Aku tidak sakit, aku hanya hancur.
☔ ☔ ☔
Mata sembab Reyla membuatnya tak bisa berbohong, bahkan mamanya heran ada apa lagi dengan anak gadisnya. Tapi Reyla jadi sedikit bicara, biasanya dia pagi-pagi seperti ini jogging mengelilingi kompleks, tapi hari ini dia hanya berada di kamarnya.
"Rey?" tiba-tiba terdengar suara mamanya dari balik pintu kamarnya.
"Kamu belum bangun nak?" sahutnya lagi.
"Udah ma," jawab Reyla serak.
"Mama boleh masuk?"
"Reyla lagi ingin sendiri," jawab Reyla tak bersemangat.
"Mama mau berangkat ke toko, tapi..."
"Mama berangkat saja, Reyla baik-baik saja. Nanti siang, Reyla susul ke toko," Reyla memotong ucapan mamanya. Mamanyapun tak banyak bicara lagi, dia adalah mama yang sangat mengerti anaknya.
Reyla kembali dengan kesendiriannya, dia hanya duduk di jendela sambil memandangi dreancather yang tergantung di ambang jendelanya. Hanya karena Laura sakit, Aldo langsung kembali? Semudah itu?
Berkali-kali Reyla memikirkan hal ini, cowok memang mudah berubah.
☔ ☔ ☔
"Reyla?" suara serak Aldo membuyarkan lamunan Reyla, tanpa basa-basi Aldo duduk di sampingnya.
Suasana hening taman kampus ini menciptakan sedikit kecanggungan, Reyla sama sekali tak menoleh lagi ke arah Aldo yang sekarang mencoba menatapnya.
"Rey, lo udah makan?" Aldo membuka pembicaraan seolah tak terjadi apapun, tapi dia terlihat menggaruk-garuk tengkuknya karena bingung harus bersikap seperti apa. Reylapun akhirnya menolehnya.
"Jangan baik ke gue," lirih Reyla.
"Ha?" Aldo mengangkat satu alisnya heran.
"Jangan baik ke gue, itu akan semakin mempersulit perasaan gue," lanjut Reyla datar.
"Maafin gue," sahut Aldo sambil tertunduk menatap sepatunya sendiri.
"Gak perlu minta maaf, lo hanya sedang jujur dengan perasaan lo kan?" ucap Reyla.
"Lo akan tau alasannya, Rey. Tapi tidak sekarang." Ucap Aldo menatap ke Reyla dan berharap Reyla juga bisa menatapnya.
"Bukankah alasannya sudah jelas? Laura kan?"
"Rey..."
"Sudahlah, Al. Lo hanya bikin gue terlihat bodoh dengan perasaan ini," rintih Reyla dan kedua matanyapun menatap lekat ke arah Aldo.
"Maafin gue," ucap Aldo lagi.
"Gue harus pergi sekarang, ada jam kuliah. Gue duluan," ucap Reyla memotong pembicaraan mereka.
Sakit, itulah yang Reyla rasakan sekarang. Dan Reyla belum tau, betapa sakitnya pula perasaan Aldo. Reyla tak tau, apa alasan Aldo seperti ini. Ini bukan kemauan Aldo, bahkan jika bisa Aldo tak ingin melihat wajah Laura lagi. Aldo terhimpit dengan rasa benci yang harus ia tahan setiap harinya di depan Laura, hanya untuk memberi sedikit kenangan indah sebelum gadis itu benar-benar pergi dari hidupnya. Aldo kasihan, hanya itu saja.
Meski sebenernya, bertemu dengan Laura setiap hari. Membuatnya teringat satu persatu luka yang dulu pernah terjadi, Aldo sungguh tersiksa dengan ini. Tapi dia, juga punya rasa belas kasih. Meninggalkan Laura di sisa hidupnya, dan menghukum gadis itu dengan penyesalan, tak mungkin Aldo setega itu. Meski dirinya dulu dicampakkan dengan setega-teganya oleh Laura.
☔ ☔ ☔
REYLA POV
Sejujurnya, aku masih ingin di dekatnya, di sampingnya, dan melihatnya lebih lama lagi. Tapi kenapa sekarang, tatapannya terlalu sakit untukku. Jelas-jelas dia meninggalkanku karena perempuan itu. Aku tak tau mengapa jadi sebodoh ini, dan akupun tak tau kenapa aku masih memberikan sepenuh harapan ini padanya.
Aku masih ingin tetap di sampingnya meski kini aku mencoba berlari darinya, menghadapinya jauh lebih sulit di banding menghadapi Kevin. Karena perasaan ini, terlanjur mengakar, dan masih begitu hijau untuk diminta layu.
Aku tak bisa terlalu lama di dekatnya, karena kata maaf yang kudengar darinya semakin menusukkan rasa sakit yang mendalam bagiku. Tapi setidaknya dia terus mengucapkan maaf yang bisa kuterima, karena akupun tak pernah tau apa perasaannya yang sebenarnya. Aku tak pernah tau, dan dia menjelaskannya dengan begitu jelas hingga membuatku terdiam sekarang.
Di antara retaknya hati ini, aku masih terus terngiang dengan ucapannya. Janji yang dia ucapkan di atas motor vespanya, bukankah dia bilang tidak akan membiarkanku kecewa? Lalu apa artinya semua ini?
Apa aku akan tetap menunggu dengan perasaan yang sudah bertepuk sebelah tangan ini? Aku benci menunggu, tapi rasanya hatiku masih ingin menunggu cintanya. Aku terlihat bodoh.
Ini menyakitkan. – Reyla-
ALDO POV
Aku berjanji untuk tidak mengecewakannya, tapi aku sudah mengecewakannya. Aku kesulitan berada di posisi seperti ini, ke manapun arahku bergerak pasti akan ada sisi yang tersakiti.
Bisakah kuulang saja waktu itu? Apa penyesalanku masih berguna? Dia si pecinta hujan, pedamba senja. Aku mencintainya, aku menyukainya. Aku menyadari perasaan itu tapi aku lari darimu seperti pengecut, satu hal yang ku tau sekarang, perasaanku telah di mulai.
Dan aku menyesal telah mengehentikan perasaan ini. Saat ku biarkan dia pergi, itu menyakitkan. –Aldo-
☔ ☔ ☔

KAMU SEDANG MEMBACA
Rainy Blue
RomanceAku suka hujan, sebelum akhirnya reda di ujung kecewa. Aku tidak suka hujan, yang pada akhirnya membuatku terpaksa mengerti jeda di antara kita. Di bawah lampu jalan itu, semua benar-benar kau akhiri, kau tinggalkan semua cerita yang kukira akan men...