Kalau kau memulainya dengan tidak baik, jangan berharap mendapatkan hasil yang baik.
***
Saat ini Jeno sedang duduk di ruang tamu rumah Karina. Lelaki itu ditatap oleh kelima pasang mata, Mark, Ningning, Chenle dan pemilik rumah yaitu Karina serta Jisung.
"Ada urusan apa kau datang ke sini?" tanya Mark sambil menatap sinis ke arah Jeno.
Sedikit tak nyaman, Jeno berusaha biasa saja. "Aku ingin memberikan file penting dari Kakakku untuk Kak Dejun."
Chenle mengernyit. "Memangnya siapa kakakmu?" tanyanya.
"Hendery," jawabnya singkat.
Karina sedikit terkejut, ternyata benar apa yang ia lihat kemarin. "Mwo? Jadi benar, kau adalah adik dari Kak Hendery?" tanyanya memastikan.
"Iya, memangnya kenapa?" tanya Jeno sambil mengernyitkan dahinya. "Aku juga baru memastikan kalau kau adiknya Kak Dejun."
Gadis itu menggelengkan kepalanya. "Tidak apa-apa."
"Jadi benar yang aku lihat saat di rumah Kak Hendery kemarin," gumam Karina.
Tak ingin melihat lebih lama keberadaan Jeno, akhirnya Mark angkat bicara. "Ya sudah, kau bisa berikan file itu pada Karina."
"Maaf tidak bisa. Aku harus memberikan sendiri file ini kepada Kak Dejun. Itu amanat dari kakakku," tolak Jeno.
Mendengus sebal, mendapati jawaban seperti itu, Mark pun berkata, "apa susahnya menitipkan itu pada Karina."
Karina menjadi penengah antara Mark dan Jeno. "Ah, iya Jeno-ssi. Bagaimana dengan lukamu? Sudah kau ganti perban yang ada di pelipismu itu?" tanyanya mengalihkan pembicaraan.
"Belum, bisa dilakukan nanti," sahut Jeno.
Gadis itu mendecih. "Kau ini bagaimana. Itu 'kan sudah dari tadi. Bisa infeksi lukamu kalau tidak diganti perbannya. Ya sudah sini, aku saja yang mengganti perban di pelipismu." Karina langsung berdiri dan mengambil kotak P3K yang ada di dekat dapur.
Mark pun berdehem sambil menatap Jeno, sedangkan lelaki itu hanya mengernyit heran. Rasanya aneh mendapati tatapan seperti itu dari Mark. Bahkan tak hanya saat ini, setiap di kelas pun Mark selalu memerhatikannya.
"Omong-omong, terima kasih sudah menolong Karina tadi. Maaf aku sudah menuduhmu," ujar Mark setengah hati.
Jeno mengangguk. "Iya tidak masalah. Wajar saja, karena kau sangat khawatir padanya," sahutnya dan memaklumi atas tindakan Mark di kampus tadi.
Suasana tiba-tiba hening.
"Annyeong. Aku Ningning, di sampingku Chenle dan itu yang sedang menonton televisi, Jisung adiknya Karina. Iya Jeno-ssi terima kasih, sudah menolong Karina. Aku tidak ingin dia kenapa-kenapa lagi," ucap Ningning memulai pembicaraan.
Baru saja Jeno ingin bertanya, ada apa dengan Karina. Sang pemilik nama sudah kembali dengan kotak P3K ditangannya.
"Kemarilah." Karina menggerakkan satu tangannya guna meminta Mark untuk menggeser badannya. "Mark pindah tempat duduk, aku ingin mengobati Jeno," lanjutnya lagi.
Merasa diusir, Mark hanya mendengus dan berpindah tempat duduk. Gadis itu pun mulai membuka perban yang ada dipelipis Jeno. Hingga membuat Jeno yang melihat Karina dari jarak sedekat ini hanya diam mematung dan menikmati pemandangan yang ada di hadapannya.
Cantik. Batin Jeno.
Sedangkan di seberang sofa, ada Mark yang melihat interaksi Karina dengan Jeno hanya mengalihkan pandangannya. Chenle dan Ningning pun beranjak dari duduknya untuk ke dapur membuat minuman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bautiful In White | Lee Jeno ✓
Fiksi Penggemar[Proses terbit, part masih lengkap. Silakan follow sebelum membaca.] "Aku pernah merasakan sakit yang sama. Jadi, ayo saling menyembuhkan." *** Tentang Karina yang dipertemukan dengan lelaki, bernama lengkap Lee Jeno --merupakan mahasiswa pindahan d...