07. Rumah Teman Dejun

1.3K 194 19
                                    

Berdamailah dengan keadaan. Karena keadaan akan memberikanmu waktu atau peluang untuk kau mengetahui apa yang belum kau ketahui. Atau keadaan itu sendiri bisa membuatmu menjadi dewasa, dengan bagaimana kau menyikapi keadaan tersebut.

***

Dejun melajukan mobilnya menuju rumah teman yang ia maksud tadi. "Na, mampir sebentar ya..."

"Iya," sahut Karina.

Sahutannya itu membuat Dejun menoleh ke arah Karina. Seketika ia teringat sesuatu. "Na, boleh aku bertanya? Kau masih berhubungan dengan keluarga Hwang?"

Karina agak terkejut dengan pertanyaan kakaknya. Ia pun menoleh. "Masih, tapi tidak sering. Itu juga hanya dengan Yeji. Karena dia ingin kuliah di universitas yang sama denganku," sahutnya sedikit tenang.
Lalu Karina kembali berkata, "kenapa memangnya?"

"Tidak apa-apa, hanya ingin tahu saja. Menjaga hubungan itu penting Na. Walau bagaimana pun kau pernah dekat dengan keluarga Hwang," jawab kakak laki-lakinya itu.

Karina mengangguk. "Iya, aku paham. Aku juga sudah mulai sedikit berdamai dengan keadaan," ucapnya.

"Aku juga tidak ingin melihat Ayah dan Ibu sedih karenaku," lanjutnya, lagi.

Dejun mengusap kepala Karina, dan berkata, "adik Kakak sudah dewasa ya. Aku yakin, kau bisa melewati semua ini Na," ucapnya.

Gadis itu memeluk lengan Dejun. "Gomawo Kak," sahutnya.

"Kakak selalu ada untukku. Begitu juga dengan Ayah, Ibu, Jisung, dan teman-temanku, terutama Mark yang selalu berada di sisiku," ucap gadis itu dan sedikit melirik Dejun. "Aku sangat menyayangi kalian," lanjutnya lagi.

Karina sedikit meneteskan air mata, mengingat bagaimana hidupnya belakangan ini. Sebuah fakta yang membuatnya sedikit menyesal dan sulit melupakan. Juga menjadikan Karina sosok yang berbeda --lebih menutup diri dan membangun dinding pertahanan.

"Sudah jangan bersedih. Maaf aku tidak bermaksud membuatmu mengingatnya lagi. Kau tidak sendirian Na. Ada kami yang akan selalu ada untukmu," ujar Dejun.

Kakak laki-lakinya itu mengusap-usap rambut Karina dengan satu tangan. Karena satu tangannya lagi untuk menyetir. Karina pun menganggukan kepala dan semakin memeluk erat lengan tangan kakaknya itu.

Beberapa menit kemudian, Karina dan Dejun tiba di pekarangan rumah Hendery yang terletak tak jauh dari perumahan mereka.

Pintu mobil terbuka. "Yo Hendery! Kau sedang apa?" sapa Dejun sambil tertawa renyah.

"Ya! Kau!" seru Hendery. "Kau bilang buru-buru, maka dari itu aku standby di depan pintu, agar langsung bisa memberikan ponselmu ini," lanjutnya, lagi.

"Ah iya, gomawo. Iya, aku tidak bisa lama karena adikku ikut, takut kemalaman," jawab Dejun.

Hendery mengangguk. "Oh iya, bagaimana dengan proposal yang kau ajukan tempo hari?"

"Astaga, iya ternyata..."

Dejun lupa kalau ada Karina yang menunggunya. Ia asik mengobrol dengan Hendery soal pekerjaan. Pengusaha muda seperti mereka memang sedang semangatnya merintis perusahaan. Ditambah bakat minat mereka pun sama, yaitu dibidang otomotif.

Merasa terlalu lama, akhirnya Karina pun turun dari mobil untuk mengajak Dejun pulang. Ini sudah larut malam, dan perjanjiannya adalah tidak akan lama-lama. Jangan lupakan kepribadian Karina yang berbeda dari sebelumnya, membuat gadis itu agak sedikit disiplin akan waktu.

Hendery mengernyitkan dahinya mendapati Karina turun dari mobil dan berkata, "Karina? Wah sudah beranjak dewasa ya."

Karina tak langsung menjawab ucapan Hendery. "Kak Dejun, ayo pulang!" serunya.

Bautiful In White | Lee Jeno ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang