02. Pria Berhoodie

3K 379 20
                                    

Kau tetap musim semi bagiku, walau kisahmu telah menjadi musim dingin yang berkepanjangan.

***

Karina mengambil langkah ringan menyusuri koridor Gedung A. Ia sedikit melamun --memikirkan sosok yang ada di Taman Hangang tadi. Dari postur tubuhnya seperti laki-laki. Tapi, Karina agak ragu sebab orang itu memakai hoodie. Lalu tiba-tiba ingatannya beralih pada seseorang yang menatapnya di parkiran.

Dia siapa? Apa dia mengenalku? Atau aku yang mengenal dia? ucapnya dalam hati.

"Hey Na!!" seru sahabatnya sambil menepuk pelan pundak Karina. Siapa lagi kalau bukan Mark Lee.

Mereka berdua mengenyam pendidikan di Universitas yang sama --Yonsei University. Karina berada di collage of science semester lima. Sedangkan Mark di tahun senior jurusan school of business. Bahkan mereka sekolah di tempat yang sama sejak taman kanak-kanak. Tapi, Mark sempat pergi ke Kanada dan kembali ketika keduanya tengah duduk di bangku sekolah menengah atas.

"Bisa tidak kalau datang itu dengan pemberitahuan?!" pekik Karina terkesiap.

Mark tidak menghiraukan raut wajah sahabatnya itu. "Maaf... pasti ada yang sedang kau pikirkan," ucapnya sambil merangkul gadis itu dan melanjutkan langkahnya menuju kelas.

Karina sudah terbiasa dengan sikap Mark yang seperti itu. Begitu pun dengan Mark, ia biasa menerima sikap sahabatnya yang suka berubah-ubah. Namun, ketika dengan orang lain ia akan berubah tanpa ekspresi dan bersikap dingin.

"Tidak! —heum iya," jawab Karina sedikit plin-plan sambil tetap memikirkan siapa seseorang di parkiran tadi.

Mark tiba-tiba berhenti melangkah dan otomatis gadis yang dirangkulnya pun juga. "Kau sedang memikirkan apa? Oh kau sedang memikirkan hubungan kita? Kau sudah siap aku lamar?" ucapnya sedikit bercanda dan membuat Karina merotasikan bola matanya malas. Dasar Mark.

"Ya ampun Mark cringe, carilah kekasih agar kau tidak menggangguku terus," ketus Karina sebal.

Mark hanya terkekeh dan berkata, "ada apa, hm? Apa yang membuatmu gelisah?"

"Tidak ada yang penting," jawabnya sambil menggedikkan bahunya.

Mark mengacak-ngacak rambut Karina dan berkata, "ya sudah kalau begitu." Ia menaik-turunkan kedua alis matanya.

Gadis itu hanya melirik malas ke arah Mark. Karina tahu, Mark ingin menghiburnya tapi kerapkali candaan Mark selalu garing. Sedang, lelaki itu hanya memasang wajahnya yang bisa membuat siapapun meleleh -terkekeh like anak kecil.

"Astaga Mark!" jawab gadis bersurai dark blue itu kemudian dengan ketus.

Karina melanjutkan langkahnya mendahului Mark, sambil bergumam tidak jelas. Mark pun mengambil langkah lebar dan mensejajarkannya dengan gadis itu. Entah mengapa, Mark senang kalau Karina sudah menggerutu. Rasanya seperti ada ekspresi lain di wajah cantiknya selain datar atau judes.

Di sepanjang koridor menuju kelas masing-masing, mereka berdua berbincang tentang apa saja bahkan di luar topik awal pembicaraan. Begitulah Karina dengan Mark, bersama lelaki itu, apapun bisa dijadikan bahan obrolan.

Bautiful In White | Lee Jeno ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang