Chapter 3

1.4K 156 17
                                    

Hari itu tidak seperti biasanya, langit yang mendung itu menumpahkan rintik-rintik hujan yang makin lama semakin deras.

"Aish, pagi-pagi begini sudah hujan?" Yuju mengeluh saat ia menatap langit di teras rumahnya.

"Supir Han akan mengantarmu ke sekolah." ucap ibunya sambil mengendik ke arah garasi yang terbuka di mana supir pribadi ibunya menunggu di samping mobil SUV hitam. Sejujurnya Yuju tidak suka pergi ke sekolah dengan mobil pribadi. Menurutnya lebih menyenangkan menggunakan kendaraan umum. Namun karena ia hampir saja terlambat, ia tidak ingin membuang-buang waktu berdebat dengan ibunya.

"Kau bisa pergi bersama Appa." sahut Ayahnya ketika Yuju merengut karena tidak mau diantar oleh Supir Han. Dengan senang hati Yuju mengangguk lalu masuk ke dalam mobil coupes yang biasa dikendarai Ayahnya ke kantor.

Choi Siwon, Ayahnya adalah seorang General Manager di sebuah perusahaan multinasional. Tak seperti kebanyakan pejabat yang menyewa supir untuk mengendarai mobilnya. Ayahnya memilih untuk mengendarainya sendiri.

"Baiklah, Appa yakin tidak akan terlambat?" ujar Yuju setelah duduk di samping ayahnya.

Ayahnya hanya tersenyum.
"Tidak. Pasang sabuk pengamanmu."

"Siap, captain!"

Sepanjang perjalanan Yuju terus bercerita tentang pengalamannya selama di sekolah baru. Termasuk bertanya mengapa Ayahnya memasukkannya ke sekolah gila seperti itu.

"Salah satu rekan Appa yang menyarankan. Menurutnya, sekolah itu adalah sekolah terbaik di Seoul."

"Tetapi keadaan di sana sungguh kacau balau. Kelas Platinum inilah, kelas Platinum itulah, dan pembagian kelasnya benar-benar tidak adil."

"Hahaha, bagaimana bisa sekolah yang berisi anak-anak dari keluarga Chaebol bisa sekacau itu."

"Menurutku di situlah letak masalahnya. Karena sebagian besar murid di sana berasal dari keluarga Chaebol."

"Kalau begitu Appa sudah memasukkanmu ke sekolah yang salah, ya." Canda Appanya. Yuju hanya mendengus karena ia tidak yakin Ayahnya menanggapi ceritanya atau tidak.

"Sudah sampai, ayo turun."

Karena terlalu asyik mengobrol, Yuju tidak sadar sudah tiba di pelataran sekolahnya. Ia segera turun lalu melambaikan tangannya.

"Semoga harimu menyenangkan, " Ucap Appa sebelum pergi. Yuju mengacungkan jempol.

"Tentu saja!"

Begitu mobil Ayahnya pergi, Yuju masuk ke dalam gedung. Ia penasaran dengan daerah terlarang itu. Apa sungguhan tercetak dalam denah? Setahu dirinya daerah terlarang itu tidak ada. Ia mendatangi peta seluruh sekolah itu yang terpajang jelas di aula sekolah. Mencari tanda dengan tulisan 'restricted areas'. Tetapi ia tidak menemukannya di manapun.

"Sudah kuduga." cibirnya.

Di dalam denah yang dilihatnya memang tak tertera tanda apapun yang menunjukkan kawasan terlarang.

"Jinjja, bagaimana sebenarnya peraturan sekolah ini! Bagaimana bisa ada area terlarang yang jelas-jelas tidak tercetak di peta."

Yuju pergi dengan pikiran dipenuhi hal-hal mengenai daerah terlarang. Ia tidak tahu kemana ia pergi, hanya mengikuti langkah kakinya saja dan ketika kakinya berhenti melangkah, ia menyadari dirinya tersesat. Lagi.

"Aissh, ini menyebalkan!" keluhnya sambil melirik tempat di sekitarnya.

"Kenapa sekolah ini luas sekali? Ke mana arah ke kelasku?" Ia yakin sekali bisa mengingat setiap detail di peta tetapi mengapa ia tetap tidak mengenali tempatnya berada saat ini. Ia berdiri di tempat yang aneh, di sisi kirinya terdapat
greenhouse yang rindang dan sejuk. Di sisi lainnya ruang kesenian yang sudah tidak terpakai lagi.

School Love (Gfriend)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang