Chapter 11

1.2K 123 11
                                    

Eunha kewalahan mengikuti Sowon yang berjalan mendahuluinya. Langkah pria itu begitu lebar dan ia hanya setengahnya karena itu Eunha agak berlari agar bisa sejajar dengannya.

“Sowon tunggu!” pinta Eunha yang semakin tertinggal. Pria itu langsung berhenti sampai hidung Eunha menubruk punggungnya.

“Kenapa buru-buru sekali? Apa tempat yang kau tuju begitu jauh? Kalau begitu kenapa tidak naik mobil saja.” keluhnya sambil mengusap hidungnya yang memerah.

“Aku tidak akan kemana-mana.” Kata Sowon tak peduli.

“Lalu kenapa tadi kau pergi?” Eunha tak percaya.

“Tempat tadi sungguh membosankan. Aku tidak sabar ingin meninggalkannya sejak satu jam pertama konser berlangsung.”

“Lalu sekarang kita akan kemana?” Eunha menoleh ke kanan dan kiri, tidak ada tempat yang bagus selain pertokoan dan gedung perkantoran. Ketika mendongak mencari tempat singgah tiba-tiba perutnya berbunyi. Wajahnya langsung memerah apalagi ia sadar Sowon mendengarnya.

“Nah.” Pria itu berkata tenang.

“Sekarang aku memiliki tujuan. Aku akan mencari tempat makan.” Ucap Sowon singkat.

Eunha tidak bisa menyembunyikan rasa malunya lagi.

“Ayo!”

Sowon mengendikkan kepala menyuruh Eunha mengikutinya lagi. Dengan langkah tidak seantusias sebelumnya ia mengekor di belakang Sowon.

Eunha terperanjat kaget ketika perjalanan mereka berhenti di depan sebuah restoran mewah yang menjadi tempat makan favorit para pasangan untuk menikmati makan malam eksklusif atau tempat bertemunya para ibu-ibu kaum sosialita. Untuk pelajar sepertinya, jelas tempat ini terlalu ‘wah’.

“Kita tidak bisa makan di sini. Tempat ini terlalu mahal untuk kita.” bisik Eunha panik karena ia berpikir mereka akan membayar makanan mereka masing-masing. Ia tidak membawa uang sebanyak itu.

“Kau tidak perlu mengkhawatirkan itu. Restoran ini milik ibuku.” Jawab Sowon dengan tenangnya.

Eunha lebih terkejut lagi. Sebelum ia berkomentar Sowon masuk lebih dulu. Terpaksa ia mengikuti Sowon.

Seorang pria berpakaian rapi menyambutnya dengan raut gembira. Dia adalah manager restoran itu.

“Tuan Muda, sudah lama Anda tidak datang berkunjung. Saya sangat senang akhirnya Anda datang kembali kemari.”

“Aku dan temanku akan makan siang di sini. Bisakah kau menyiapkannya?” ucap Sowon datar sambil menunjuk Eunha yang buru-buru memberi salam.

“Tentu saja. Saya akan menyiapkan menu makan siang kesukaan Anda.”

Pria itu langsung menyuruh pelayan untuk mengantarkannya ke meja kosong yang terletak di sudut ruangan, berdekatan dengan jendela. Eunha hanya menganga karena ini pertama kalinya ia melihat indahnya interior restoran itu. Ruangan luas dengan meja dan kursi kayu berukiran klasik yang tertata rapi. Di setiap meja diselimuti kain putih berukir dan vas bunga dengan beberapa tangkai bunga mawar. Penatan sendok, pisau, garpu dan gelas kosong berikut nafkin pun begitu sempurna dan elegan. Akuarium besar yang memisahkan antara ruang satu dan yang lainnya menjadi pemanis yang sempurna.

“Ho, ada ikan Arapaima Gigas!” seru Eunha takjub ketika melihat ikan berwarna abu-abu mengilat sepanjang satu meter yang berenang-renang di dalam akuarium itu. Ia lalu memandang Sowon.

“Daebak, restoran ibumu memilikinya.” Eunha tahu bibit ikan itu saja harganya luar biasa mahal apalagi yang sebesar ini.

Sowon menunjukkan sedikit senyumnya melihat Eunha begitu tertarik.

School Love (Gfriend)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang