"Semesta, kenapa kamu selalu ikut campur masalahku?"-Gilang Ajinegara.
✨✨✨
Sudah sejak pukul satu hingga kini jarum pendek jam dinding berbentuk burung hantu itu menunjuk ke angka tiga dan jarum panjangnya berada di angka dua belas, Gilang menunggu adik kembarnya itu pulang. Dia pulang lebih cepat dari kantornya setelah menyelesaikan semua tugas yang harus dikerjakan.
Hingga suara lembut dengan sedikit serak sebagai aksen khas gadia berambut hitam legam itu menggema di dalam rumah.
"Pa, Ma--"
"Ikut gue sekarang!"
Tanpa menjelaskan apapun pada perempuan yang baru menginjakkan kakinya di rumah itu, Gilang segera menariknya keluar dan memaksa saudara kembarnya itu masuk ke dalam mobil.
"Gue pengen minta tolong ke lo buat baca pikiran seseorang," ucap Gilang sambil melajukan mobilnya menuju suatu tempat.
"Siapa?" tanya Gayatri heran. Laki-laki bertulang hidung tinggi yang menyetir di sampingnya itu tak pernah meminta tolong hal demikian.
"Lisa."
Satu kata yang membuat Gayatri segera mengatupkan bibirnya. Lisa benar-benar nyata? Sebelumnya Gayatri sedikit ragu hingga mereka berhenti di seberang sekolah menengah atas.
"Cewek yang barangnya serba pink itu Lisa, lo lihat nggak? Yang di deket abang-abang yang jualan cilok," jelas Gilang setelah menemukan keberadaan Lisa.
Gayatri mengangguk.
"Apa yang lo lihat?"
"Lisa," jawab Gayatri, tapi itu bukan jawaban yang Gilang mau.
"Pikirannya," jelas Gilang dengan nada sedikit sebal.
"Mereka cukup deket," ucap Gayatri sambil menatap dua remaja SMA yang ada di seberang jalan sana.
"Siapa?"
"Lisa dan cowok yang ada di deket dia, yang mayan ganteng sama tinggi, yang ngacak-acak rambut sama nyubitin pipi Lisa," sahut Gayatri yang membuat Gilang segera membelalakkan matanya.
"Lo tahu?"
"Gue tahu semuanya," jawab Gayatri seraya tersenyum, membanggakan dirinya.
Gilang menghembuskan napasnya pelan. Jadi dia yang namanya Theo? Theo-ri, theo-rema, theo-rex, theo-saurus. Apapun itu, yang jelas dia bisa membuat Lisa tersenyum. Tinggi? ya walau sepertinya lebih tinggi Gilang. Ganteng? Mancung, gayanya oke, matanya kacang Almond. Gadis lain mungkin bisa langsung jatuh hati, tapi bagi Gilang, dirinya lebih tampan. Bahkan Theo itu jauh di bawahnya.
"Apa Lisa suka sama Theo?" tanya Gilang, menatap Gayatri penuh harap.
"Yes, but I'm not sure." Dahi Gayatri berkerut, tidak yakin. Antara merah menyala dan merah jambu, Gayatri tidak yakin yang mana. "Ambigu."
"Maksudnya?"
"Antara suka sama enggak, yang jelas dia semacam kagum dan terpesona sama Theo," ucap Gayatri memperjelas kalimatnya tadi.
"Kalo Theo?"
"Dia punya orang lain."
"Tapi kenapa dia ngedeketin Lisa?" Gilang merasa ada yang tidak benar di sana.
"Something."
"Kasih tahu gue!" Kali ini Gilang tidak suka teka-teki, walaupun dia tahu adiknya ini sering mengatakan hal ambigu dan terlalu banyak tebakan, tapi kali ini tidak.
"Kalo gue kasih tahu nanti jadi enggak seru!" elak Gayatri, lalu memalingkan wajahnya dari Gilang. "Balik aja yuk? Gue capek pengen bobok."
"Enggak, sebelum lo kasih tahu gue," Gilang memaksa.
Gayatri menggeleng tegas. "No, setidaknya untuk sekarang."
"Ck!" Gilang berdecak sebal lalu mengacak rambutnya frustrasi. Matanya menatap Lisa dan laki-laki yang menurut Gayatri adalah Theo itu. I'll Guard You? Gilang tersenyum sinis, itu hanya omong kosong belaka dan Lisa bisa dimabuk kepayang olehnya.
Tanpa berpikir lebih lanjut lagi, Gilang membuka pintu mobilnya. Dia harus menemui Lisa, setidaknya untuk sekali saja. Biarkan apa yang akan terjadi kali ini, Gilang tidak takut. Jadi laki-laki berkaus hijau cerah itu berjalan menyeberangi jalanan, tampak sepi. Sayangnya jalanan beraspal ini terdiri atas empat jalur, sehingga Gilang harus berlari agar tak kehilangan Lisa lagi.
Hingga tak berapa lama kemudian, sebuah mobil melaju kencang. Menghujam tubuh Gilang hingga terpental ke belakang. Membuatnya terkapar di jalanan sambil masih tersadar. Tak sakit, untuk saat itu. Dia hanya linglung, seperti tak tahu apa yang terjadi. Gilang tersenyum, Lisa tak jauh di hadapannya. Walau dia hanya bisa menatap sepatu kets berwarna pink yang Lisa kenakan.
Semoga saja gadis itu melihatnya dan tahu bahwa Gilang Ajinegara itu nyata, tidak hanya dalam alam mimpinya. Sayangnya, Lisa terlalu takut pada darah, kecelakaan atau semacamnya karena trauma di masa lalu sehingga gadis itu menutup matanya rapat-rapat dan menangkup wajahnya dengan tangan yang gemetar hingga giginya bergemeretak. Hingga tubuh seorang laki-laki menghalangi Gilang menatap Lisa.
Selalu saja, Semesta tidak mengijinkan mereka bertemu. Saling menatap agar Lisa sadar Gilang itu nyata saja tidak.
Setelah semua itu, semuanya gelap.
✨✨✨
"Kenapa? Kenapa saya tidak bisa bertemu dengannya?"
"Karena Semesta tidak ingin kalian bertemu, setidaknya untuk saat ini."
✨✨✨
9 Maret 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Sampai Jumpa di Mimpi
Short Story[BOOK 3] [COMPLETED] Lisa tak pernah tahu apa yang terjadi pada dirinya. Sejak usianya menginjak lima tahun, dirinya selalu bermimpi tentang orang yang sama. Hingga saat ini usianya sudah enam belas tahun. Anehnya, orang yang datang pada mimpinya it...