13. Curahan Hati

1.1K 156 8
                                    

Satu hal yang pasti, cinta tak akan tumbuh jika wadahnya tak dibiarkan terbuka. Makanya kenapa setiap orang yang patah hati sukar untuk memupuk cinta, karena wadahnya sudah tak utuh lagi.

***

"Aku pulang!" teriak Karina yang baru saja tiba di rumah.

Jisung datang menghampiri, dengan berbagai snack di kedua tangannya. Ia baru saja dari dapur. "Pulang dengan siapa? Diantar Kak Mark?" sahutnya. Kemudian ia kembali duduk di sofa.

Karina menggeleng sekali, lalu ikut duduk di samping Jisung dan menyomot snack milik pemuda itu. "Bukan, aku diantar Jeno."

"Aku lihat akhir-akhir ini, sepertinya Kakak lebih sering pulang bersama Kak Jeno ya? Memang Kak Mark ke mana?" tanya Jisung.

"Mark agak sibuk belakangan ini. Kenapa?"

"Tidak apa-apa. Kalau dari yang aku lihat, Kak Jeno sepertinya menyukaimu Kak." Jisung menatap kakaknya sambil menaik turunkan alisnya.

Tentu saja Karina terkejut mendengar ucapan Jisung. "Jangan sok tahu!"

"Aku 'kan laki-laki juga. Aku tahu apa yang pria lakukan kalau sedang menyukai seorang gadis," sahut Jisung.

"Eh? Memang seperti itu ya? Sudah jangan bicara yang tidak —tidak," sergah gadis itu sambil mengipas-ngipas wajahnya menggunakan kedua tangan.

"Terserah Kakak saja," ujar Jisung dan kembali fokus pada cemilannya.

"Kau tidak menjemput Ibu, Sung?"

"Tidak. Ibu pulang dengan Ayah, mereka ingin makan malam berdua di luar," jawab Jisung.

Tersenyum samar, Karina bersyukur orangtuanya masih sangat romantis. "Ah, Ayah dan Ibu masih saja romantis walaupun sudah tidak muda lagi."

"Makanya, cari suami yang seperti Ayah, Kak," celetuk Jisung dan menatap Karina.

Mendengus sebal. "Kau juga Sung, cari istri yang seperti Ibu," balas Karina. "Ah, iya Sung. Bagaimana dengan gadis yang sedang kau dekati itu? Siapa namanya?" lanjutnya.

"Namanya Summer." Pemuda itu tak peduli, pasti kakaknya hanya ingin mengejeknya.

"Cantik? Anak keberapa? Pintar tidak? Dia juga suka denganmu?" cecar Karina membuat Jisung kesal.

"Aigoo Kak. Ibu saja tidak seperti itu bertanya padaku," protes Jisung.

Karina tertawa. "Sudah, jawab saja."

"Iya —iya. Cantik. Dia punya kakak perempuan tapi sedang kuliah di luar negeri dan akan kembali dalam waktu dekat ini," jawabnya.

"Lalu dia suka padamu tidak?" tanya Karina, lagi.

"Sudah pasti iya. Gadis mana yang tidak terjebak dalam pesona seorang Jisung? Anak dari pasangan Jaehyun dan Irene." Jisung dengan bangganya berbicara seperti itu.

"Berlebihan sekali kau," ujar Karina sambil memicingkan matanya. "Belajar saja yang benar. Belum waktunya untuk berpacaran," lanjutnya lagi.

"Ah, ucapan Kakak kali ini sama persis seperti Ibu," dengus Jisung.

"Ibu dan aku benar 'loh Sung. Perbanyak teman tidak apa," ucap Karina sambil terkekeh.

"Iya iya," jawab Jisung sambil mengerucutkan bibirnya.

"Ya sudah Kakak mau ke kamar dulu, ingin mandi lalu fangirlan," ucap Karina sambil menyengir dan bangkit dari duduknya.

"Aish, Kak. Jisung lebih tampan dari oppa-oppa idolmu itu tahu," ketus Jisung.

Karina tidak menjawab ucapan Jisung dan berjalan menuju kamarnya.

Di kamar, Karina memikirkan ucapan Jisung mengenai Jeno yang kemungkinan menyukainya.

"Kenapa aku jadi kepikiran dengan ucapan Jisung ya. Memang benar kalau Jeno menyukaiku?" monolognya.

"Ah aku tidak tahu. Sebenernya aku nyaman saat di dekat Jeno. Dia baik, dan juga selalu bisa membuatku tertawa bahagia. Sama seperti Mark," lanjutnya.

"Aku harus bagaimana? Aku akan menceritakan ini dengan Ningning dan Giselle," ujar Karina pada dirinya sendri.

Ia pun menghubungi sahabatnya itu. Selanjutnya Karina iseng dan mengupload foto dirinya sendiri di instagram sambil menunggu kedatangan sahabatnya.

Namun, Karina tak mengira kalau sahabat-sahabat Jeno membanjiri kolom komentar di foto tersebut. Bahkan ada yang bilang kalau Jeno cemburu karena Jaemin telah menggoda Karina. Padahal Jaemin hanya mengomentari kalau foto Karina cantik.

***

"Giselle, aku ingin menceritakan sesuatu padamu," ucap Karina pada sahabatnya itu.

Giselle mengangguk. "Mau cerita apa?" tanyanya.

"Aku kenapa ya? Akhir-akhir ini aku seperti bukan aku," sahut Karina.

Gadis bernama Giselle mengernyitkan dahinya. "Maksudmu apa, Na?" tanyanya bingung.

"Hm maksudku, aku bisa mengekspresikan diri lagi, seperti dulu. Kau paham 'kan?" jawab gadis itu.

Giselle mengangguk mengerti. "Lalu kenapa?"

"Ya aku merasa lebih bahagia saja. Aku juga sudah tidak pernah terlalu memikirkan masa lalu." Karina diam sejenak. "Aku ingin mencoba membuka hati untuk seseorang. Bagaimana menurutmu?" tanyanya.

"Dengan siapa? Mark? atau Jeno?" Giselle menoleh ke arah Karina.

"Kenapa kau bisa menebak Jeno?"

"Sangat terlihat jelas, kalau Jeno menyukaimu. Apalagi Mark, dia sahabatmu tapi cara dia memperlakukanmu itu berbeda bukan seperti sahabat saja," sahut Giselle.

"Eoh? Mark menyukaiku?" Karina memiringkan kepalanya sambil menatap Giselle. Ia bingung dengan pernyataan sahabatnya itu.

Giselle mendengus kesal. Ia bingung, bagaimana bisa Karina tidak peka seperti ini? Bahkan orang lain saja bisa melihat dengan jelas kalau Mark menyukainya. "Pikir saja sendiri."

"Kenapa aku tidak sadar ya, kalau memang benar Mark menyukaiku. Jeno juga," ucap Karina sambil memasang wajah bingung.

"Astaga Na! Kau sudah bukan anak sekolah menengah atas lagi. Kau itu sudah menjadi Mahasiswi tingkat senior, sudah dewasa. Masa tidak bisa membedakannya!" seru giselle gemas dengan sahabatnya itu.

"Aku belum tahu, eh memang tidak tahu sih tepatnya," jawab gadis itu sambil terkekeh.

"Kau harus menetapkan pilihan dari hati. Karena hati lebih peka dari pada hanya mengandalakan pikiran," ucap Giselle serius.

"Sell sehat?" ujar Karina menggoda sahabatnya itu.

Mereka berdua sedang berada di kamar. Ningning tidak bisa datang dikarenakan ada urusan pribadi dan Giselle berniat menginap di rumah Karina hari ini.

"Tidak usah menggodaku," dengus Giselle. "Aku sebagai sahabatmu bersyukur, kalau kau mau mulai mencoba untuk membuka hati lagi, membuat lembaran baru. Tapi sebelum itu, kau harus meyakinkan hatimu sendiri. Jangan sampai ada yang tersakiti, terutama dirimu sendiri dan seseorang yang kau cintai nantinya," ucap Giselle bijak.

"Aaaah iya, Sell. Aku sangat bersyukur mempunyai sahabat sepertimu, Mark, Jeno, Chenle dan Ningning." Karina memeluk Giselle dengan manja.

Tiba-tiba saja Karina teringat dengan mendiang tunangannya dulu.

Kau pasti sedang melihat aku dari jauh sana 'kan? Kau akan bahagia jika melihatku bahagia bukan? Izinkan aku untuk membuka sebuah lembaran baru tanpa menghilangkan lembaran yang sudah ada.

Kau dan kenangan kita akan tetap berada dibagian terpenting dalam hatiku maupun kehidupanku. Semoga aku bisa menemukan kepingan yang akan melengkapi isi hatiku. Bantu aku dalam semua prosesnya. Batin Karina sambil tersenyum.

Ya, ucapannya itu tertuju pada mantan tunangannya yang telah tiada.

Sedangkan Giselle sempat tertegun atas tindakan Karina, karena selama ini gadis itu jarang menunjukan sikap seperti itu, manja.

Bautiful In White | Lee Jeno ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang