Chapter 28

979 122 5
                                    

Sudah beberapa hari ini Yuju tidak melihat Hwang SinB. Pria itu biasanya tiba-tiba muncul untuk mengganggunya sampai ia bosan dan jengah. Kemana perginya pria itu?

“Tunggu.” langkah Yuju terhenti. Ia memiringkan kepala dengan dahi mengeryit bingung.

“Kenapa aku memikirkan pria itu? Jinjja, ini tidak benar. Lupakan!” ia segera memukul kepalanya. Panik menyadari perasaan aneh yang mendadak mengganggunya.

Apa pedulinya jika SinB tidak mengganggunya lagi. Bukankah itu berita bagus. Hidupnya akan tenang. Ia melirik kawasan Platinum yang sedang dilintasinya.

“Aku kemari bukan untuk mencari pria itu. Aku kemari untuk mencari Umji!” tegasnya pada diri sendiri. Ia ingin mengajak gadis itu pergi sore nanti. Ponselnya tidak aktif ketika ia menghubungi gadis itu.

“Umji tidak ada di sini.” Ucap Lee Taeyong.

Yuju menatap sang ketua kelas Platinum itu dengan heran. Nada suaranya tidak seangkuh dulu lagi. Ia juga baru menyadari murid-murid kelas platinum tidak menatapnya sinis seperti dahulu. Mereka bersikap biasanya saja—bahkan nyaris tidak peduli.

Mungkin insiden Umji memberikan dampak positif bagi orang-orang dari kelas Platinum. Ia sudah mendengarnya dari Soyu bahwa pihak sekolah memperingatkan murid-murid yang berada di kelas Platinum agar tidak berbuat ulah lagi.

“Oh ya?”

Jika Umji tidak ada di kelasnya, berarti gadis itu berada di Green House. Tetapi bukannya segera berbalik pergi, ia justru menyempatkan diri melongok ke dalam kelas, mencari sesuatu.

“Apa? Umji benar-benar tidak ada di dalam!” sewot Taeyong karena sepertinya Yuju tidak percaya. Gadis itu langsung mendelik tajam.

“Arraseo! Kau tidak perlu membentakku!” ia lalu melengos pergi. Langkahnya dipercepat.

Apa yang ia lakukan tadi? Mencari SinB di kelasnya? Tidak mungkin.

Hanya ada dua alasan di dunia ini mengapa ia menginjakkan diri di tempat itu. Pertama karena Umji, dan yang kedua karena Yerin. Tidak ada alasan selain itu.

Sementara itu di Green House yang tenang, Umji asyik menyiram bunga-bunga yang dirawatnya dengan penuh perhatian. Ia ingat belum memberikan pot-pot bunga itu pupuk. Ia mematikan selang air lalu pergi mengambilnya. Pupuk dan perlengkapan untuk berkebun lainnya tersimpan di gudang yang letaknya tak jauh dari ruang kesenian. Ia melintasi tempat itu, tempat Yerin biasa tertidur di bawah salah satu pohon di taman belakang ruang kesenian.

Tentu saja ia tidak tahu. Karena itu Umji terkejut saat menemukan sang pangeran tidur sedang terlelap dengan punggung bersandar pada batang pohon.

“Dia tertidur?” Umji heran. Ia menghampirinya.

Melihat kondisi Yerin tertidur dengan damainya, ia tersenyum. Dia terlihat sangat manis. Ada selembar daun kering di kepalanya. Umji mengulurkan tangan untuk menyingkirkan daun itu dari kepalanya. Namun saat tangannya mendekati wajah Yerin, tangan pria itu bergerak dengan sangat cepat memegang tangannya. Mencegahnya melakukan apapun terhadap kepalanya. Umji terperanjat kaget.

“Terlalu cepat 100 tahun jika kau ingin menjahiliku ketika tidur.” gumam pria itu dengan mata yang masih tertutup.

Umji gelagapan. Ia bingung harus menjawab bagaimana. Saat Yerin membuka mata, keduanya terpaku. Sama-sama terkejut sekaligus salah tingkah karena terjebak dalam situasi yang sangat aneh. Yerin tidak pernah mengira tangan yang dipegangnya adalah tangan milik Umji. Matanya membulat kaget.

“Apa yang kau lakukan di sini?” Yerin segera melepaskan pegangannya.

Umji yang gugup berdiri tegak lalu mundur selangkah untuk menghindari udara di antara mereka yang mendadak menjadi lebih panas.

School Love (Gfriend)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang