🐺10_ten_chapter 4🐺

2.6K 136 6
                                    

Tubuh Angelo yang masih di udara lemas, seperti tak bernyawa. Pedang Orion yang dia pegang terlepas, jatuh ke tanah. Namun sebelum menyentuh tanah pedang itu berubah menjadi cahaya putih dan menghilang. Tubuh Angelo lunglai tak berdaya namun tidak jatuh. Masih melayang.

"TIDAK! KAKAK..!!" teriak Amely histeri melihat keadaan kakaknya. Amely menghampiri kakaknya yang seperti sudah tak bernyawa.

Tubuhnya beku, lemas. Kumpulan kaca memenuhi matanya, bersatu membentuk air mata. Air mata Amely lolos jatuh membasahi pipinya. Amely terbang mendekati tubuh kakaknya. Semakin dekat, di dekap tubuh kakaknya. Air matanya terus mengalir sangat deras. Amely menangis di pelukan kakaknya, pelukan yang begitu lemah dan rapuh.

"Kakak.. kenapa? Kenapa kakak lakukan ini? Kenapa kakak sembunykan ini? Kenapa kak?" Amely menangis sejadi jadinya. Pelukan Angelo semakin lemas. Kedua sudut bibirnya tertarik ke atas membentuk sebuah senyuman tulus.

"Ti..dak. Aku.. hanya ingin.. adik..ku ba..hagia. Kau tahu kakakmu sangat menyayangimu.. sangat! Kau adalah malaikat istimewa yang tersisa, jika kau mati dunia ini akan suram. Biar kakak yang pergi..untuk kedua kalinya.. dan selamanya.." Amely menempelkan jarinya pada bibir Angelo menghentikannya berbicara.

"Tidak.. hiks kakak tidak boleh pergi lagi! Tidak akan ada ksatria lagi.." Amely terisak. Dia takut kakaknya pergi untuk kedua kalinya.

"Sudah Amely, aku akan ter..lahir kembali.. menjadi keturunan..mu.. jangan menangis adikku.. selamat tinggal Angela Mikaila..!" pelukan Angelo terlepas. Dia tersenyum, tubuhnya jatuh ke tanah secara perlahan. Menjadi cahaya yang memudar dan menghilang perlahan sebelum hilang seutuhnya.

"TIDAK...!!" Amely berteriak sekeras kerasnya melepas semua beban yang dia rasakan. Memberitahu pada seluruh makhluk bumi tentang kesedihan yang kini dia rasakan.

"Kakak..hiks.." Amely terjatuh, terduduk di dekat cahaya Angelo. Alex yang mengerti penderitaannya mendekat memeluk tubuhnya.

"Lex kakak! Kakak Lex hiks.. hiks..! Kakak pergi lagi.." Amely berucap parau.

Awan hitam menyelimuti langit tanpa bulan, bulan purnama yang telah meninggalkan langit. Ribuan titik titik air membasahi tanah yang berselimut darah. Rintikan air hujan yang turun seakan merasakan apa yang Amely rasakan. Semua pasukan yang mati terbangun kembali ketika air itu menyentuh kulit mereka. Semua makhluk yang menyaksikan kejadian itu menangis. Seorang malaikat mengorbankan dirinya demi selesainya perang yang sedang berlangsung.

~~~~~~~~~~~~~~*****~~~~~~~~~~~~~~

Laurine dan Cetta terkejut ketika mendengar cerita malaikat yang mengorbankan nyawanya demi pack ini. Laurine meneteskan air matanya mendengarkan cerita itu.

'Ah.. persetanan dengan semua ini. Aku inkarnasi dari manusia, kenapa juga inkarnasi dari malaikat..'

Tok..tokk..
Seorang maid masuk ke ruangan itu.

"Maaf mengganggu alpha, luna, pangeran. Tuan James ingin bertemu dengan anda alpha..!" ucap maid tersebut.

"Baiklah. Suruh James masuk!" balas Dylan. Laurine mengusap air matanya. Sementara Cetta dia pamit ke kamarnya. Di jalan menuju kamarnya dia berpapasan dengan seseorang yang wajahnya sangat tidak asing baginya.

'Shit. Dia? Kayak pernah lihat?' batin Cetta, namun Cetta hanya cuek.

Pintu ruangan Dylan kembali tertutup, Cetta keluar menyusuri koridor menuju kamarnya. Dalam setiap langkahnya dia masih memikirkan cerita dan pria tadi.

'Cetta salahkan aku jadi wolfmu?' Clark memindlink.

'Entah. Kau tahukan aku ini inkarnasi dari manusia yang benci serigala?' balas Cetta penuh penekanan pada kata 'serigala'.

'Yah.. aku tahu. Maaf jika aku jadi wolfmu..' Clark dengan nada sedih memutuskan mindlinknya sepihak.

'Clark.. hei! Maaf jika aku membuatmu sedih.. Clark!' Cetta berusaha menghubungi Clark namun tidak ada respon.

"Ah.. kenapa hidupku serumit ini.." Cetta mengacak rambutnya frustasi. Kata kata James waktu itu kembali terniang di kepalanya. Dan juga orang yang tadi berpapasan dengannya itu adalah James.

Cetta berlari kembali ke ruangan Dylan. Nampak seorang pria keluar dari ruangan itu, Cetta berlari mengejarnya.

"Tunggu! Tuan.." teriak Cetta. Seketika pria itu berhenti dan memoleh detik kemudian dia tersenyum.

"Kau memanggilku? Ada apa" balasnya.

"Apakah anda James? Aku ingin berbicara dengan anda Tuan!" Cetta mengutarakan maksudnya. Pria yang dia yakini sebagai James hanya mengangguk. Mereka berdua berjalan ke taman istana dan duduk di bangku taman.

"Ada apa pangeran? Apa yang anda ingin bicarakan pada saya?" tanyanya.

"Kau Jameskan? Jangan pura pura tidak tahu? Kau yang menemuiku di gang waktu itukan?" tanya Cetta secara beruntun. Pria di depannya hanya tersenyum.

"St.. iya aku James yang menemuimu waktu itu. Aku sudah tahu kau akan berinkarnasi menjadi seekor werewolf.." James tersenyum miring.

"Jadi aku benar benar berinkarnasi? Tapi kenapa dady Dylan bilang aku juga inkarnasi dari malaikat itu juga.. bagaimana bisa?" Cetta semakin penasaran. Pertanyaan yang selalu berputar di kepalanya.

"Kau memang inkarnasi dari keduanya. Kau bukanlah manusia seutuhnya Dane. Dulu waktu Haselyn ibumu melahirkanmu, kau hampir saja mati. Namun kau terselamatkan, karena dalam darahmu mengalir darah Gakasha. Haselyn dan Thomas adalah orang tua kandungmu. Mereka mati karena serangan rogue, aku gagal melundungi mereka. Aku berhutang pada orang tuamu, ibumu menyelamatkanku ketika aku terluka parah di tengah hutan.." terang James panjang lebar.

"Ja..jadi kau?"

"Yah aku werewolf. Aku serigala salju, dan aku sudah hidup sebelum kau lahir. Aku tahu semua cerita tentangmu. Kau di kehidupanmu yang dulu sudah mati bersama dengan keluargamu karena kecelakaan itu.." tambahnya.

"Oh.. " Cetta menundukkan kepalanya.

"Aku pamit Dane Damarion Sherwood eh maksud saya Pangeran Cetta Damarion Heaton.." James tersenyum sebelum melangkah pergi meninggalkan Cetta sendiri. Cetta hanya bisa memandangi punggungnya yang perlahan menghilang. Masih banyak pertanyaan dalam kepalanya, namun belum sempat itu ditanyakan James sudah hilang.

'Argh.. kenapa rumit sekali sih?'

'Sudahlah Cetta jalani saja..' balas Clark lewat mindlink.

'Clark? Kau tidak marah padaku?' Cetta senang Clark menghubunginya lagi.

'Yah buat apa aku marah pada manusia bodoh sepertimu! Aku bingung kemana kirannya Pedang Orion Angelo sekarang?' tanya Clark.

'Apa bodoh? Hei aku lebih pintar darimu. Manaku tahu..' Cetta tidak terima dibilang bodoh. Cetta melangkah memasuki istana menuju lantai dua kamarnya. Tempat dimana yang paling dia sukai.

'Kaukan inkarnasinya..' balasnya sedikit cuek.

'Serah.. cerewet. Aku mau tidur jangan ganggu!' Cetta memutuskan mindlinknya sepihak. Menghempaskan tubuhnya ke kasur empuk yang berukuran king size itu.

Cetta berusaha memejamkan matanya namun sulit untuknya terpejam. Pikirannya melayang entah kemana, memikirkan semua kejadian yang menimpanya selama dia hidup.

**;;**;;**;;**;;**;;**;;**;;**;;**;;**;;**;;**

Hola..! Ini chapter terakhir di part ini.. part masih berlanjut yah! Jesslyn nya muncul di part selanjutnya. Tapi up selanjutnya adalah visual catsnya para tokoh..

Yang mau tau tinggalin jejak!!

Typo bertebaran maaf..!
See you!!

Salam
~kimjihyun752

My Alpha [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang