22 : Mimpi Panjang

1.3K 227 8
                                    

Kedipan matanya perlahan melambat, menatap papan tulis yang ada tepat di depan matanya tapi pikirannya entah berada dimana. Hingga akhirnya kelopak mata bundar itu tak turun lagi, membiarkan bola mata kecokelatan itu terbuka lebar.

Entah sudah sejak kapan, Lisa merasa ada sesuatu yang aneh dengan hidupnya. Dengan kepalanya, dengan pikirannya dan yang paling utama dari semua itu adalah... dengan mimpinya.

Kini usianya empat belas tahun, sedang bersiap menghadapi Ujian Nasionap untuk SMP beberapa bulan yang akan datang, tapi sekarang dia melamun. Semenjak entah kapan--Ya, ingatannya terlalu samar-samar--mimpi Lisa berubah menjadi seperti cerita bersambung.

Berepisode-episode bahkan lebih panjang dari sinetron di televisi. Bahkan lebih kompleks dari yang ia pikirkan karena semakin ke sini, semua mimpinya itu perlahan menjadi nyata.

Seperti deja vu.

Dia merasa pernah mengalami semua ini, dan waktu rasanya seperti menata kembali beberapa peristiwa. Lisa menulis semuanya. Tentang mimpi yang datang kepadanya segera setelah ia bangun karena ingatan itu akan hilang dalam beberapa jam.

Lisa mengerutkan bibir dan dahinya, meletakkan sebuah pensil 2B ke atas bibirnya yang memgerucut. Dia sadar beberapa hal, ada satu manusia yang hilang dari kepingan mimpi deja vu-nya.

Seperti sekarang, setelah menghubungkan antara mimpi dan dunia nyatanya, Lisa bisa memprediksi kapan mimpinya itu akan terjadi.

Dalam mimpinya satu bulan yang lalu, harusnya nanti ketika ia kembali dari sekolah, ada laki-laki aneh yang menjemputnya. Sosok asing yang bahkan muncul entah darimana tapi mengetahui segala tentang Lisa, lebih parah dari seorang stalker.

Tapi kemarin lusa, dan kemarin-kemarinnya lagi, laki-laki itu tidak pernah muncul. Padahal harusnya dia datang menghampiri Lisa dengan gaya sok kenalnya di depan sekolah, depan toko, di mall, di lapangan, di warung bakso bahkan di depan rumahnya.

Tapi laki-laki itu tidak muncul dan Lisa mulai bertanya-tanya, siapa dia?

Bel pulang berbunyi, tepat ketika pensil yang ada di atas bibir Lisa yang mengerucut itu jatuh menghantam meja. Gadis itu menatap sekeliling, semuanya benar-benar sama. Apakah hari ini dia juga akan bertemu dengan laki-laki itu?

Berkemeja putih bersih dan dimasukkan ke dalam celana jeans hitam, rambut hitam legam yang agak panjang tapi rapi, bersepatu fantofel hitam mengkilap, suaranya cukup berat. Sanggup untuk membuat teman-teman perempuan satu kelasnya meleleh dalam satu detik ketika nama mereka laki-laki itu panggil. Aroma tubuhnya yang maskulin bisa tercium dalam jarak satu meter.

Tunggu, dia bisa mencium aroma parfum di dalam mimpi? Lisa menggeleng pelan seraya tersenyum, mungkin aroma tubuh kakaknya yang ia bayangkan. Gadis itu menggendong tasnya setelah berkemas dan bergegas pergi keluar.

Dia melihat ke kanan dan ke kiri, mencari mobil berwarna silver yang biasa menjemputnya. Tapi Lisa tidak bisa menemukannya. Gadis itu berkacak pinggang, sedikit kesal karena supirnya terlambat menjemputnya.

Hingga kemudian aroma parfum yang terngiang-ngiang di kepala Lisa mulai tercium samar bersamaan dengan suara langkah kaki yang mendekat dari arah belakang. Bulu kuduk gadis itu meremang, takut-takut ada orang jahat yang hendak menculiknya.

Jadi Lisa memutuskan untuk memutar tubuhnya dan mundur beberapa langkah, tapi sesaat setelah dia memutar tubuhnya, gadis itu justru tidak bisa bergerak.

"Hai, Lisa," sapanya seraya tersenyum ramah, tapi Lisa masih bergeming. Tak berkedip juga tak beranjak dari tempatnya.

Lisa merasa tubuhnya tidak bisa bergerak. Dalam jarak satu meter ini, jantung Lisa berdegup dengan kencang pada laki-laki yang bahkan ia tidak kenal.

Ini sesuai. Benar-benar sesuai dengan mimpinya satu bulan yang lalu. Mimpi yang ia catat dalam sebuah buku dan ia baca tadi pagi.

"Namaku Gilang. Gilang Ajinegara."

Detil itu juga air matanya jatuh. Entah kenapa matanya basah, entah kenapa dadanya terasa sesak hingga rasanya sulit sekali untuk bernapas. Bahkan semakin lama dia menatap laki-laki yang ada di hadapannya itu, Lisa justru semakin ingin menangis.

"Gilang..."

✨✨✨

A/n :

Maaf karena updatenya lama. Karena ini short story jadi aku ngetiknya enggak ngestock.

Buat kalian yang rindu Gilang dan Lisa, jangan lupa vote dan komen ya! Sankyu! ❤

✨✨✨

1 September 2018

✨✨✨

Sampai Jumpa di MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang