7 : Konsekuensi

1.8K 280 20
                                    

Ini sudah satu minggu lamanya sejak Gilang keluar dari rumah sakit. Setiap malam dirinya tidur dengan pulas, tapi setiap malam dirinya tak pernah bertemu dengan Lisa. Kakinya yang patah membuat Gilang tak bisa banyak bergerak untuk hanya sekedar melihat Lisa di sekolahnya.

Mata kecokelatan laki-laki itu menatap layar televisi rumahnya yang hitam itu, melamun. Entah apa yang harus ia lakukan agar Lisa tetap percaya bahwa dirinya itu ada. Hingga dia tercetus satu hal, webtoon. Membuat sebuah komik di sana tentang Lisa dan dirinya bisa membuat gadis itu tahu dirinya nyata tanpa Gilang harus memperlihatkan dirinya.

Dengan senyum yang merekah di wajahnya, laki-laki itu segera bangkit dari kursi dan memakai kruknya tapi ada yang membuat langkahnya tertahan. Ada seorang perempuan berambut panjang gelombang warna cokelat tua yang membawa sebungkus cheese cake dan ibunya yang tersenyum manis.

'Kenapa dia nyampe sini lagi sih?' rutuk Gilang dalam hatinya.

"Gilang, ini Hana ke sini nyari kamu," ucap Aluna seraya mengusap bahu perempuan yang masih berpakaian kantor itu. Sementara gadis bernama Hana itu hanya tersenyum malu-malu sambil merapikan rambutnya. "Ya udah, Mama tinggal dulu."

Aluna kemudian pergi dan meninggalkan mereka berdua. Ya, setelah sekian lama, ada gadis yang datang untuk menemui Gilang.

"Bukannya lo udah jenguk gue waktu di rumah sakit ya, Han?" tanya Gilang dengan nada sedikit sinis, tidak suka.

"Apa salahnya sih jengukin kamu lagi, Yang?" sahut Hana sembari duduk di samping Gilang, membuat laki-laki itu segera menatap Hana. "Eh, maaf, Lang maksudnya."

"Kenapa lo enggak bisa berhenti sih, Han?"

"Berhenti untuk?"

"Selalu ada di sekeliling gue, bahkan sampai ke rumah gue juga sekarang," jawab Gilang malas lalu kembali duduk di tempatnya yang tadi.

"Kenapa? Aku sama kamu ada di kantor yang sama, kita kerja bareng. Bahkan kita bareng sejak SD," sahut Hana sedikit tidak terima. "Enggak tahu kenapa, kamu berubah sejak SMP, Lang."

Gilang hanya menyandarkan kepalanya ke kursi sembari memejamkan matanya. Matanya terasa pedas dan perih sehingga ia ingin mengistirahatkannya sejenak. Entah Hana ingin berkata apa, toh Gilang tidak akan mendengarkannya. Hingga tanpa sadar, dia jatuh terlelap begitu saja.

Setelah berhari-hari mimpi Gilang terasa hampa, kali ini dia berada di sebuah tempat gelap dengan layar projektor. Seperti di dalam bioskop dengan banyak kursi di sana. Lalu sebuah film mulai diputar dan Gilang kemudian duduk di salah satu kursi yang ada di sana. Dalam alam mimpinya, Gilang bisa berjalan seolah tak pernah ada yang terjadi pada kakinya.

Film dimulai dengan setting sebuah sekolah lalu akhirnya kamera menyorot seorang gadis yang tampak familiar di mata Gilang. Lalu ia teringat, Lisa? Film tersebut terus berlanjut, seperti film dokumenter tentang keseharian Lisa dan ada Theo juga di sana.

"Bagaimana? Kamu merindukan Lisa bukan?"

Seorang perempuan berpakaian serba merah datang entah darimana dan duduk di samping Gilang. Pencahayaan yang kurang dan topi bundar merahnya yang lebar membuat Gilang tak bisa melihat wajah perempuan itu.

"Gimana Anda bisa kenal saya dan Lisa?" tanya Gilang heran, tak ada yang tahu tentang mimpinya selain Gayatri.

Senyum mengembang di bibir merah marun itu. "Saya tahu segalanya melebihi kamu."

Gilang hanya menatapnya cengo, aneh.

"Jangan pernah berkata bahwa kamu itu nyata kepada Lisa jika kamu masih ingin bertemu dengannya di dalam mimpi." Perempuan itu kemudian bangkit dari tempatnya. "Satu hal lagi, jangan pernah coba menemui Lisa jika kamu tidak ingin hal seperti ini terulang kembali."

Setelah perempuan itu berkata demikian, Gilang terbangun dari tidurnya. Satu hal lagi yang membuat Gilang bingung sekaligus terkejut, ia berada dalam pelukan Hana.

✨✨✨

15 Maret 2018

Sampai Jumpa di MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang