Selama enam belas tahun hidupnya, laki-laki yang mengatasnamakan Gilang itu biasanya selalu datang dalam mimpinya setiap malam. Entah mengapa tidak untuk hari ini.
Satu hal yang Lisa inginkan sejak bertahun-tahun yang lalu itu sirna malam ini. Walaupun Gilang itu menyebalkan, bersikap manis padanya hanya untuk bertanya judul webtoon dan lebih sering berdebat dengannya sehingga membuat Lisa kesal ketika bangun tidur.
Namun malam ini, Lisa ingin Gilang datang. Walaupun hanya numpang lewat untuk bertanya judul webtoon atau mengacak rambutnya, Lisa ingin Gilang datang dalam mimpinya.
"Lo siapa sih? Sukanya ikut campur urusan orang, giliran dibutuhin malah ngilang," ucap Lisa dengan wajahnya yang merah pada karena kesal. Pipi chubby-nya itu menggembung dan sorot matanya itu datar. Tubuhnya berayun-ayun di atas ayunan, semakin cepat seiring dengan rasa kesalnya yang semakin memuncak.
Hingga orang lain muncul dalam mimpinya, setelah sekian lama. Lisa ingat, sebelum dirinya bertemu dengan Gilang di dalam mimpi, dia lebih sering bertemu dengan mahluk aneh. Bukan, bukan hantu atau monster. Hanya unicorn bersayap seperti kartun Little Pony atau membasmi kejahatan seperti Power Puff Girls.
Ini benar-benar manusia.
Mungkin Gilang, tapi kenapa dia berpakaian seperti wanita. Rok sepan panjang berwarna merah marun senada dengan blus yang ia kenakan. Perempuan itu juga memakai topi bundar berbulu putih yang cukup lebar hingga menutupi wajahnya. Lisa hanya bisa menatap bibir merahnya yang tampak kontras dengan kulit putih wajah perempuan itu. Hak sepatu merah menyala setinggi delapan centi dengan diameter dua centi itu beradu dengan batu-batu yang disusun menjadi jalan di taman.
Perempuan itu berhenti di hadapan Lisa, mengangkat sedikit topi bundarnya itu sehingga wajahnya terlihat. Rambut sebahu berwarna pirang cenderung ke cokelat muda bercampur hitam itu membuat perempuan itu semakin anggun.
"Siapa yang kamu tunggu?" tanya perempuan itu seraya tersenyum simpul menatap Lisa.
"Enggak nunggu siapa-siapa," elak Lisa, padahal sebenarnya dia menunggu Gilang sedari tadi.
Perempuan itu terkekeh, menampakkan jajaran giginya yang rapi berwarna putih bersih. "Baiklah, sepertinya aku bertemu orang yang salah. Aku hanya ingin memberitahu Lisa kenapa Gilang tidak datang."
Mendengar hal itu, kepala Lisa segera mendongak dan tubuhnya segera berdiri tegak menatap perempuan itu. Jelas-jelas matanya berbinar menunggu Gilang penuh harap, tapi gadis itu tetap beralibi.
"Gilang? Kenapa? Dia lembur ya? Banyak kerjaan? Lagi begadang?" cerocos Lisa begitu saja dan perempuan itu tersenyum tipis.
"Tidak, dia sedang tidur saat ini."
"Kok enggak dateng-dateng sih? Dia nyasar ya?"
Pertanyaan Lisa itu justru membuat perempuan itu tertawa pelan. "Tidak, dia hanya sedang di hukum."
"Kenapa? Gilang nakal ya sama aku? Udah biasa kok. Udah dimaafin tiap hari, sebelum dia bakal udah aku maafin malah," sahut Lisa dengan jawaban yang sedikit menggelitik. Lugu.
"Tunggu, satu bulan lagi. Nanti dia juga kembali."
Perempuan itu hendak beranjak pergi tapi Lisa menahannya.
"Kenapa?"
"Jangan cari tahu tentang Gilang, karena kamu tidak akan menemukannya di dunia nyata."
Lisa mengernyit. Dalam hati dia berpikir, Gilang memang hanya muncul dalam mimpinya. Lisa pernah mencoba mencari laki-laki itu di kolom pencarian internet, tapi tidak ada hasilnya. Gadis dengan piama beruang kuning cerah itu pernah menyangka Gilang itu nyata. Nyaris mencoba mencarinya. Nyaris mencoba bertanya pada laki-laki itu berapa nomor teleponnya.
Hingga akhirnya dia sadar, kenapa dia mengejar ilusi yang tidak berujung? Gilang hanya fatamorgana baginya, penyejuk semu belaka.
Sekarang, Lisa semakin yakin.
Gilang adalah Gilang.
Ilusi dalam hidupnya.
Dan,
Ilusi tetaplah ilusi. Selamanya begitu. Tidak akan menjadi nyata.
✨✨✨
"Don't expect too much, Lisa. You life in the real life, not in your dream land."
"Yeah, just do it. Semesta akan menyukainya jika kamu melakukan itu."
✨✨✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Sampai Jumpa di Mimpi
Conto[BOOK 3] [COMPLETED] Lisa tak pernah tahu apa yang terjadi pada dirinya. Sejak usianya menginjak lima tahun, dirinya selalu bermimpi tentang orang yang sama. Hingga saat ini usianya sudah enam belas tahun. Anehnya, orang yang datang pada mimpinya it...