Chapter 26

907 112 10
                                    

Kebahagiaan Eunha tidak hanya sampai di situ. Keesokan harinya Umji dengan gembira memberitahunya bahwa pertunangannya dan Sowon dibatalkan. Saeryung—ibunya—mengatakan pada kedua orang tua Sowon bahwa pertunangan itu terlalu dini bagi mereka dan ia merasa tidak enak hati pada putri pertamanya.

Mendengar hal itu Hanna pun ikut memikirkan putri sulungnya yang belum memiliki pasangan. Sepertinya untuk saat ini mereka harus fokus pada anak-anak mereka yang paling besar lebih dulu.

Eunha sangat bahagia bahkan sampai terbawa ke sesi latihan judo yang ia hadiri sore itu. Mingyu penasaran dan ingin bertanya apa yang membuatnya bahagia, tetapi ia menahannya hingga akhir latihan.

"Kau terlihat bahagia." Mingyu barulah bertanya setelah latihan selesai. Ia membereskan barang-barangnya bersama Eunha.

"Sowon tidak akan bertunangan." Eunha tak bisa menahan diri untuk menyembunyikan hal itu. Mungyu mengerjap.

"Bertunangan?" ia tidak tahu tentang hal itu. Oh tentu saja, sejak kejadian itu ia dan Sowon tidak pernah berbagi cerita lagi.

"Kau mau kemana?" Eunha heran melihat Mingyu begitu buru-buru berganti baju dan memasukkan semua perlengkapan latihannya ke dalam tas. Mingyu tadinya tidak akan mengatakannya, tetapi melihat Eunha begitu penasaran ia memilih jujur.

"Aku akan berziarah ke makam Jihyo. Hari ini peringatan kematiannya. Kau ingin ikut?" ia membetulkan tas punggungnya. Eunha membeku sesaat mendengarnya.

Hari peringatan kematian Jihyo? Tiba-tiba Eunha ingin sekali ikut. Ia langsung berdiri lalu mengangguk antusias. Mingyu terkejut. Ia kira Eunha akan menolak. Sepertinya Eunha memang penasaran terhadap sosok Jihyo.

Well, gadis ini benar-benar memerhatikan Kim Sowon rupanya jika sampai ingin tahu cinta masa lalu pria itu.

===

Tidak seperti dugaan Eunha sebelumnya, ia kira akan mengunjungi pemakaman umum yang menyeramkan dengan batu-batu nisan tinggi memantau di setiap sudut. Jihyo dikremasi dan abunya disemayamkan bersama abu kremasi yang lainnya di sebuah gedung khusus. Tempatnya terang benderang dan ramai dikunjungi meskipun hari sudah malam.

Mingyu meletakkan setangkai bunga mawar putih di depan pusara Jihyo dan melakukan beberapa penghormatan untuknya. Ketika mereka selesai mendoakan, Mingyu terdiam sejenak di depan pusara Jihyo.

Kesempatan itu digunakan Eunha untuk merenung. Ia melihat ada bunga lain diletakkan di sana. Ia bertanya-tanya apakah itu diletakkan oleh Sowon atau keluarga Jihyo.

"Kami banyak melalui macam-macam hal bersama-sama." Ungkap Mingyu.

Eunha menoleh padanya. Pria itu tersenyum mengenang sesuatu.

"Aku, Jihyo dan Sowon. Kami bertiga bergaul bersama-sama. Kami tidak pernah berselisih pendapat tentang apapun sampai akhirnya cinta mengacaukan persahabatan kami. Seharusnya perasaan itu tidak pernah ada. Jika tidak, mungkin saat ini Jihyo masih ada bersama kami dan persahabatanku dengan Sowon tidak akan berakhir seperti ini."

Eunha mengejapkan mata saat Mingyu menoleh padanya.

"Cinta memiliki kekuatan menghancurkan jika ditempatkan di antara persahabatan pria dan wanita. Setidaknya itulah yang ku alami." Ia lalu bangkit. "Ayo kita pergi."

Mingyu menyadari Eunha tidak pergi menyusulnya. Gadis itu tetap diam di posisinya.

"Perkenalkan, namaku Jung Eunha. Kau Park Jihyo bukan?" Eunha menatap pusara Jihyo seolah sedang berbicara langsung dengannya.

"Aku menyukai Sowon. Tidak masalah bukan jika aku mencoba untuk menggeser posisimu dari hatinya?"

Senyum tak bisa disembunyikan dari bibir Mingyu. Pria itu menggeleng kecil. Eunha sungguh gadis yang polos. Sowon beruntung disukai gadis sepertinya.

School Love (Gfriend)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang