Jam terakhir pelajaran hari ini adalah PKn. Suara gemericik air hujan serta dinginnya AC di dalam ruangan ini bisa membuat semua orang terlelap seketika. Apalagi Lisa yang istirahat tadi minum obat flu. Matanya sudah seperti harus disangga dengan korek api sekarang. Hingga akhirnya dia tak tahan lagi dan mulai terlelap.
"La...lang," Lisa nyaris jatuh karena Gilang yang tiba-tiba saja memeluknya itu. Tubuhnya membeku, tak bisa bergerak. Seperti mode freeze untuk layar proyektor. Dia baru saja tiba di alam mimpi ini dan Gilang sudah memeluknya dengan erat.
Gilang tak menyahut, dia justru mempererat pelukannya. Membenamkan kepalanya pada bahu Lisa. Mencium hangat tubuh gadis itu, merasakan rambutnya yang lembut dan juga aroma khas tubuh Lisa yang membuatnya bisa menjalani dunia nyatanya dengan tenang sekarang.
Setelah hanya bergeming selama beberapa saat, Lisa akhirnya mengumpulkan kekuatannya untuk mendorong tubuh Gilang menjauh. Degup jantungnya kini tak bisa diatur dengan baik hingga dia bisa mendengarnya sendiri.
'Dug... dug... dug...'
Tubuh Lisa rasanya memanas seiring dengan durasi Gilang memeluknya. Desiran aneh pada tubuhnya, yang Lisa tahu itu tidak boleh terjadi. Dia tidak boleh terjebak dalam dunia mimpi ini. Dunia ilusi. Gilang hanyalah ilusi dan Lisa tak boleh jatuh pada sesuatu yang fana.
"Stop this, Gilang!"
Dengan semua tenaga yang ia punya, Lisa mendorong Gilang menjauh dari dirinya. Gadis berambut hitam pekat itu sebenarnya juga ingin memeluk Gilang lebih lama lagi, tapi dia tidak ingin terlarut dalam suasana.
Lisa ingin meninggalkan segalanya.
"Gue berharap lo itu nyata tapi itu enggak mungkin! Gue enggak mau terjebak dalam dunia mimpi gue ini."
"Gue--" Kalimat Gilang segera tertahan di tenggorokannya. Dia ingin berkata dirinya nyata, tapi jika ia berkata demikian maka ssmuanya akan percuma.
"Lisa, jadian yuk?"
Gilang muncul di mimpinya selama setiap hari, itu tidak apa-apa. Gilang menghilang begitu saja, itu juga masih tidak apa-apa. Tapi yang ini? Lisa bahkan tak bisa bernapas detik itu juga.
"Lang, lo mabuk?"
Gilang menggeleng pelan sambil menatap Lisa serius. "Enggak, gue serius. Gue pening mikir masalah lo sama gue yang ujungnya enggak tahu dimana."
"Lang--'
"Elisabeth!"
Lisa segera menegakkan tubuhnya. Menatap cengo seisi kelas yang kini justru menatapnya.
"Keluar kamu dari kelas saya! Ini sudah kesekian kalinya kamu tidur!"
Gadis berseragam putih abu-abu itu hanya mengangguk pasrah. Dia berjalan gontai menuju koridor kelasnya sebelum akhirnya luruh dan terduduk di lantai. Lisa memeluk lututnya, menenggelamkan kepalanya dan mulai terisak pelan.
Orang-orang yang lewat berlalu begitu saja, dan membicarakan gadis itu setelahnya. Mereka tak tahu apa yang terjadi pada Lisa dan tak ada yang tahu selain dirinya dan Gilang. Hingga seseorang datang dan mengusap rambut Lisa perlahan.
"Enggak apa-apa, Sa. Jangan terlalu memaksakan apa yang tidak bisa dipaksakan," ucapnya pelan. "Ilusi tetaplah ilusi, Lisa."
✨✨✨
18 Maret 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Sampai Jumpa di Mimpi
Conto[BOOK 3] [COMPLETED] Lisa tak pernah tahu apa yang terjadi pada dirinya. Sejak usianya menginjak lima tahun, dirinya selalu bermimpi tentang orang yang sama. Hingga saat ini usianya sudah enam belas tahun. Anehnya, orang yang datang pada mimpinya it...