He, Indra! ※15※

89 6 0
                                    

Bram tiba-tiba menelfon tengah malam.




































Disaat aku memikirkan orang lain.






















"Hai Bram,"

"Sebentar, gue salah sambung ya?"

"Ha? Emangnya kamu mau nelfon siapa?"

"Mau nelfon Nia tapi kok yang jawab malah bidadari ya? Hahahahhahaha,"


























Hahaha katanya.

Bidadari.

Alisku mengernyit.




















































Kini aku sampai di keadaan dimana aku lebih memilih dipuja sebagai mucikari dibandingkan bidadari.


































"Bisa aja,"

"Nia sibuk nggak?"

"Ah, nggak sih,"


























Sibuk. Banget. Mikirin itu.



























"Haha, aku juga nggak sibuk. Jalan yuk, ke festival makanan yang baru dibuka kemaren!"























Ingin menolak tapi perut tidak dapat berkompromi.






































Akhirnya Bram dengan mobil bermerk tembaga kecil terpakir didepan rumahku.


















Ia menunggu dengan jaket kulit coklatnya beserta wajahnya yang tampan bersinar.























Aku ingin seseorang dengan wajah berminyak dan menggendong tas tweety, bukan yang tampan bening menggendong uang hasil orangtuanya.






















"Hai Nia, cantik banget deh. Dirumah sendiri?"

"Iya, cuman sama Mbak,"

"Ohh, kalo ada ortumu aku salim dulu. Jadi pria yang bertanggung jawab harus minta izin sama orangtua,"


















Untuk kali ini aku tahan.
























Tahan untuk memikirkan Indra lama disaat Bram mengoceh tentang permainan futsalnya di perjalanan menuju festival.


















Doaku, semoga Indra ada di festival.





※He, Indra※

He, Indra!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang