Karina Jung; gadis itu sedang gelisah karena tidak biasanya Mark susah dihubungi. Hari ini sudah genap seminggu pemuda itu jarang menemuinya.
"Coba kau tenang. Kau sudah menelepon rumahnya atau Ibunya?" tanya Giselle.
Karina mengangguk satu kali. "Aku sudah menghubungi ponsel Ibunya, telepon rumah bahkan semua teman-teman Mark yang aku tahu," sahutnya.
"Mungkin Mark sedang ada urusan atau ponselnya habis baterai?" ucap Giselle asal menebak.
Karina tetap khawatir. "Tapi akhir-akhir ini Mark sangat jarang menghubungiku. Aku khawatir padanya."
"Aku mengerti Na, ya sudah lebih baik kita tidur saja. Kau harus istirahat. Aku tahu kau telah berusaha tegar atas kejadian hari ini," ucap Giselle.
Karina melamun mengingat kejadian yang ia alami tadi siang.
---
Beberapa jam lalu.
Di kampus —lebih tepatnya di depan kelas Karina, seorang lelaki sedang berdiri sambil memasukkan satu tangannya ke dalam saku celana. Ia sesekali melihat jam di pergelangan tangannya. Hingga menit berikutnya, gadis yang ia tunggu keluar kelas.
Ia tersenyum ke arah Karina. "Hai. Kelasmu sudah selesai?" tanya Jeno.
"Hai, Jen. Kau lihat bukan? Aku sudah ada di hadapanmu, jelas kelasku sudah selesai," jawab gadis itu dan tersenyum simpul.
Jeno terkekeh. "Ayo, kau jadi menemaniku bertemu dengan temanku 'kan?" tanyanya.
Gadis cantik itu mengangguk. "Baiklah. Ayo Jen." Baru saja ingin melangkah, ia berhenti dan menghadap Jeno. "Ah, tunggu. Apa kau melihat Mark masuk kelas hari ini?" tanyanya.
"Mark masuk kelas hari ini, tapi dia sudah pergi lebih dulu setelah menerima telepon. Dan menitipkanmu padaku," jawab Jeno.
"Memangnya aku ini barang, dititipkan padamu. Ya sudah ayo," ucap Karina sambil berdecak sebal.
Jeno tertawa. "Bercanda Karina. Mark hanya titip salam padamu."
"Aish, terserah apa katamu saja," sahut Karina, tidak lupa dengan mengcerucutkan bibirnya.
Jeno sangat gemas jika Karina sudah bertingkah seperti begitu. Ia pun menggandeng tangan gadis itu dan melangkahkan kaki mereka menuju tempat parkir di kampus.
Semua mahasiswa/i yang melihatnya pun sudah tidak heran lagi, karena akhir-akhir ini sang ratu es Karina memang dikabarkan sedang dekat dengan pemuda salah satu most wanted di kampus, Jeno.
"Jen, untuk apa kau mengajakku ke dalam pertemuan dengan temanmu itu?" tanya Karina saat sudah berada di dalam mobil.
Jeno menoleh dan tersenyum ke arah gadis itu. "Nanti juga kau akan tahu. Ada yang harus kuluruskan, dan kau harus mengetahui segalanya."
"Sekarang kau main rahasia-rahasian denganku ya. Aku marah padamu," ucap Karina sambil menyilangkan kedua tangan di dada.
Tiba-tiba mobil Jeno berhenti dan itu membuat Karina tersentak kaget. "Jen, kau sudah gila?" pekik gadis itu.
"Kau yang membuatku gila, Karina," jawab Jeno sambil memandang gadis di hadapannya dengan sangat intens bahkan sampai mendekatkan wajahnya kepada gadis itu.
"Ma-mak-sud-mu?" jawab Karina terputus-putus. Sungguh, saat ini gadis itu sangat gugup. Pasalnya wajah Jeno sangat dekat.
Ya. Jarak antara wajah Karina dan Jeno sudah sangat dekat sehingga gadis itu bisa merasakan deru napas dari Jeno. Sampai membuat ia memejamkan matanya. Tapi Karina merasakan tangan pemuda itu yang memegang pinggangnya. Ia pun membuka matanya dengan pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bautiful In White | Lee Jeno ✓
Fanfiction[Proses terbit, part masih lengkap. Silakan follow sebelum membaca.] "Aku pernah merasakan sakit yang sama. Jadi, ayo saling menyembuhkan." *** Tentang Karina yang dipertemukan dengan lelaki, bernama lengkap Lee Jeno --merupakan mahasiswa pindahan d...