Chapter 19

1.1K 116 16
                                    

Eunha merasa seperti tahanan ketika ia mengekor di belakang Sowon. Bagaimana tidak, ketika ia melintasi koridor, seluruh mata langsung tertuju padanya. Bukan tatapan yang menyenangkan, tetapi penuh dengan kerutan curiga dan dugaan buruk. Sulit untuk mengabaikan perhatian orang-orang di saat dirinya berada di dekat Prince of School .

Sowon baru berhenti ketika mereka tiba di sekitar green house . Lokasi favorit Umji. Tempat ini memang sepi dari keramaian murid-murid Royal President.

Yah, siapa yang mau diam dikelilingi oleh pot, berbagai macam tanaman, perkakas kebun, selang dan pupuk? Tepatnya, murid dengan gengsi tinggi mana yang mau.

“Ada apa?” Eunha menatap punggung Sowon dengan bingung. Tiba-tiba pria itu membalikkan badannya. Tindakannya membuat Eunha terkejut, sontak ia mundur satu langkah.

“Apa kau ingin menolongku?”

“Menolong?” Eunha kaget karena wajah Sowon terlampau serius.

“Bagaimana aku mengatakannya?” Sowon berbisik dengan dirinya sendiri. Ia terlihat frustasi.

Eunha penasaran sekaligus geli melihatnya. Jarang sekali menyaksikan seorang Kim Sowon tampak bingung dan kacau.

“Pacaranlah denganku.”

Sowon langsung memejamkan mata seraya mengumpat pelan karena sedetik setelah ia mengucapkan isi kepalanya, Eunha memekik begitu kencang. Ia tahu kata-katanya mengejutkan tetapi haruskah berteriak tepat di depan wajahnya?

“Pa-pacar, kau memintaku berpacaran denganmu?” Eunha terpaksa mengulang karena ia takut telinganya mendadak mengalami gangguan. Jantungnya berdetak begitu cepat sampai ia takut beberapa detik kemudian ia terkapar di tanah karena terkena serangan jantung.

“Kenapa tiba-tiba?” setahu dirinya, seorang pria yang ingin menjalin hubungan dengan seorang wanita akan melakukan pendekatan, lalu menyatakan cinta. Tidak dengan cara seperti ini.

Apa Sowon sedang melakukan suatu trik, atau sekarang ia sedang terjebak dalam muslihat yang disiapkan kelas Platinum?

Sowon mengusap wajahnya dengan cepat, menunjukkan bahwa pertanyaan itu membuatnya frustasi sekaligus bingung. Mungkin lebih baik Eunha tidak perlu bertanya dan menjawab ‘iya’ dengan segera.

“Begini..” Sowon membasahi bibirnya, “Teman-teman SMPku mengadakan sebuah pesta reuni. Ada semacam syarat untuk membawa ‘partner’ bersama saat menghadiri acara reuni itu dan aku tidak memiliki kekasih, teman dekat wanita atau apapun sehingga..”

Pria itu mengurut pelipisnya sendiri. Ia sadar detik itu ia sudah melakukan sesuatu yang akan ditentang oleh akal sehatnya jika ia tidak sedang panik dan bingung. Ia memandang Eunha yang penasaran sekali lagi.

“Aku menginginkanmu datang denganku pada acara itu. Sebagai pasanganku.”

Eunha masih tidak mengerti, kenapa Sowon begitu ingin datang ke acara itu? Jika dia memang tidak memiliki pasangan, bukankah dia bisa memutuskan untuk tidak datang saja?

“Apa acara reuni itu penting sekali bagimu sampai kau memaksakan diri seperti ini?” tanya Eunha hati-hati.

Mendadak ekspresi Sowon langsung segelap malaikat pencabut nyawa.

“Kau menyuruhku untuk bunuh diri? Kau tidak tahu teman-teman SMPku seperti apa. Mereka akan menggosipkanku sebagai pria pengecut sampai lima puluh tahun ke depan. Aku tahu ini merupakan tantangan dari dia untukku, apakah aku masih bisa datang setelah kejadian itu..”

Sowon mengerang.
“Sudahlah, kau tidak perlu tahu kenapa. Kau hanya perlu menyetujuinya saja.”

Sowon tidak tenang di tempatnya berdiri. Dari ekspresinya menunjukkan seolah dunianya akan berakhir jika Eunha tidak menyetujui permintaannya. Eunha memang tidak mengerti kenapa, tetapi ia tidak bisa membiarkan pria yang dicintainya seperti ini. Lagipula pria ini langsung bertanya padanya, itu artinya ia wanita yang pertama kali Sowon ingat untuk dimintai bantuan. Bagaimana bisa ia tega menolaknya?

School Love (Gfriend)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang