🐺15_🐺

2.1K 98 2
                                    

Langit menampakkan keindahannya. Dimana langit yang maha luas berwarna ke-orange-an. Ketika sang mentari perlahan tenggelam di belahan bumi ini, ketika keindahan dunia yang hanya akan di dapati ketika gelap menjelang. Ketika warna orange menghiasi langit. Menampakkan keindahan tersendiri sebagai daya tariknya. Sunset sore ini begitu indah. Langit dengan warna orange dihiasi oleh segerombolan burung berterbangan di angkasa. Angin semilir yang sejuk membawa ketenangan bagi yang merasakannya.

"Rissa.."

"....."

"Hei Rissa! Kau tidak dengar apa pura pura tidak dengar huh?" kesal Peter karena tidak di gubris adiknya.

"Ada apa?"

"Sedang apa kau? Sudah berlatih?"

"Bernapas.. belum sempat kenapa?"

"Hey! Kalau kau tidak bernapas matilah kau! Kenapa belum bukankah kau payah dalam hal ini!!" ejek Peter tersenyum kemenangan. Membuat Jesslyn memandangnya, hingga mata mereka bertemu. Jesslyn memiringkan kepalanya, menatap lurus kakaknya.

"Heh.. bukankah kakak yang lebih payah dariku huh?" kini tinggal Jesslyn yang tersenyum.

Skakmat. Mati kau? batin Jesslyn.

Nampaknya dia lupa jika Peter dapat menebak kata hati seseorang lewat tatapannya. Sehingga membuatnya tersenyum, namun senyum yang  sulit diartikan. Antara senyum pahit dan senyum manis.

"Aku dengar Rissa.."

"Huft.. ketauan lagi. Ada apa?"

"Kemarin malam kau tahu ada seorang werewolf yang melihat kekuatanku.. dan dia juga teman baruku sekarang.."

"Lalu apa hubungannya denganku?"

"Tidak ada. Aku hanya ingin melihatmu punya teman, selain itu dan itu.."

"Maksud kakak aku tidak punya teman hm..? Kau mau aku ikut bersama mu kedunia manusia? Di kelilingi orang-orang yang aku benci?" Jesslyn mulai menaikkan nada bicaranya.

"Aku tidak bilang seperti itu. Aku hanya ingin kau tidak kesepian, setidaknya seorang kekasih cukup.." goda Peter mendapat pelototan gratis adiknya.

"Kekasih kau saja tidak punya kekasih kenapa kau menyuruhku mencari keksih hm..?" pancing Jesslyn.

"Kau lupa? Dulu ada anak kecil yang bilang padaku. Dia bilang jika aku sudah menemukan seorang kekasih, dia tidak akan biarkan aku menikah.. kau ingat?" ucap Peter menggoda adiknya.

Jesslyn memalingkan wajahnya agar tidak tampak wajah malunya di depan kakaknya. Karena dia ingat anak kecil yang Peter makud adalah dirinya waktu dia masih kecil dulu. Memang Jesslyn yang mengatakan itu karena waktu kecil dulu dia masih belum dapat berpikir luas. Bahkan Jesslyn juga dulu berbicara akan menikah dengan Peter kakaknya.

Angin semilir berhembus, membisikan suara-suara lembut dari kejauhan. Membawakan wewangian dari berbagai aroma. Di sebuah taman dengan hamparan bunga yang warna-warni, terdapat dua anak kecil yang tengah berlarian. Mengejar satu sama lainnya. Keduanya tertawa bersama, bahagia terpampang jelas di wajah mereka. Yah, mereka adalah Jesslyn dan Peter.

"Hai! Apa kami boleh bergabung?" tanya salah seorang gadis cantik diantara ketiga gadis lainnya.

"Tentu.." balas Peter.

"Hai! Namaku Arselya Natashya. Namamu?" tanya gadis cantik itu, dia nampak seumuran dengan Peter.

"Namaku Peter.." Peter membalas jabatan tangannya, dan mengabaikan panggilan adiknya.

"Kak.."

"Kakak.." panggilan Jesslyn masih diabaikan oleh Peter, karena dia sedang berbicara dengan Arselya.

My Alpha [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang