03. Beginning

2.2K 293 7
                                    

Ketika kau mulai memikirkannya, itu pertanda kau mulai peduli padanya.

***

Masih di hari yang sama. Lee Jeno, tengah sibuk dengan pemikirannya sendiri. Bahkan ia tak menyadari kehadiran sahabat-sahabatnya. Bagi Jeno, dengan berada di antara mereka bisa membuatnya sedikit melupakan hal-hal yang mengusiknya akhir-akhir ini.

"Yo Jeno Lee, Na Jaemin!" seru Huang Renjun, sambil menepuk pundak Jeno dan Na Jaemin bersamaan.

Mereka berdua terkesiap dan sedikit terkejut. "Aish! Berisik!" tegur Jeno.

Renjun mengernyitkan dahi. "Ada apa dengannya?" tanyanya pada Jaemin sambil menunjuk Jeno menggunakan dagu.

"Urus saja temanmu itu, dari tadi dia melamun terus. Raut wajahnya seperti sedang menahan lapar," jawab Jaemin sambil melirik seseorang di sampingnya —Jeno.

Lelaki berkacamata itu lanjut membaca buku yang ada di tangannya. Sedang, Jeno yang merasa tersindir, langsung melirik sekaligus menepuk pundak yang membuatnya meringis dan mengalihkan pandangannya dari buku.

"Kurang kerjaan sekali dirimu, Jen." Selanjutnya Jaemin hanya menggerutu —lebih tepatnya marah-marah tertahan.

Lee Haechan; pemuda itu malah melantur. "Siapa yang lapar? Aku juga lapar, ayo kita ke kantin," ucapnya dengan polos.

Sebelum Haechan melangkah, ada yang mencekal lengannya. "Astaga Echan-ie! Siapa juga yang ingin pergi ke kantin? Ck," ucap Renjun dan menepuk dahinya sendiri.

"Eung? Bukan ya? Tadi kata Jaemin, Jeno lapar 'kan? Ayo kita ke kantin," sahut Haechan santai.

"Ah, molla!" ucap Renjun sambil menghela napas kasar dan mengacak rambutnya. Mimpi apa ia sampai memiliki sahabat seperti Haechan?

"Apa salahku?" tanya Haechan bingung. Ia memerhatikan Jeno yang sedari tadi hanya diam.

Sedangkan Jaemin hanya melirik malas ke arah Haechan dan Renjun. Lalu ia berdiri dari duduknya. "Sudah jangan hiraukan perkataanku tadi. Ayo kita ke kelas," ucapnya.

Haechan menurut saja apa kata Jaemin, Jaemin panutanku! Batinnya.

"Baiklah, ayo. Aku tidak ingin melakukan hukuman yang selalu kita hindari," tukas Renjun. Ia berjalan menuju kelas, diikuti Jaemin dan Haechan. Kebetulan pagi ini dimulai dengan kelas Pak Sehun, dosen yang terkenal killernya.

Meninggalkan Jeno yang masih diam di tempat dan memikirkan seseorang yang sudah menjadi masa lalunya, sekaligus seorang gadis yang dilihatnya tadi pagi di taman maupun di parkiran depan Kampus.

Kenapa aku jadi memikirkannya lagi? Dan juga gadis yang kutemui di taman. Ada apa denganku? Batin Jeno.

Aneh bukan?

Lelaki pemilik mata bak bulan sabit itu masih sibuk dengan pemikirannya sendiri. Hingga Jaemin kembali untuk mengajaknya. "Ya! Lee Jeno. Ayo ke kelas, kenapa kau masih melamun saja?" sentaknya.

"Eung? Ah, iya Jaem tunggu sebentar." Jeno meraih tasnya dan berjalan beriringan dengan Jaemin menuju kelas.

***

Di kelas Bisnis.

Sehun sedang menjelaskan materi di depan, sesekali ia mencatat poin penting di papan tulis. Semua mahasiswa/i dengan seksama mendengarkan apa yang dosen itu sampaikan.

Namun, tidak pada Mark. Ia sedang memerhatikan mahasiswa pindahan. Siapa lagi kalau bukan Jeno.

"Oh! Dia yang sudah membuat Karina melamun tadi. Apa dia mengenal Karina? Atau malah sebaliknya?" Mark memikirkan sesuatu.

"Ah, membuatku penasaran saja," lanjutnya bergumam.

Sedang, Jeno merasa ada yang menatapnya, ia pun langsung menoleh tepat ke arah Mark. Tatapan mereka saling betemu. Detik itu juga ia mengernyit, pasalnya pandangan orang itu penuh selidik.

"Dia kenapa ya?" gumam Jeno, terdengar oleh Jaemin di sampingnya.

"Ada apa Jen?" bisik Jaemin.

"Itu ada yang sedang menatap ke arahku. Kau tahu dia siapa Jaem?" jawab Jeno sedikit berbisik dan mengarahkan pandangannya ke Mark.

Jaemin mengikuti arah pandang Jeno. "Oh itu. Dia wakil ketua perkumpulan mahasiswa/i di kampus kita Jen. Mark Lee namanya. Sahabatnya ratu es kampus kita, eh lebih tepatnya seperti kekasihnya karena ke mana-mana selalu berdua," bisiknya.

Jeno menoleh ke arah Jaemin. "Ratu es? Siapa?" tanyanya sambil mengernyitkan dahinya.

"Tadi di parkiran bukannya kau sedang memerhatikan Karina? Aku kira kau sudah mengenalnya," sahut Jaemin.

Jeno berpikir sebentar. Ah yang itu? Itu 'kan gadis yang tidak sengaja bertatap muka denganku di taman tadi pagi. Karina namanya? hmm. Batinnya.

Karena merasa diabaikan oleh Jeno, Jaemin kembali memperhatikan Sehun yang sedang menjelaskan materi kuliah di depan kelas.

Kenapa aku jadi penasaran seperti ini? Lanjut Jeno dalam hati.

Sedang, Mark masih terus memikirkan kemungkinan Karina dan Jeno saling mengenal.

Aku akan mencari tahu nanti! Batin Mark.

Kelas pertama pun berakhir. Seluruh mahasiswa/i berhamburan keluar ruangan, begitu juga dengan Karina Jung.

Gadis itu berjalan dengan tergesa-gesa hingga tak sadar kalau di depannya ada seseorang yang tengah melangkah ke arahnya.

BRUUK!

"Aww! Aduuuh!!" pekik Karina meringis sambil mencoba untuk berdiri dengan terburu-buru.

Seseorang yang membuat gadis itu terjatuh, hanya diam berdiri di depannya tanpa ada niatan untuk membantunya berdiri.

"Aish! Kalau jalan itu lihat-lihat! Punya mata untuk dipakai bukan dijadikan pajangan!" bentak Karina sambil menepuk-nepuk celananya.

Jeno; ya pemuda itu hanya mengernyitkan dahinya ketika melihat Karina mengomel. Hingga gadis itu melanjutkan langkahnya sedikit berlari tanpa melihat ke arah Jeno.

"Bukankah dia gadis itu? Ternyata cerewet," gumam Jeno. Ia pun melanjutkan langkah kakinya.

Ya, mereka masih memasang dinding pertahanan yang begitu kokoh. Bagi keduanya, tidak ada yang lebih penting dibandingkan masalahnya sendiri.

Sedang di sisi lain. Karina terlihat menggerutu disepanjang koridor menuju kelas sahabatnya —Mark.

"Sangat menyebalkan! Karina Jung, jalan itu yang benar!" monolognya sambil marah-marah.

Gadis itu ingin bercerita tentang kejadian tadi pagi dan di parkiran pada Mark. Sebab sepertinya keduanya saling berkaitan. Namun, ia tidak sadar bahwa yang ia tabrak tadi adalah Jeno —seseorang tersebut.

Bautiful In White | Lee Jeno ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang