8. Cerita

11.2K 354 10
                                    

"Jadi kita itu peranakan, Papa asli London sedangkan Mamaku dia asli Korea. Nah kakaku Aegis lebih mirip Papa tidak ada Mama sama sekali sedangkan aku sebaliknya, aku lebih mirip ke Mama dibandingkan ke Papaku." Jelas Maurent

Aku hanya menanggukan kepalaku tanda aku mengerti.

"Kalau kau Mer, apakah kau memiliki Kaka atau seorang adik ?" Pertanyaan Maurent membuatku kembali memikirkan Orang tuaku.

"Aku anak tunggal." Jawabku dengan melukiskan senyum untuk menyembunyikan kesedihanku. Tapi nihil mataku tidak mendukungku, ia malah mngeluarkan butiran bening yang mengalir jelas di pipiku.

Maurent melihat jelas air mata ku yang barusan terjatuh.

Aku mengusapnya kasar.

"Merely kau kenapa ? Apakah pertanyaanku tadi membuatmu sakit hati? " Tanya sambil memegang dan sedikit mengoyangkan bahu ku.

Aku menggeleng dan berusaha membuat senyum di wajahku.

"Kau bohong!" Tegasnya dengan cepat dia melepaskan pegangan di bahuku tadi.

"Kau memiliki masalah ya ? Kau percayalah kepadaku, anggap aku adik mu sendiri kalo tidak anggap aku sahabat mu yang siap mendengarkan ceritamu. Meskipun kita baru kenal. Ku mohon jangan menyimpan masalah sendiri seperti ini, cobalah terbuka!" Sikapnya hampir sama seperti kakanya hanya saja dia lebih hangat dan sepertinya mudah mengerti perasaan orang lain, tidak seperti kakanya.

Sangat senang rasanya memdengar seseorang menawarkan dirinya untuk menjadi sahabatku. Sahabat yang siap mendengarkan ceritaku.

Jujur saja aku ingin menumpahkan kesedihanku. Aku ingin membuang rasa sesak dan sakit di dadaku.

Apakah dengan bercerita kepadanya akan membuatku lebih baik ?

Aku takut.

"Ceritakan saja!" Perintahnya dengan wajah yang tampak khawatir.

Aku mulai menangis. Menangis sangat keras.

Hal yang ku inginkan akhirnya terpenuhi.

Aku ingin menangis dan menumpahkan segalanya.

Maurent memeluk ku. Aku pun balik memeluknya. Mengeratkan pelukan ku. Aku rindu pelukan Mama. Apakah Maurent bisa aku percaya untuk menjadi pendengar kisahku ?

"Ceritakan saja." Ucapnya meyakinkan ku.

Aku mengusap air mataku kembali. Mengatur nafasku. Ya kali ini aku harus mulai terbuka.

"Apakah kau takkan bosan mendengar kisah gila ku ini ?" Tanyaku

"Merely hey aku datang kesini karna Kakaku menyuruhku menemanimu. Bahkan dia menyuruhku tinggal dan meneruskan sekolah disini, biasakan dirimu agar tidak tertutup padaku. Aku adalah sahabatmu sekarang. Aku takan bosan mendengarkan ceritamu. Aku percaya kau orang baik meskipun yahh kita baru saja bertemu." Dia semakin meyakinkan ku.

"Baiklah, ku mohon jangan terkejut dan membenciku." Mohonku pada Maurent. Dia tersenyum lembut.

"Aku sangat merindukan orangtua ku."

"Dulu hidupku lebih dari kata bahagia, aku sangat bahagia. Keluargaku pun sangat di hormati. Ayahku seorang pengusaha yang dikenal banyak orang. Aku bersekolah layaknya teman teman sebayaku. Aku memiliki sangat banyak teman." Ku mulai awal kisahku.

Gadis dihadapanku sepertinya mulai penasaran.

Aku membayangkan masalalu ku dengan sedikit senyuman di wajahku.

"Aku memiliki keluarga yang sangat mendukungku. Adik adik dari Mama dan Ayah pun sama, mereka sangat menyayangiku. Terutama pamanku dia panutanku. Aku sangat ingin sepertinya memiliki sifat yang sangat baik dan perhatian."

I'm Not BitchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang