Aletta's POV.
Same day.
"—tetapi saat Al melakukan Terapi Pemeliharaan di tahun keduanya, ia kambuh. Badannya melemah, sayang. Ia hampir saja pergi saat itu. Ia melakukan pengobatan lagi, sampai saat ini. Dan sekarang, aku tidak yakin kesempatan itu ada lagi."
"Mam, i don't know what i have to say. I feel i'm the worst bestfriend ever for him. I'm sorry." Aku memeluk Mam Elin.
Aku sangat merasa bersalah, sungguh. Aku tidak tahu apapun yang terjadi pada Al. Aku tidak tahu bahwa ia sangat lemah. Aku kira, akulah disini yang paling lemah, sehingga Aldrich selalu datang saat aku membutuhkannya. Sedangkan aku, aku tidak ada saat Al membutuhkan seseorang. Aku tahu aku sangat buruk. God, forgive me.
"No need to sorry, darling. Just pray for Aldrich." Mam Elin mengusap rambutku. Semakin membuatku merasa bersalah padanya, dan pada Aldrich.
Ceklek
Pintu kamar terbuka, beberapa perawat mendorong kasur rumah sakit tempat Aldrich terbaring lemah. Aku langsung berdiri menghampiri Aldrich. Ia belum sadar. Mam Elin menghampiri Aldrich dan mencium puncak kepala Al, lalu meninggalkan kami berdua, karena perawat tadi sudah keluar setelah membicarakan sesuatu dengan Mam Elin.
Aku duduk di kursi yang tersedia di dekat kasur, sembari menangis aku mengusap pelan telapak tangan Al.
"Al, mengapa di sembunyikan? Seharusnya Al langsung memberitahuku. Al, aku menyayangimu, kau tahu itu. Ayo bangun Al. Aku ingin meminta maaf, ayoo bangun" Aku terisak.
"Al, kau benar. Darren itu tidak sama denganmu. Dia sangat berbeda denganmu, dia tidak pernah mempedulikan aku, dia tidak pernah menghiburku seperti yang kau lakukan, Al. Aku menyesal mengabaikan ucapanmu."
"Al, ayolah, ini semakin membuatku merasa bersalah. Kau tahu Al? Aku dan Darren sudah berakhir. Aku menyayangimu, sungguh." Aku membenamkan kepalaku di lengan Aldrich hingga terlelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret. || GC🐾
Fanfiction"Jangan menyesal, sudah terlambat, sangat terlambat." a Greyson Chance's love story. I know it's weird, but u can try. ;feb/7/18