Gilang sambil menatap tajam ke arah Gelar dari ekor matanya.
Gilang kemudian pergi dari kantor Gelar.
✨✨✨
14 April 2018
✨✨✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Sampai Jumpa di Mimpi
Kurzgeschichten[BOOK 3] [COMPLETED] Lisa tak pernah tahu apa yang terjadi pada dirinya. Sejak usianya menginjak lima tahun, dirinya selalu bermimpi tentang orang yang sama. Hingga saat ini usianya sudah enam belas tahun. Anehnya, orang yang datang pada mimpinya it...