Karena Rio dan Jen libur, aku diperbolehkan libur juga. Tapi, tidak banyak yang bisa dilakukan saat kau libur dan aku sangaaat bosan.
Sehari tanpa pangeran kecil itu berat juga. Well, aku tetap bermain bersama Rio dan Jen, tapi tanpa Victor rasanya ada yang hilang.
Sekarang dia ada di ruang kesehatan. Aku sesekali kesana bersama Rio dan Jen. Tapi, dia belum siuman juga. Padahal sudah lebih dari satu malam dia pingsan.
Aku berbaring di atas kasurku sambil memikirkan apa yang mau kulakukan. Dan ini masih jam 3! Sungguh aku tidak tau mau melakukan apa lagi.
Mungkin aku harus mengunjungi Victor lagi?..
Aku melangkahkan kakiku menuju ruang kesehatan. Sesampainya disana aku melihat sesosok perempuan berambut merah muda duduk disamping Victor.
"Apa yang kau lakukan disini?!" Tanya Elina.
"Bukankah aku yang seharusnya bertanya?!" Kataku kembali.
"Memang kau siapanya dia?!" Kata Elina.
"Aku temannya," kataku.
"Memang dia pernah mengatakan itu padamu? Kuyakin dia pasti terpaksa dekat denganmu karena kau tidak mau menjauh darinya, dan ketahuilah dia itu pangeran! Dan kau hanya perempuan yang berasal dari panti asuhan! Bahkan kau tidak diterima disana!" Kata Elina.
Aku mematung. Jika aku meledakan emosiku sekarang maka aku bersumpah besok dia hanya akan tinggal kenangan,
"Lantas kau siapa dia? Dia saja tidak menyukai mu!" Kataku marah.
"Huh! Sebenarnya kau mau apa?! Kau tidak suka aku ada sampingnya?" Kata Elina.
"Aku tidak bilang begitu!" Bantahku.
"Haha, yasudah nikmatilah waktu TERAKHIRMU bersamanya," Ledek Elina. Kemudian ia meninggalkan ruang kesehatan.
Aku menatap wajah Victor yang masih tidur. Sungguh wajahnya menyejukkan semua irang yang melihatnya.
Aku berusaha untuk tidak memikirkan kata-kata Elina tadi. Victor menganggapku sebagai teman kok!..
Mungkin..Aku duduk disamping Victor. Tidak-tidak, Elina pasti hanya mencari alasan agar aku tidak mendekatinya.
Ugh..
Sekuat apapun aku mencoba tidak memikirkan kata-kata itu, aku malah tambah khawatir.
Dan jawaban yang pasti sekarang hanyalah jawaban Victor.
Krekk!
Ms. Veira Masuk. Membawa banyak sekali obat-obatan.
"Vivi? Setauku Elina yang tadi duduk disini," Kata Ms. Veira diikuti dengan tawaku.
Ms. Veira sepertinya kewalahan membawa banyak obat.
"Maukah kau ku bantu?" Tanyaku.
Ms. Veira menggeleng.
"Tidak sayang, mungkin nan--"
Prangg!
"Oke, sekarang ku butuh bantuan, maukah kau ke lab dan meminta Bu Xhena bahan untuk obat penyembuh luka?" Tanya Ms. Veira.
"Akan kulakukan Ms." Jawabku.
Ketika sampai di lab, aku melihat Ms. Xhena sedang melakukan sesuatu dengan tabung tabungnya.
"Bu Xhena? Bisakah aku meminta bahan untuk membuat obat penyembuh luka?" Tanyaku.
Dia menoleh ke arah ku.
"Biarku tebak. Ms. Veira menjatuhkannya?" Kata Bu Xhena.
"Haha, kau tahu itu," Kataku.
"Mungkin aku akan meraciknya juga, dia sudah terlalu lelah bekerja." Katanya.
"Maukah kau membantuku?" Kata Bu Xhena.
Dia segera mengambil beberapa bahan dari sebuah lemari.
"Jadi bagaimana caranya?" Tanyaku.
"Apakah kau memerhatikan kelas Alchemy Vivi?" Tanya Bu Xhena.
O..ow..
"Sudah tidak apa apa, biar aku ajarkan, lain kali perhatikan ya!" Kata bu Xhena.
Seusai membuat obat, aku langsung mengantarkannya ke Ms. Veira.
"Terimakasih Vivi," Ucap Ms. Veira.
Aku tersenyum menanggapinya.
"Uhuk.."
Kami berdua langsung menoleh kebelakang. Tepatnya, ke arah Victor yang sedang membuka matanya perlahan-lahan.
Aku mendatanginya dengan cepat.
"Vivi?" Tanyanya.
Aku tersenyum, lagi, menanggapinya.
"Ini dimana?" Tanyanya.
"Kau serius? Kau tidak mengenali sekolah buatan ibumu sendiri?" Kataku.
"Aku kan baru siuman" kata Victor beralasan.
"Vivi, Victor, aku akan pergi sebentar, bisakah kalian jaga ruang kesehatan selama aku pergi?" Tanya Bu Veira.
"Baik bu," Kataku.
Dia meninggalkanku bersama Victor. Aku duduk disampingnya dan menidurkan kepalaku disampingnya.
"Ada apa? Sepertinya kau punya pertanyaan," Katanya.
"Tidak kok," Kataku beralasan.
"Kau tau Ratu Cresent bisa membaca perasaan orang lain? Dan kau sudah tau aku putranya kan?" Katanya.
HhHhh...
Bagaimana cara menjelaskannya pada Victor?
"Apa kau menganggapku sebagai teman?" Kataku.
Dia diam..
Suasana semakin hening..
Dan hening..
Apa aku salah bicara?
"Jadi kau meragukan ku selama ini?" Tanyanya.
"Bukan! Maksudku bukan itu.. aku hanya--"
"Biar kuberitahu! Aku tidak pernah menganggapmu sebagai teman!"
Deg!
"M..m..maksudmu?" Kataku.
"Ya, aku tidak pernah menganggapku sebagai teman, tapi sebagai sahabat," Dia berkata sambil tersenyum.
Apa dia harus membuat jantungku berkerja ekstra lebih keras?
"Haha, bagaimana? Apa aku berhasil membuatmu jantungan hah?" Tanyanya.. ralat ledeknya.
"VICTOR!" Bentakku. Jika aku tidak sabar sudah kuhabisi dia sampai tulang tulangnya.
Dia malah tertawa.
"Apa hah? Apa yang lucu?" Kataku marah sambil melipat tanganku didepan dada.
Dia mempelankan tertawanya.
"Oke-oke, omong omong, jadi kita sahabat?" Tanyanya.
"Kau tidak perlu bertanya lagi,"
~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Kok agak gaje gitu ya..
Btw author gak jadi up nanti pagi.
Ha.
JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT
★✩Victzync266
KAMU SEDANG MEMBACA
Estercrest Academy (DISCONTINUED)
خيال (فانتازيا)Fantasy X (Minor) Romance Bagaimana jika kau mendapat beasiswa dari sekolah ternama? Senang kan? Hal itu dirasakan oleh Victoria, seorang gadis cantik namun yatim piatu. Sekarang pertanyaannya adalah, Bagaimana dia bisa mendapat beasisiwa? Anak anak...