Waktu akan membuatku lupa, tapi apa yang aku tulis akan membantu membuatku mengingat.
***
"Mark, kau menangis?" tanya Karina karena merasakan tubuh Mark yang sedikit bergetar.
"Ani. Aku tidak menangis. Hanya saja, luka di pipiku sangat sakit. Ternyata Jeno hebat juga," sahut Mark sedikit meringis.
Karina menggeleng cepat. "Tidak. Kau jauh lebih hebat. Sudah, jangan seperti anak kecil, akan kuobati nanti di rumah," ucapnya.
"Gomawo," sahut Mark. Aku sangat menyayangimu. Mark mengusap pelan rambut Karina dan mulai melajukan mobilnya.
Sesampainya di rumah Karina, gadis itu langsung mengambil kotak P3K untuk mengobati luka pada wajah Mark.
"Astaga Na, pelan-pelan. Sakit tahu," protes Mark.
Mark sedang diobati oleh Karina, tapi namanya juga Mark —ia selalu menggoda Karina dengan berpura-pura kesakitan walaupun memang sakit, dan mengganggu gadis itu.
"Bisa diam tidak? Aku sulit untuk membersihkan lukanya," perintah Karina karena gemas dengan tingkah Mark.
Karina sedang membersihkan luka di dekat pelipis Mark, tapi tiba-tiba ia teringat pada Jeno. Iya, Karina pernah mengobati luka di pelipis Jeno. Pergerakan Karina pun terhenti.
Bagaimana dengan luka Jeno ya? Dia 'kan selalu saja menyepelekan lukanya. Ck, kenapa juga aku harus menghkhawatirkannya, batin Karina.
"Hey Na. Karina Jung. Kau kenapa? Kenapa memasang wajah seperti itu? Aku tahu aku tampan, jadi jangan terpesona seperti itu," ucap Mark sambil menyunggingkan senyumnya.
Karina tersadar dari lamunannya setelah mendengar ucapan Mark. Lantas gadis itu semakin menekan luka yang ada di pelipis sahabatnya.
"Ya! Kau sengaja ya? Kalau kau tidak mau mengobati lukaku jangan seperti itu, sakit tahu!" ucap Mark sambil meringis kesakitan. Sedang Karina hanya mengerucutkan bibirnya.
Aku tahu kau sedang memikirkan Jeno. Jeno tidak memiliki kesalahan yang fatal sebenarnya. Hanya saja mantan kekasihnya itu yang sudah membuatmu memiliki trauma, batin Mark.
"Jangan berpura-pura, Mark. Aku tahu kau sedang berbohong, lagi pula aku tidak menekannya sekencang itu," sahut Karina santai.
Mark menggerutu. "Tetap saja sakit, Na. Tunggu, aku ingin mengambil ponselku."
Karina membersihkan sisa-sisa kapas yang sudah berubah menjadi merah darah.
Ternyata Mark mengirim pesan pada Jeno, yang isinya;
Kalau kau memang serius dengan Karina
Datanglah ke rumah Karina
SEKARANG!Cepat sekali dia membacanya, ujar Mark dalam hati.
Mark dan Karina masih saja berargumen. Tiba-tiba Dejun menginterupsi mereka.
"Ada apa dengan kalian? Dan kau Mark. Kenapa dengan wajahmu itu?" tanya Dejun yang baru saja turun dari tangga.
"Mark habis berkelahi dengan Jeno," sahut Karina.
"Jeno? Jangan bilang kalian memperebutkan Karina?" tanya Dejun sarkas.
"Tidak mungkin Kak. Karina makannya sangat banyak, bisa rugi kalau memperebutkan Karina," sahut Mark sambil menjulurkan lidahnya pada Karina.
"Ya! Mark Lee! Lebih baik aku cengkeram saja luka di wajahmu, sini kau!" Karina mengejar Mark yang sudah berlari mengitari meja ruang tengah.
"Stop, Mark," lanjutnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bautiful In White | Lee Jeno ✓
Fanfiction[Proses terbit, part masih lengkap. Silakan follow sebelum membaca.] "Aku pernah merasakan sakit yang sama. Jadi, ayo saling menyembuhkan." *** Tentang Karina yang dipertemukan dengan lelaki, bernama lengkap Lee Jeno --merupakan mahasiswa pindahan d...