Perlahan mata Lisa terbuka, dia mengerjap berulang kali. Kepalanya terasa berat dan ia perlahan duduk, matanya menatap sekeliling. Dia berada di dalam kamarnya sekarang. Rasanya tadi dia baru saja pulang dari sekolah, masih mengenakan seragam dan bertemu dengan Gilang.
Lisa memijat kepalanya pelan, mencoba menghilangkan rasa pening yang melanda sebelum akhirnya beranjak dari kasur dan keluar dari kamar. Langkahnya sedikit terhuyung-huyung, Lisa bahkan berjalan sambil memegang tembok.
"Ah, Lisa kata Gilang aku suruh ngliatin ini ke kamu," ucap Gelar sambil mengotak-atik ponselnya lalu memperlihatkan sebuah foto ke Lisa.
Lisa mengernyit, rasanya dia pernah melihat foto ini sebelumnya. Gadis itu kemudian melihat ruangan Gelar itu, pakaian kakaknya, posisinya dan situasi bahkan jam. Lisa bahkan baru sadar rasanya dia pernah memakai pakaian yang sama.
"Kak, tadi Gilang ke sini?"
Gelar mengangguk.
"Nganter aku?"
Mata Gelar yang tadinya menatap ponsel segera beralih ke arah adiknya. "Enggak," Gelar menggeleng pelan,"dia cuma ngurusin pesenan interior buat desain ruangan kliennya."
"Kok kayanya gue pernah gini ya?" gumam Lisa pelan sambil menggaruk kepalanya. Membuat Gelar terkekeh.
"Kamu masih ngantuk deh, Lis," ujarnya. "Cuci muka gih."
Lisa mengangguk menurut. Dia kemudian berjalan menuju kamar mandi. Dia berdiri di depan cermin, menatap dirinya sendiri. Lisa mendekatkan wajahnya, mengamati setiap detail wajahnya lalu menampar pipinya sendiri.
"Sakit," celetuknya tenang, padahal ada bekas tangan yang merah di wajahnya.
Lisa kemudian mencuci wajahnya, berulang kali hingga matanya terasa sedikit perih karena terlalu banyak air yang masuk. "Masa gue mimpi? Rasanya beneran deh."
Lisa kemudian mengusap pipinya pelan, rasanya Gilang benar-benar menyentuh wajahnya. Mengusap wajahnya dengan lembut, bahkan Lisa masih hafal aroma parfumnya. Aroma parfum Gilang masih melekat di indra penciumannya, tapi kenapa semuanya seperti mimpi?
Dan yang ia alami saat ini, rasanya dejavu.
Tunggu satu hal lagi, setelah bertemu Gilang di depan sekolah itu. Mimpinya terhenti, hilang dalam gelap.
Hingga dia bangun Gilang tak muncul lagi, tapi dia menunggu di bangku yang selalu muncul dalam mimpinya.
Ah, mungkin Gilang sedang bekerja sekarang.
Entahlah.
Ingatan Lisa seperti direset rasanya.
Semuanya seperti mimpi.
✨✨✨
"Sudah kubilang jangan katakan pada Lisa kamu nyata, jangan muncul di hadapannya, tapi kamu tak jera." Semesta bersabda. "Jadi aku akan bermain dengan Lisa agar kamu jera."
"Sampai kapan? Sampai kapan harus begini?" tanya Gilang, putus asa.
"Sampai aku puas," jawab Semesta. "Sudah kubilang, jangan macam-macam."
✨✨✨
2 Juni 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Sampai Jumpa di Mimpi
Short Story[BOOK 3] [COMPLETED] Lisa tak pernah tahu apa yang terjadi pada dirinya. Sejak usianya menginjak lima tahun, dirinya selalu bermimpi tentang orang yang sama. Hingga saat ini usianya sudah enam belas tahun. Anehnya, orang yang datang pada mimpinya it...