Chapter 7

1.4K 140 17
                                    

Sinar keemasan memancar dari balik awan. Pagi yang indah untuk berangkat ke sekolah dengan penuh semangat. Eunha berjanji tidak akan menampakkan wajah takut lagi meskipun kejadian kemarin-kemarin cukup meninggalkan kenangan buruk untuknya. Ia tidak akan menyulitkan siapapun termasuk Yuju. Gadis itu sudah menderita banyak karena dirinya.

Eunha menguatkan hati ketika berjalan menuju kelas. Ia waspada pada siapapun yang mulai menunjukkan gelagat mencurigakan di koridor yang dilewatinya. Ketika kembali terdengar suara ribut menuju ke arahnya, Eunha mengerang. Ia bersiap menerima serangan apapun yang akan dilancarkan orang-orang suruhan Sowon untuknya. Tidak ada Yuju yang akan menolongnya kali ini. Ia harus menghadapinya sendiri.

“Hei, kau!” seru seseorang dingin. Eunha hanya mendengus mendengar nada yang tidak ramah sama sekali. Ia berbalik sambil menggerutu.

“Ada apa! Aku tidak memiliki waktu untuk..“ kata-katanya terhenti karena detik itu juga Eunha membatu dengan mata terbelalak. Seluruh urat syarafnya seperti dipotong ketika matanya menangkap sosok Kim Sowon ada tepat di hadapannya. Berdiri dengan tangan dijejalkan ke dalam saku celana.

“E-um, maaf. Aku tidak bermaksud menyinggungmu.” Cicit Eunha takut dengan suara yang kecil. Ia baru menyadari orang-orang yang berkumpul di sekitar koridor memandang mereka dengan berbagai macam ekspresi. Tetapi yang lebih dominan di tampilkan adalah mimik meremehkan. Mereka berpikir Sowon akan menghabisi Eunha kali ini.

Sowon tidak menjawab, bahkan tidak memperlihatkan reaksi apapun. Dalam benaknya masih terngiang-ngiang kata-kata Yuju saat ia kalah dalam pertandingan basket satu lawan satu.

“Kau harus minta maaf pada Eunha.”

Sesuai kesepakatan, siapapun yang kalah dalam pertandingan itu harus mengikuti apapun yang diajukan sang pemenang. Setidaknya ada tiga permintaan yang harus dipenuhinya dan ini baru permintaan pertama.

“Aku..” Sowon kembali diam. Sulit rasanya mengeluarkan kata ‘maaf’ dari dalam mulutnya. Ia sadar dirinya dihujani oleh berbagai tatapan dari segala penjuru. Ia benci mengetahui dirinya tergagap-gagap di depan seorang wanita. Eunha sampai memandanginya heran melihat keanehan tingkahnya. Ketika ia hampir saja mengucapkan kata keramat itu, seseorang menghancurkan segalanya.

“Pagi, Eunha!!” seru Yuju heboh. Ia yang tidak memedulikan situasi tegang yang tengah terjadi di antara Sowon dan Eunha, dengan santainya merangkul bahu gadis itu. Sowon membelalakkan matanya pada Yuju yang dibalas tatapan tajam yang mengisyaratkan ‘ayo cepat minta maaf!’.

Eunha tidak menjawab karena matanya masih terpaku pada pangeran yang berdiri di hadapannya. Yuju yang menyadari situasi itu langsung memberikan kode pada Sowon dengan isyarat lirikan mata.

Sowon betul-betul ingin mencekik Yuju detik itu juga karena dengan berani memerintahkan seorang Kim Sowon untuk melakukan sesuatu yang tak disukainya. Pria itu menggeram frustasi sebelum akhirnya berkata dengan nada datar dan cepat.

“Aku minta maaf.” Ucapnya tanpa ekspresi. Meskipun hanya seuntai kalimat yang diucapkan dengan nada kaku dan cepat, orang-orang tetap terkejut mendengarnya. Termasuk Eunha. Mereka semua menunjukkan raut histeris dan tidak percaya. Orang-orang saling pandang dengan bingung.

Seorang Kim Sowon meminta maaf?

“A...apa?” Eunha tidak percaya bahwa akan keluar kalimat sefenomenal itu dari mulut Sowon. Untuk beberapa saat ia yakin telinganya salah dengar.

“Jangan membuat aku mengulanginya!” bentak Sowon kesal.

“Ya, mana ada orang yang meminta maaf sambil berteriak-teriak begitu !” omel Yuju.

“Aku hanya perlu mengatakannya bukan? Tugasku sudah selesai.” tanpa mau mendengar jawaban dari Eunha, Sowon melengos pergi begitu saja.

“Ya, tunggu!” teriak Yuju kesal. Ia memang menyuruh Sowon meminta maaf, tetapi bukan berarti mengatakannya dengan nada kasar dan langsung pergi begitu saja seperti yang dilakukan pria itu barusan. Ia hendak mengejar, namun Eunha menahannya.

School Love (Gfriend)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang