20 : Untuk Lisa

1.2K 226 8
                                    

Entah sudah berapa kali dalam sehari ini Gilang mencoba untuk tidur. Entah sudah berapa kali dia mencoba untuk bertemu dengan Lisa dalam mimpinya tapi dia hanya berada di sebuah ruangan yang gelap. Sebuah ruangan yang tampak seperti bioskop.

Pukul dua dini hari dan mata merah itu terbuka lebar menatap langit-langit kamarnya dengan cahaya remang-remang. Sesekali ia berkedip untuk menghilangkan rasa pedas yang melanda matanya. Hal-hal aneh perlahan mulai muncul, padahal Gilang sebenarnya sudah merasa hidupnya ini aneh.

Perlahan matanya terpejam lagi, tidak kuat menahan kantuk hingga akhirnya tenggelam dalam tidurnya. Lagi-lagi dia berada di tempat yang sama, sebuah ruangan seperti bioskop tapi kali ini ada sebuah film yang diputar.

Sebuah film dengan dirinya dan Lisa. Semacam film dokumenter.

"Film yang bagus bukan?"

Seorang perempuan dengan pakaian serba merah tiba-tiba saja muncul di kursi sebelah kanan Gilang. Dia menatap wanita itu, mencermatinya dari ujung kaki hingga ujung kepala. Rasanya tidak asing, hingga dia ingat satu hal. Dia wanita yang sama dengan yang berada di mimpinya waktu itu.

"Kamu Semesta?"

Wanita itu tersenyum, wajahnya tertutup oleh sebuah topi besar dan hanya memperlihatkan bibir serta hidungnya. "Entah. Aku hanya datang untuk memberi tahumu."

"Memberi tahu apa?" tanya Gilang penasaran, dia memiringkan tubuhnya ke arah wanita itu.

"Agar kau menyerah," jawabnya.

"Untuk?"

Wanita itu terkekeh lalu mengedikkan bahunya seraua tersenyum. "Untuk siapa lagi?"

Gilang kemudian terdiam.

"Dia mulai melupakanmu perlahan, hingga akhirnya dia lupa kamu pernah ada di hidupnya," ujar wanita itu dengan sebuah senyum tipis di wajahnya. "Jadi untuk apa kamu berusaha?"

"Dia tidak melupakanku, tapi kamu yang menghapus ingatannya perlahan."

"Benar." Film itu berhenti, kemudian mulai berjalan mundur ke titik awal film itu dimulai. "Semua harus kembali pada tempatnya."

"Lalu kenapa aku harus bertemu dengannya?"

"Kesalahan teknis," jawabnya ringan. Seringan helaian bulu burung yang menghiasi topinya. "Jika kamu terus memaksa maka Lisa akan terus tersiksa."

"Tersiksa?"

"Ah, maaf, aku keceplosan." Wanita itu menutup mulutnya.

Gilang menghembuskan napas panjang, tangannya itu sudah mengepal di atas kursi. Dia tidak ingin melepaskan semuanya tapi ini? Lisa tersiksa?

"Menyerahlah," bujuk wanita itu. "maka Lisa akan benar-benar melupakan semuanya, tapi kamu tidak. Setidaknya gadis itu tidak tersiksa lagi bukan?"

Gilang masih diam, memikirkan apa yang ia lakukan lalu dia memejamkan matanya.

"Untuk Lisa, aku menyerah."

Lalu semu kembali pada tempatnya, ketika Gilang membuka mata dia berada di dalam kamarnya. Masih kamar yang sama dan terang.

Tapi usianya saat ini... tiga belas tahun.

✨✨✨

16 Juli 2018

Sampai Jumpa di MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang