20. Jangan Khawatir

7.2K 236 48
                                    

Setelah pulang dari pusat pembelanjaan tadi, Aegis langsung menyuruh seseorang untuk mencari tau siapa yang sedari tadi memperhatikan gerak gerik nya. Apakah itu titahan Ayahnya atau pun ada persaingan bisnis antara perusahannya dan perusahaan yang lain.

Berbeda dengan Merely, sebenarnya dari tadi dia sadar bahwa ada yang memperhatikannya, namun dia tidak ambil pusing dan tidak memikirkannya. Mungkin menurutnya itu hanya orang yang memperhatikan dia dan Aegis karna merasa iri. Sebab sedari tadi mereka berkeliling Aegis sama sekali tidak melepaskan genggaman tangannya dengan tangan Merely.

***

Dan rasa terkejut Merely yang sesungguhnya mulai muncul. Dia merasa tidak membeli barang barang di hadapannya. Seinggatnya dia hanya membeli satu tas saja. Tapi apa yang sedang dia lihat sekarang, barang barang yang jauh dari kata sedikit. Tas yang tadi dia pilihpun entah dimana letaknya sekarang karna terlalu banyak jenis tas di hadapannya.

"Ini milik siapa ? Kenapa kalian  menyimpannya di kamarku ?" Protes Merely dengan wajah keheranan.

"Maaf Nona, kami hanya mengerjakan pekerjaan kami saja. Kami di perintahnya Tuan untuk membereskan dan merapihkan barang barang anda." Jawab salah satu Maid sambil menundukan kepalanya.

"Barang barangku ?" Merely semakin bingubg setelah mendengar jawaban dari Maid tadi.

"Ya itu milik mu." Tiba tiba suara dingin nan tegas itu terdengar di arah belakang Merely. Seketika dengan refleks Merely berbalik dan menatap pria yang berada agak jauh dari hadapannya.

"Mengapa banyak sekali Aegis ?" Tanya Merely masih setia menatap pria dihadapannya, yah pria itu siapa lagi kalau bukan Aegis.

"Tak apa itu takkan membuatku bangkrut bukan ?" Tanya Aegis sembari menghampiri Merely.

"Tapi ini berlebihan." Ucap gadis itu sambil melihat barang barang yang ada di kamarnya.

"Menurutku tidak." Tungkasnya dengan perlahann mendekap tubuh mungil gadis nya dari belakang. Mencium aroma tubuh Merely dan sedikit memejamkan matanya.

"Entah mengapa aku sangat menyukai aroma tubuhmu." Ucap Aegis berbisik. Bisikin yang dengan seketikan membuat tubuh Merely menegang. Gadis itu sedikit menggeliat.

"Di ruangan ini bukan hanya ada kita berdua saja, tapi lihatlah para Maid di depan kita. Aku malu." Ucap Merely sedikit berbisik juga.

"Terserah ini kamarku." Jawab pria itu tak peduli. "Kalian keluar saja dari kamarku! aku sedikit ada urusan di dalam sini." Perintah Aegis dan langsung di angguki oleh para Maid yang sedang membereskan barang barang Merely.

"Lalu barang barangnya ?" Tanya Merely heran. Pria itu sedikit tersenyum sembari membalikan tubuh mungil milik Merely. "Biar aku saja." Jawabnya dengan senyum tulus.

Bukankah ini suatu keajaiban. Seorang Aegis Felix Elnico akan membereskan barang yang ada di rumah ?. Mungkin keberadaan Merely membuatnya sedikit memiliki rasa tanggung jawab.

Seorang Maid yang sedari dulu melayani di rumah ini sedikit mendengar ucapan Aegis baru saja. Wanita paruh baya itu mengukir senyum di wajahnya. Dia sudah menganggap Aegis sebagai anaknya sendiri karna dia sangat mengingat saat Ibu Aegis memintanya untuk menjaga dan melayani dia. Begitu juga sebaliknya, sebenarna Aegis sudah menganggap bibi Rose sebagai bibinya sendiri.

Dulu sebelum ibunya memutuskan untuk tinggal di negaranya sendiri Aegis mulai di urus oleh bibi Rose. Maka dari itu dia sedikit beda memperlakukan bibi Rose dibandingkan para Maid lainnya.

Kembali lagi pada dua insan yang sedang saling menatap satu sama lain. Tidak ada satu pun yang membuka pembicaraan. Tatapan masing masing membuat mereka enggan melepaskan pandangan.

I'm Not BitchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang