22. Suspicion

865 122 1
                                    

... adalah hati, sesuatu yang tak bisa aku kendalikan. Ia yang tidak bisa aku perintah seperti tubuh yang lainnya, ia yang tidak bisa aku atur untuk jatuh cinta kepada siapa.

***

Di kediaman keluarga Lee.

Dua hari setelah Jeno menyatakan perasaannya pada Karina.

Di kamar Hendery, ia sedang mengernyitkan dahinya karena bingung sekaligus aneh melihat adik satu-satunya itu tersenyum sendirian. Padahal ia sedang menonton film dengan adegan sedih. Aneh bukan?

"Ada apa dengannya?" gumam Hendery.

Hendery mencoba untuk mengagetkan Jeno dengan melemparkan bantal sofa ke wajah adiknya itu. --bantal terlempar-- "Ya!" sentak Jeno karena terkejut.

"Sakit? Kenapa senyum-senyum sendiri, eoh?" tanya Hendery.

"Ck, ada apa denganmu Kak? Kenapa melemparkan bantal padaku?" jawab Jeno bingung.

"Kau yang kenapa?" sahut Hendery.

"Kenapa? Aku? Aku sedang bahagia," jawab Jeno dan tersenyum lebar mengingat kejadian tempo hari di rumah Karina.

"Ck, aku kira ada apa. Jadi kapan kau akan berbicara pada orang tua Karina?" tanya Hendery.

"Lusa Kak. Doakan ya semoga aku bisa berbicara dengan lancar di hadapan orang tua Karina. Sungguh, aku sangat gugup," sahut Jeno.

Sebelum Hendery menjawab, tiba-tiba suara bel rumah berbunyi.

Tettt-teett.

Hendery berdiri dari duduknya dan berjalan menuju pintu rumah untuk memeriksa siapa yang datang.

"Iya, tunggu sebentar," ucap Hendery.

Ia membuka pintu dan terdapat seorang wanita dengan dress sepaha berwarna merah, rambut sepinggang. Cantik tapi jika melihat senyuman di wajahnya tergambar berbagai macam kelicikan yang tersembunyi.

"Winter?" ucap Hendery sedikit terkejut.

Untuk apa wanita ini datang ke rumah? batin Hendery.

Winter mencoba untuk tersenyum semanis mungkin --tapi tetap saja tidak tulus.

"Hai Kak Hendery. Annyeonghaseyo," ucap Winter dengan nada yang --menurut Hendery berlebihan.

Hendery merubah raut wajahnya seperti biasa lagi tapi sedikit jutek. "Hm. Ada keperluan apa kau ke sini?" tanyanya.

Winter masih tetap memasang wajah manisnya. "Aku dari kampus Jeno. Ternyata dia tidak ada. Jadi, aku ke sini untuk —" sebelum Winter selesai berbicara,

Hendery berkata, "Jeno tidak ada di rumah. Silakan pergi kalau sudah tidak ada keperluan di sini. Akan kuantar jika kau lupa dengan pintu gerbang keluar."

Boom!!

Raut wajah Winter langsung berubah menjadi sinis.

Apa maksudnya ini? Dia mengusirku? batin Winter sambil berdecih.

Tanpa menjawab ucapan Hendery, Winter berbalik arah untuk keluar dari kediaman keluarga Lee.

Hendery mengernyitkan dahinya karena bingung dengan sikap Winter. Aigoo! Winter memang cantik tapi seram sekali jika ia tersenyum. Jeno, bagaimana bisa kau berhubungan dengan wanita seperti dia, ck, batinnya.

Hendry pun menutup pintu rumah dan kembali untuk kembali ke kamar.

Jeno bingung melihat Hendery yang baru saja kembali, tapi tidak ada tamu yang ikut masuk ke dalam rumah. Ditambah raut wajah Hendery seperti sedang berpikir sesuatu.

Bautiful In White | Lee Jeno ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang