GD-2 (Hujan dan Payung)

350 59 0
                                    

Hujan dan Payung

Themsong : Hujan by Utopia

Rinai hujan basahi aku
temani sepi yang mengendap
kala aku mengingatmu
dan semua saat manis itu

Segalanya seperti mimpi
kujalani hidup sendiri
andai waktu berganti
aku tetap tak'kan berubah

Aku selalu bahagia
saat hujan turun
karena aku dapat mengenangmu
untukku sendiri ooohhh..ooo

Selalu ada cerita
tersimpan di hatiku
tentang kau dan hujan
tentang cinta kita
yang mengalir seperti air..

🍂🍂

Dayana pov







Mungkin jika pak Arif- supir papa, tidak lupa untuk menjemput atau kak Rose berbaik hati dengan mengajak gue untuk ikut pulang bersamanya, saat ini gue sudah berada dirumah bukan berdiam diri dikoridor menunggu pak Arif menjemput seperti ini.

Dan sekarang Hujan.

Hujannya cukup deras dan gue bukan tipikal orang yang suka membawa payung ketika musim hujan sekalipun, gue menghela napas memasukan tangan kedalam saku jaket karena udara mulai menusuk.

Dari kecil gue ga pernah menyukai hujan, hujan itu bikin sakit.

Dulu pernah ketika hujan turun gue keluar dari rumah lalu main hujan, dan setelah itu gue jatuh sakit.

Sejak saat itu mama akan selalu melarang gue untuk keluar rumah ketika hujan turun.

Itu yang buat gue ga menyukai hujan, dan yang membuat gue ga pernah punya satu pun kenangan manis ketika hujan dihidup gue selama ini.

20menit berlalu tapi pak Arif ga kunjung datang juga,

Dan jangan lupakan sekolah yang mulai sepi.

Apa lebih baik gue nunggu di depan aja?

Itu berarti gue harus menembus hujan.

Not bad. Lagi pula jarak dari sini untuk ke gerbang lumayan dekat,

Tapi bisa dipastikan tubuh gue akan basah sebab gue harus melewati lapangan outdoor untuk sampai kedepan, mungkin jika gue berlari gue ga akan terlalu basah.

Setelah dipikir pikir keputusan gue sudah bulat, gue akan berlari menembus hujan. Persetan dengan tubuh gue yang akan basah yang penting gue harus pergi dari sini sebelum sekolah benar benar sepi dan gue akan sendirian.

Ketika gue berlari menembus hujan, tiba tiba gue merasakan hal yang janggal.

Ini dilapangan berarti gue sudah setengah jalan tetapi anehnya tubuh gue ga basah sama sekali dan ga ada satu pun air hujan yang jatuh menerpa gue. Ketika gue mengadahkan wajah gue keatas gue menemukan sebuah payung.

Asalnya dari seorang laki laki bertubuh tinggi menjulang sedang memegangi payung dengan satu tangannya yang tengah menatap gue sambil tersenyum super manis dan tangan lainnya iya masukan disaku celananya.

Dengan mata yang membulat dan mulut yang membentuk huruf O, gue menoleh tanpa berkata apa pun, gue terlalu terkejut untuk mengetahui siapa laki laki ini,

Gue terpana. Siapakan dia? Apakan seorang goblin tampan dalam drama yang pernah gue tonton.

Oh tidak. Menurut gue kak Gyuno bahkan lebih tampan dari itu,

"Hujan.." suaranya serak namun berat, dan entah kenapa gue suka. Mungkin semua yang ada pada diri kak Gyuno gue selalu suka.

Bukannya menjawab gue malah menatapnya terus mengagumi ketampanannya, rasanya otak gue blank dan entah harus bicara apa.

"Kenapa lo malah ujan ujanan" katanya sekali lagi

"Itu.." gue sibuk menggigit bibir bingung harus apa

"Itu.." ulangnya

"M-mau ke.. depan," jawab gue yang entah kenapa mendadak terbata bata

Dia menganguk paham

"Nih pake" tapi kemudian menyodorkan payungnya kearah gue sehingga rintik rintik hujan perlahan mulai membasahi rambutnya,

Gue menggeleng, "ga usah kak"

"Lo tau ga? Perempuan itu cenderung lebih mudah sakit ketika musim hujan dibandingkan dengan laki laki"

Gue melongo mendenger penuturannya, "ternyata selain ganteng kakak juga pinter ternyata" gumam gue tanpa sadar

Dia menyeritkan alisnya, "apa barusan lo bilang?"

"Eh, eng..engga kok ga papa" ini gue kenapa jadi bego banget sih.

Dia terkekeh, "Lo lucu"

Gue membulatkan mata kaget.

Baru aja gue akan menjawab tiba tiba dia menarik tangan gue dan membuat sebelah tangan gue itu menggenggam payung yang dia pengan sebelumnya, "nih payung.."

Dia bahkan ga memberikan gue kesempatan untuk bicara.

Dan kalimat terakhir yang gue dengar sebelum dia pergi meninggalkan gue sendirian ditengah lapangan bersama hujan sambil menggenggam payung pemberiannya.

"Jangan sampe sakit, Dayana"

Iya, dia yang mengucapkannya.

"Bidadari kaya lo ga boleh sakit"

Gyuno Abraham yang mengucapkannya.

Gue hanya bisa menatap kepergiannya yang semakin menjauh menuju parkiran, berlari kecil dengan kedua tangan yang menutupi kepalanya dari rintikan hujan.

You look more handsome when you under the rain.

Kemudian pandangan gue beralih keatas menatap air hujan yang terus berjatuhan dibalik payung transparan milik kak Gyuno

Dan tanpa sadar sudut bibir gue sedikit terangkat.

'Setidaknya untuk saat ini gue punya satu cerita manis ketika hujan turun. Itu semua karna lo, makasih kak Gyuno.

🍂🍂

Tbc

Huhuhu akhirnya series hujan hujanan sudah selesai.

Makasih banget udah mau baca cerita kuu ^_____^

Gemes banget sama couple ini.
Dayana nya imut, Gyuno nya urakan tapi keren. Cocok banget!


[#1] METAMORFOLOVE; 97LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang