Sayap Pelindungmu

954 79 6
                                        

Kenapa? Kenapa sangat sakit melihatmu?

  ☔ 

Reyla memasuki gerbang kampus sedikit berpenampilan tidak biasa, terlihat sekali itu bukanlah gaya Reyla. Dia memakai kemeja putih, rok hitam selutut, kaos kaki putih dan juga sepatu hitam polos. Ini adalah salah satu persyaratan masa ospeknya, dan Reyla sengaja mencepol rambutnya untuk bersiap menghadapi hari ini yang akan terasa panjang dengan teriakan-teriakan senior dan teriknya panas. Haruskah dia mengadu pada langit, betapa rindunya dia pada hujan?

"Rey?" tiba-tiba suara tak asing itu menyapanya pagi ini, mendengar suara itu tak lagi menyenangkan untuk Reyla.

Suara yang dulunya ia suka, tak ingin lagi ia dengar, bahkan senyuman itu tak lagi menggetarkan sedikitpun urat di hatinya. Perasaannya kepada cowok yang ada di depannya kali ini, benar-benar hambar.

"Gue udah berapa kali bilang jangan ganggu gue lagi," itu yang Reyla ucapkan untuk memberi penegasan lagi.

"Kenapa lo harus ngehindar?"

"Gue gak ngehindar, gue hanya sedang tidak ingin ngeliat wajah lo lagi. Semakin lo mencoba kembali, gue akan semakin jauh berlari. Lo paham kan?"

Kevin tak bersuara, rahangnya mengeras penuh amarah yang tertahan di tenggorokannya. Tatapannya begitu dalam, tapi saat itu pula Reyla mulai beranjak pergi dari hadapannya.

Reyla hanya ingin Kevin paham, tak ada lagi rambu-rambu putar balik di hati Reyla. Jangan kembali dengan luka yang sama, itu hanya akan memperjelas luka lama yang seharusnya dapat terobati. Karena, sangat sakit bagi Reyla hanya dengan menatap mata Kevin.

Tuhan, menamparkan kenyataan bahwa kesetiaan Kevin yang diam-diam menggenggam tangan yang lain. Dan bagi Reyla, bagian tersulit mencintainya, adalah saat dia harus membiarkan Kevin pergi dan mengucapkan selamat tinggal.

Reyla mungkin memang telah melepaskan semuanya, tapi jika Kevin terus muncul dan mencoba membuatnya untuk membuka kembali lembaran lama. Itu akan sulit bagi Reyla melupakan rasa sakit yang Kevin buat, seolah seperti mencoba mengiris air dengan pisau. Tak mudah, dan bukti ketulusan Reyla selama ini adalah cukup dari air matanya. Air mata yang sudah tak pantas lagi.

  ☔  





Jarum jam lentiknya menunjuk pukul 3 sore, Reyla mengibas-ibaskan secarik kertas lipatan ke arah wajahnya. Hampir seharian dia menjalani perintah demi perintah keusilan senior, berada di dalam aula pengap yang sengaja tak dinyalakan pendingin ruangannya, dan terakhir di suruh-suruh mencabuti rumput liar. Reyla terlihat kesakitan saat dia memaksakan tubuhnya untuk jongkok, ada masalah dengan sepatunya.

"Lo kenapa?" tiba-tiba Aldo yang ada di sampingnya menyadari guratan kesakitan di waja Reyla, tapi cepat-cepat Reyla tersenyum mengisyaratkan baik-baik saja.

"Nih," ucap Aldo lagi sambil menyodorkan air mineral, Reyla tak komplin apapun dan meminumnya.

Reylapun tau, sedari tadi Kevin mengawasinya. Tidak peduli adalah hal yang Reyla lakukan sekarang, denger-denger sih dia putus dengan Karin tak lama setelah hari kelulusan. Dan sekarang Karin berkuliah di luar negeri, entah kenapa rasanya mendengar itu Reyla cukup merasa kehilangan. Bagaimanapun juga, Karin pernah menjadi sosok berarti dalam hidupnya.

"Lo beneran baik-baik aja?" tegur Aldo lagi, Reyla hanya mengangguk.

Hingga suara toapun mengumumkan berakhirnya acara hari ini, cukup sekali dan terakhir kali. Reyla menselonjorkan kakinya, dia meneguk habis air mineral di tangannya itu. Aldo hanya tersenyum singkat di ujung bibirnya, melihat begitu lelahnya gadis di sampingnya ini.

Rainy BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang