"5 orang?" Kata Rio bingung.
"Bukankah biasanya 4 orang saja?" Tanya Jen kepada Bu Xhena.
Bu Xhena menggeleng.
"Tidak, kali ini harus lima orang, karena untuk UTS kali ini akan lebih susah," Katanya.
"Oke cari kelompok kalian masing-masing!" Seru Bu Xhena kepada semua murid.
"Sepertinya, rencana untuk tidak bersama Elina-mu gagal," Kata Jen.
Victor memutar bola matanya.
"Kenapa harus dengan Elina? Itu!" Kataku sambil menunjuk seorang laki-laki yang menyilangkan tangannya dan berdiri sendirian.
Sepertinya dia belum dapat kelompok...
"Apa kau yakin? Dia kan.." Ucap Rio ragu.
"Dia apa?" Tanyaku.
"Dia Ricky, Anak kelas unggulan. Sekelas dengan Willy. Tapi, dia punya keterbatasan indra, kau tau kan maksudku?" Jelas Victor.
"Yasudah, daripada mengambil wanita gila itu kan?" Kata Jen.
Victor dan Rio bertatap-tatapan sampai akhirnya setuju dengan kami.
Kami mendatangi laki-laki itu.
"Hai, apakah kamu sudah punya kelompok?" Tanyaku pada si rambut biru tua itu.
"Belum," Jawabnya singkat.
"Maukah kau bergabung dengan kami?" Tanya Jen.
Dia menatap kami berempat bergantian. Walaupun sebenarnya tidak melihat kami karena dia.. ehm.. buta. Cukup lihat dari matanya. Matanya tertutup rambutnya dan iris matanya tidak berwarna.
"Benarkah?" Tanya Ricky.
"Tentu!" Ujar aku dan Jen bersamaan, sementara kedua pemuda itu hanya menyaksikan kami.
Ricky tersenyum.
"Baiklah kalau begitu," Katanya.
Aku dan Jen bersorak gembira sehingga semua pasang mata ke arah kami. Rio dan Victor hanya seperti 'dia bukan temanku, aku tidak kenal,'
"Oke semuanya, apakah kalian sudah mendapat kelompok masing-masing?" Tanya Ms. Veira.
"Sudah!"
"Bagus, sekarang peraturannya seperti biasa, tetaplah hidup! Tapi, jika ingin dapat nilai maksimal sentuh krystal ungu di atas menara," Jelas Ms. Veira.
"Krystal? Kalian tidak pernah menceritakannya kepadaku!" Kataku.
"Ayolah Vivi, itu mustahil!" Kata Rio.
"Mustahil apanya?" Tanyaku.
"Menyentuh krystal itu sangat susah! Melihatnya saja susah!" Keluh Jen.
"Oke, aku harap kalian sudah siap semuanya ya!" Kata Ms. Veira.
Tiba-tiba muncul sebuab portal didepan kami. Ms. Veira mengisyaratkan kami untuk masuk.
Kami masuk ke dalam portal itu dan tiba di sebuah hutan.
Aku masih menanyakan tentang krystal itu.
"Ayolah kita ke krystal itu dulu!" Ajakku.
"Susah Vivi," Kata Victor.
"Ayolah! Ini UTS pertamaku! Lagipula tidak ada salahnya kan," Kataku sambil membuat puppy eyes paling imutku.
Semua teman-temanku bertatapan.
"Tidak ada yang menyakitkan untuk mencoba sekali lagi kan?" Kata Ricky dan akhirnya semua temanku setuju.
"Oke berarti jika kita ingin ke krystal ini, kita harus ke arah utara," Jelas Victor.
"Ke sana," Kata Jen.
Kami terus berjalan mendalami hutan ini.
"Nama kalian siapa? Aku belum kenalan," Kata Ricky.
"Rio,"
"Victor,"
"Vivi,"
"Jen,"
"Oh,..," Ucapnya.
Aku sedikit bingung kepadanya. Maksudku dia benar buta atau tidak? Dari tadi dia jalan santai saja, dan tidak menabrak apa-apa tuh!
"Ric, bagaimana kau bisa berjalan tanpa menabrak?" Tanyaku.
Ricky menatapku dan memberikan senyumnya. Dia punya taring yang panjang. Apa dia werewolf ? Ataukah vampir?
"Elemenku air dan angin, jadi jika aku berjalan aku bisa mendeteksi benda-benda di sekitarku lewat angin, tapi aku lebih suka menggunakan suara, pendengaranku lebih tajam dari manusia karena aku werewolf," Jelasnya.
"Bagaimana bisa dua elemen?" Tanya Victor.
"Bukankah seharusnya kau tanya Willy? Dia juga punya dua," Kata Ricky.
"Tapi aku sedang bertanya denganmu," Kata Victor datar.
Ricky mengeluarkan senyumnya lagi.
"Untuk jawaban pertanyaanmu, aku tidak tau," Kata Ricky membuat Victor kesal.
Rio berhenti.
"Ada apa?" Tanya Jen.
"Kita sudah dekat dengan gunung itu, mungkin 100 M lagi, sebaiknya kita istirahat disini sebelum senja," Kata Rio.
"Tapi dimana?" Tanyaku.
Rio mengeluarkan elemennya dan membuat sebuah gua.
Kami masuk ke dalam gua itu.
"Sepetinya kalau malam akan dingin, kita harus mengumpulkan kayu agar aku bisa membuat perapian," Kata Jen.
Kami langsung berpencar untuk mengumpulkan kayu sabanyak mungkin. Kamipun mendapat satu lusin kayu siap untuk dibakar.
Jen mengeluarkan elemennya. Dia membakar kayu-kayu itu dan membuat perapian yang cukup untuk kita ber-5.
"Soal itu sudah selesai, sekarang tinggal masalah minum dan makanan," Kata Victor.
"Oh ya! Untuk soal itu, tadi aku menemukan telaga, tapi tidak bisa kupastikan aman, mungkin Ricky bisa mengeceknya," Kata Rio.
Tapi saat Ricky ingin mengecek, hujan deras tiba-tiba datang. Kami pun terpaksa berteduh di gua ini sampai hujannya reda? Mungkin..
Ctaarrr!!
Aku tersontak kaget. Aku sungguh tidak suka hujan. Terlebih lagi jika ada petir. Aku takut.
CTARRR!
Untuk kesekian kalinya aku tesontak lagi. Aku takut.
"Ada apa?" Tanya Victor yang ada disampingku.
"Takut,"
"Takut apa?"
"Petir,"
Victor menggelengkan kepalanya.
"Apa yang perlu ditakutkan?" Tanya Victor.
"Kalau ada petir, pasti ada hantu!"
"Tidak akan ada hantu,"
Ctarrrrrr!
Lagi-lagi..
Aku melipat kedua kakikku di depan dada dan memeluknya. Aku berusaha menahan butiran bening yang akan keluar di mataku dalam sekejap.
Tiba-tiba Victor menarikku ke dalam dekapnya. Rasanya hangat. Dan semua kekhawatiranku hilang dalam sekejap.
"Tenanglah, jangan menangis!"
Pasti tadi dia membaca perasaanku."Aku akan menjagamu,"
~~~~~~~~~~~~~~~
BUDAYAKAN MEMBACA A/N
Author butuh rekomendasi cerita fantasy..
Di library author hiat semua..
Boleh merekomendasikan cerita sendiri kok!
Ayo gunakan sebaik-baiknya!
Jangan lupa VOTE and COMMENT!
★✩VictZync266
KAMU SEDANG MEMBACA
Estercrest Academy (DISCONTINUED)
FantasyFantasy X (Minor) Romance Bagaimana jika kau mendapat beasiswa dari sekolah ternama? Senang kan? Hal itu dirasakan oleh Victoria, seorang gadis cantik namun yatim piatu. Sekarang pertanyaannya adalah, Bagaimana dia bisa mendapat beasisiwa? Anak anak...