13. Orang Baru

8.8K 298 15
                                    

"Maurent." Panggil ku

Tidak ada jawaban sama sekali. Aku semakin mendeket ke arah sumber suara. Diruang ganti baju, yahh sepertinya gadis itu sedang berada di sana.

Mengapa ada suara isakan ? Apakah dia sedang menangis ? Tapi menangis karna apa ? Tadi dia baik baik saja.

Aku masuk ke dalam ruangan yang di penuhi dengan pakaian dan segala perlengkapan yang di kenakan pada tubuh seseorang.

Suara isakan itu semakin terdengar jelas. Mondar mandir aku mencari gadis itu, tapi tidak ada sama sekali. Hanya suara isakan saja yang aku dengar.

"Maurent kau dimana ?" Tanyaku berteriak. Namun seperti semula tidak ada jawaban sama sekali.

Aku semakin penasaran saat mendekat ke arah lemari, suaranya pun terdengar semakin jelas.

Aku menghampiri daerah lemari sana. Dan saat melihat ke arah pojokan lemari aku melihat seorang gadis kecil yang sedang berlinang. Dengan pakaian yang belum berganti.

Dengan cepat aku memeluknya, menenangkannya dan menanyakan apa yang membuatnya menangis.

Dan akhirnya gadis itu menceritakan semuanya. Aku sama sekali tidak menyangka, dua orang yang aku anggap memiliki segala kebahagiaan ternyata menyimpan begitu banyak rasa sakit.

Apakah aku bodoh ? Mengapa aku begitu egois ? Tidak dapat memikirkan perasaan orang lain ? Tidak dapat melihat penderitaan orang lain.

Sekarang aku harus ingat bahwa tidak aku saja yang menderita di sini. Orang orang yang selalu menenangkanku ternyata adalah orang orang yang sama, orang yang membutuhkan pertolongan.

Mengapa aku sebodoh ini ?

Setelah Maurent tenang aku langsung menyuruhnya untuk membersihkan tubuh. Sukurlah dia mau terbuka pada ku, jadi aku bisa mengetahui mengapa tadi mereka langsung pergi begitu saja.

Aku harus segera menghampiri Aegis. Saat mendengar cerita Maurent barusan aku benar benar merasa bersalah, aku selalu mengeluh dihadapannya selalu putus asa jika bercerita kepadanya.

Astagaa

.

"Aegis." Panggilku

Dia tidak menjawab sama sekali.

"Mengapa kau selalu berusaha menguatkan ku dan membantuku ?" Tanya ku pelan.

Masih seperti pertama tidak ada jawaban.

"Mengapa kau selalu bicara tidak apa apa karna sudah ada aku ? Mengapa kau menenangkan orang lain sedangkan dirimu sendiri saja tidak tenang ?" Kali ini pertanyaanku mulai bertubi tubi.

Dia menatapku, memberiku seringai yang belum pernah aku lihat.

"Jangan mencampuri urusanku!" Ucapnya dengan penekanan di setiap kata yang dia ucapkan

Aku terdiam. Sikap macam apa ini ? Semarah marahnya dia, dia tidak pernah menatapku seperti ini.

Aku berpikir sejenak.

'Ah aku lupa dengan ucapan Maurent tadi. "Jangan banyak bertanya pada kakaku jika dia sedang marah".' Batinku

"Baiklah." Jawabku. Biarkan dulu seperti itu. Nanti saja aku bertanyanya.

-------------------

Author Pov

Sudah hampir 2 hari keadaan dirumah mengah ini sangatlah hening. Tidak ada canda tawa. Mungkin karna masalah hari minggu kemarin.

Aegis yang biasanya bersikap manis terhadap Merely di pagi hari dan Maurent yang selalu bercerita saat di meja makan. Tapi sudah dua pagi ini mereka mengunci bibirnya sehingga untuk mengucapkan satu kata pun sepertinya sulit.

I'm Not BitchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang