Chapter 9

1.3K 139 11
                                    

Jika ada pilihan untuk menceburkan diri ke dalam danau selain harus menghadapi Sowon dengan hati dan pikiran yang tidak siap, Eunha lebih memilih pilihan pertama. Namun di saat Sowon memergokinya dalam kondisi supermemalukan seperti ini ia tidak memiliki pilihan selain menghadapinya. Sambil mengumpulkan segenap keberanian, Eunha bangkit. Sesekali ia mengatur napas agar debaran jantungnya yang kacau kembali teratur.

“Apa yang kau lakukan di sini?”

“Bukuku terjatuh.” Eunha tidak sanggup memandang mata Sowon yang memancarkan pesona mematikan. Matanya jatuh pada pemandangan sepasang sepatu pantofel hitamnya yang memijak lantai.

Sowon mengangkat alisnya sebelah.
“Apa kau sedang mengintipku?”

“Apa, tidak. Aku hanya kebetulan lewat. Aku–” Dengan terbata-bata Eunha menjelaskan bagaimana ia bisa berakhir di sana. Sowon hanya mengerutkan kening mendengar penjelasan yang dikatakan dengan nada terburu-buru itu.

“Berhenti!” Sowon berteriak ketika ia mulai tidak tahan lagi.

“Kau tidak perlu menjelaskan apapun lagi. Ayo masuk.” ia mengendikkan kepalanya ke dalam lalu pergi begitu saja bahkan sebelum Eunha berkata iya.

Gadis itu sempat terbengong-bengong karena tidak bisa mengikuti cara berpikir Sowon. Sungguh kesempatan langka bisa bersama pria itu. Eunha memasuki ruangan luas yang diperuntukkan klub karate untuk berlatih. Ketika tiba di dekat Sowon yang sedang menumpuk balok bata itu hingga lima tingkat, mendadak ia meragu.

Apa tidak apa-apa ia berada di sini? Bagaimana jika ternyata ia sedang masuk dalam perangkap kelas Platinum yang lain? Ia melirik ke segala arah untuk memastikan di ruangan itu hanya ada mereka berdua.

“Kau tidak perlu khawatir. Tidak ada seorang pun di ruangan ini selain dirimu dan aku.”

Eunha tersentak.
“Maaf. Apa aku mengganggumu lagi?”

Sowon mendengus mendengar hal itu.

“Bisakah kau berhenti meminta maaf? Kau bahkan tidak melakukan kesalahan apapun.”

“Ta-tapi aku takut sikapku mengganggumu.”

“Aku tidak terganggu sama sekali. Baiklah, jika kau tidak ingin ada di sini kau bisa pergi.”

“Tidak, aku ingin berada di sini. Menyenangkan bisa melihatmu latihan.” Gadis itu tersenyum lebar. Sowon mengangguk dan mulai berlatih sendiri sementara Eunha menatapnya dihiasi senyum penuh arti.

Sowon tidak tahu kenapa ia membiarkan gadis itu masuk dan melihatnya latihan. Biasanya ia tidak pernah mengizinkan siapapun mengganggunya ketika ia sedang berlatih seorang diri. Kenapa ia merasa Eunha memberi pengaruh berbeda terhadap dirinya? Ada sesuatu yang terjadi sejak Eunha nekat ‘menembaknya’ dulu. Apa karena segala tindak-tanduk Eunha mengingatkannya pada Jihyo?

Brak!

Tanpa di sadari ia meninju tumpukan itu dengan segenap tenaganya hingga terpecah menjadi beberapa bagian. Tidak, Eunha SANGAT berbeda dengan Jihyo.

Eunha mengedip-ngedipkan bulu matanya melihat perubahan emosi Sowon. Pria itu baru saja menghancurkan balok-balok itu dengan tenaga yang dibubuhi kemarahan. Ekpresinya pun menjadi lebih serius. Apa pikirannya terganggu oleh sesuatu?

“Hei.” Sowon tiba-tiba menoleh padanya, membuatnya terkejut.

“Ne.” jawabnya buru-buru.

“Apa kau ingin belajar karate?”

Eunha terkejut. Ia tidak mengerti dengan segala hal yang terjadi pada Sowon hari ini. Ia tidak mengenali Sowon yang sekarang sedang di hadapinya. Kenapa ia merasa Sowon berubah? Meski begitu ia tetap mengangguk lalu menghampiri pria itu.

School Love (Gfriend)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang