S I X T E E N

43 6 0
                                    

Author's POV.

April 29th,

6.30am.

[On The Phone]

'Hello'

'Ha-hallo'

'Aletta'

'Uhm, yes mam?'

'Can you come to hospital now? He needs you.'

'Wait, okay mam. Don't cry please, i won't hear you cry again, ok?'

'Yes, darl, i promise.'

Skip.

Aletta berlari sangat kencang menuju ruang rawat Aldrich. Setelah tiba, yang ia lihat hanya ibunya. Ia pun menghampiri Elinor, bertanya apa yang terjadi.

Aletta duduk di samping Elinor, "Hey, mam"

"Hey, bagaimana kabar ibumu?"

"Ia baik, sangat baik. Al bagaimana?"

"Dengarkan ini, oke? Tapi kau jangan marah pada Aldrich, apalagi menjauhinya. Tolong, sayang."

"Of course, mam."

Elinor menghela napas sebelum memulai ceritanya, ia memejamkan matanya.

"Aldrich menderita Leukimia Limfostik Akut sejak kecil—

"WAIT WHAT?!" Ucapan Elinor terputus oleh keterkejutan Aletta.

"—Itu baru diketahui saat ia menginjak kelas 3 Elementary School. Ia selalu mudah lelah di sekolah, kau menyadarinya? Setelah divonis begitu, Al menjalani beberapa tahap pengobatan. Ia melakukan Terapi Induksi untuk membunuh sel-sel Leukimia itu di dalam darah dan sumsum tulangnya selama 1 bulan. Al juga melakukan Terapi Konsolidasi untuk membunuh sel yang tersisa. 5 tahun tidak kambuh, Al dinyatakan sembuh total. Kami bahagia. Sangat bahagia—

Elinor tidak dapat menahan tangisnya. Aletta mengusap bahu Elinor sambil menggumam tak percaya. Ia sangat shock.

"—tetapi saat Al melakukan Terapi Pemeliharaan di tahun keduanya, ia kambuh. Badannya melemah, sayang. Ia hampir saja pergi saat itu. Ia melakukan pengobatan lagi, sampai saat ini. Dan sekarang, aku tidak yakin kesempatan itu ada lagi." 

--------------------------------






Hey, Vas happenin?

Regret. || GC🐾Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang