21. Benarkah ?

6.9K 281 77
                                    

Saat tautan mereka masih berlangsung, tiba tiba saja Merely melepaskannya dan langsung berlari ke kamar mandi seperti tadi. Memuntahkan isi perutnya.

Aegis sendiri merasa heran dengan keadaan gadis itu. Tiba tiba mual mual, tapi saat Aegis mengecek suhu badannya biasa saja. Apa gadis itu sakit ? Namun jika sakit mungkin sekarang badannya sudah panas. Begitu lah menurut Aegis.

Pria tinggi itu pun menghampiri Merely yang sedang sibuk dengan air yang mengalir di keran wastafel kamar mandi. Sekali lagi pria itu mulai memperhatikan wajah Merely yang terlihat sangat pucat. Tidak banyak bicara dan bertanya dia langsung saja menggendong Merely menuju ranjang.

"Kau itu tidak sopan, aku sedang menahan mualku, tapi kau malah tiba tiba mengendongku." Protes gadis yang sedang ia gendong dengan nada yang ketus.

"Hmm." Sedangkan Aegis hanya menjawab dengan dehaman saja. Sungguh menyebalkan bukan.

"Merely." Panggil Aegis pelan. Dan hanya di jawab dengan dehaman saja oleh gadis itu. Mungkin dia membalas perbuatan Aegis tadi.

"Aku bingung." Ucap Pria itu. Dengan cepat Merely membalikan badannya dan menghadap Aegis. "Kenapa ?" Tanya Merely tak kalah pelan. Pria itu hanya menggelengkan kepalannya, yang langsung membuat sebelah alis gadis itu naik.

"Aku hanya bingung, mengapa aku tiba tiba merasa kesal terhadapmu ? Tapi di saat yang bersamaan aku juga ingin memelukmu!." Jujur Aegis menatap Merely. Sebenarnya gadis itu sangat ingin menertawakan ekspresi yang di pasang di wajah tampan Aegis saat ini. Namun gadis itu juga meresa aneh karna baru kali ini Aegis berbicara terang terangan dan sesentai ini.

"Mengapa kau kesal terhadapku ?" Tanya Merely heran.

"Entahlah." Jawab pria itu acuh.

Mungkin ya saat ini keadaan sepasang kekasih itu sedang berada dalam posisi yang membingungkan. Awalnya yang Merely merasa risih dengan adanya Aegis di dekatnya. Namun sekarang sikap Aegis juga menjadi sedikit aneh. Merasa kesal tetapi sangat ingin memeluk dan mendekap gadis itu ke dalam pelukannya.

Sudahlah mungkin mereka sedang dalam mood yang sedikit kacau.

***

Di lain tempat, pria tua dengan perawakan yang tegas nan tegap sedang terfokus pada layar di depannya. Dia sedang memperhatikan perkembangan anak sulungnya yang sangat membenci dirinya.

Ya saat kemarin mereka berbelanja, ada seseorang yang masuk ke dalam mansion tempat tinggal Aegis dan meletakan kamera pengawas di dalamnya. Licik bukan ? Tapi entah untuk apa tujuan dari di pasangnya kamera tersebut.

"Aku hanya ingin memastikan kau tidak sedang bergunta ganti pasangan dengan menyewa seorang jalang." Gumam pria tua itu dengan terfokus pada layar di depannya.

Selama Merely tinggal bersama Aegis pria tua itu sebenarnya sudah mengetahuinya. Dia selalu memantau apakah gadis itu masuk ke dalam rumah Aegis hanya untuk menguras harta Aegis atau ada tujuan lain. Hal itu lah yang terlintas dalam pikirannya. Sungguh pemikiran yang buruk bukan ?

Dia adalah Tuan Elnico ayah dari Aegis. Dia selalu mengawasi apa saja yang di lakukan oleh anaknya, tanpa disadari oleh Aegis. Pria itu sangat menyayangi putra sulungnya, dia sangat ingin perusahaan yang dengan susah payah anaknya bangun dapat berkembang dengan baik. Dan semua itu terbukti dengan kecerdasan Aegis semua masalah perusahaan serumit apapun akan dapat terselesaikan dengan cepat.

Namun sayangnya di mata Aegis. Dia adalah sosok yang paling di bencinya. Pria yang sudah menghancurkan kebahagiaan keluarganya dulu dengan keegoisannya. Dengan sekeras apapun pria itu memperhatikan dan mengawasi Aegis tetap saja Aegis tak akan tersentuh sedikit pun.

"Kau adalah anakku dan aku akan selalu memperhatikanmu." Kata itulah yang selalu keluar dari mulut pria itu.

***

Karna keadaan Merely yang terus terusan mondar mandir kamar mandi dengan wajah yang sudah pucat. Aegis memaksanya untuk ke Rumah Sakit, namun sayang gadis itu selalu menolak dan bilang 'aku tidak apa apa, hanya masuk angin saja'.

Karna sedikit kesal dengan penolakan halus yang terlontar dari mulut mungil Merely. Aegis pun menggendong dan membawanya ke Rumah sakit.

"Kakak, Merely kenapa ?" Tanya Maurent penasaran.

"Kita akan ke Rumah sakit." Jawab Aegis sembari berjalan menuju pintu.

"Aku ikut." Ucap Maurent dan langsung di angguki oleh Kakaknya.

Sesampainya di Rumah sakit tanpa banyak itu ini Merely langsung di tangani oleh dokter kepercayaan Aegis. Dokter yang selalu melayani Aegis dan adiknya kala mereka sakit.

Saat Merely sudah selesai di periksa. Dokter itu pun langsung menghampiri Aegis dengan senyum yang terlukis di wajah yang sudah terdapat beberapa kerutan.

"Apa dia keluarga mu ?" Tanya dokter tersebut pada Aegis.

"Ya dia kekasihku." Jawab Aegis tanpa menunggu lama.

"Wah kau hebat." Ucap dokter itu membuat Aegis yang mendengar pun terheran heran.

"Berapa kali kau melakukannya, sampai sampai langsung berbuah ?" Tanya dokter tersebut penuh selidik dan senyuman jahil.

"Maksudmu ?" Tanya Aegis yang tidak mengerti apa maksud dari dokter Frans.

"Kau akan menjadi Papa Muda yang sangat tampan dan berwibawa..." Ucapnya dengan jeda di akhir kalimatnya. "Dia sedang mengandung dan sebaiknya kau jaga dia baik baik karna kondisinya yang masih muda, di lebih muda dari mu bukan ?" Jelas Dokter Frans di akhiri dengan pertanyaan yang membuat alisnya di naik turunkan.

Sedangkan Aegis hanya membuka mulutnya tidak percaya. Astaga hilang sudah ketampananmu jika kau bersikap seperti itu Aegis.

"Hahahahah becanda mu kering dokter." Mungkin karna tak percaya Aegis malah menanggap omongan Dokter Frans tadi sebagai lelucon saja. Sedangkan Dokter itu hanya mengangkat bahunya. "Ya sudah jika tak percaya." Jawabnya sembari sedikit berjalan meninggalkan Aegis.

"Apakah benar Merely sedang mengandung ?" Tanya Aegis sedikit berteriak yang otomatis membuat dokter Frans berhenti sembari menyembunyikan senyumnya. Dokter Frans berbalik dan menatap Aegis. "Benarkah ?" Tanya pria muda itu sekali lagi dengan binar kebahagiaan yang sangat terlihat di wajah tampannya.

"Wah aku hebat." Puji dirinya sendiri. Memang begitu lah Aegis lebih dekat dengan dokter Frans di bandingkan keluarganya sendiru seperti ayahnya mungkin. Dokter Frans sudah di anggap Pamannya sendiri oleh Aegis. Makannya tanpa ragu dia mengeluarkan ekspresi yang sangat sulit untuk di tampakan di hadapan orang orang.

Dokter itu menghampiri Aegis dan menepuk bahunya sebanyak dua kali. "Berubahlah dan ingat berhentilah memuaskan nafsumu pada wanita bayaran karna sekarang kau sudah memiliki ibu dari anakmu." Ucap Dokter Frans dan langsung di angguki oleh Aegis yang masih setengah percaya.

"Oh iya jika kau lapar habisi saja istrimu panaskan ranjangmu dengannya." Tambah pria tua itu berbisik yang membuat Aegis melotot tidak percaya.

"Apakah aku boleh bertemu Merely ?" Tanya Aegis mengakhiri pembicaraan tidak berfaedah mereka. Dokter itu pun tersenyum dan mengangguk.

Saat Aegis hendak masuk tiba tiba adiknya berteriak dan membuat orang orang yang ada di sana menatap Maurent.

"Berisik." Kerus Aegis.

"Aku ketinggalan berita apa kaka ?" Tanya gadis itu dengan polosnya. Ya sedari tadi Maurent berada di cafe dekat Rumah sakit. Begitulah kebiasaannya jika kemana saja pasti perut nomor satu.

Aegis hanya memutar bola matanya dan langsung masuk ke dalam tanpa menjawab pertanyaan adiknya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Astagaaa Aegis bakal jadi Papa Muda😲

Vomment😉












I'm Not BitchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang