Ruang Rindu

1.2K 80 6
                                    




Reyla berjalan lenggang menelusuri koridor sekolah, suasana mulai ramai dengan gerombolan yang bergegas pulang. Di detik pulang sekolah ini hujan menjadi musim bulan ini, Reyla melirik jam tangan di pergelangan kirinya, pukul 4 sore lewat 12.

Langkah Reyla berlawanan arah dengan murid lainnya, dia sedang mencari Aldo. Setelah mendengar cerita Hilda tadi siang, Reyla rasa dia butuh bicara dengan Aldo.

Tak perlu susah payah mencari cowok tinggi itu, terlihat kini dia sedang bersandar di teras UKS sambil tertunduk menunggu hujan reda. Reyla mendekatinya berniat ikut menunggu di samping Aldo, dan sepertinya cowok itu menyadari kedatangannya terlalu cepat. Aldo menoleh saat Reyla masih sangat jauh dari tempatnya.

Wajahnya datar dan dingin, seperti hujan.


Setau Reyla, Aldo memang seperti itu orangnya, namun ternyata tidak juga. Saat Reyla sudah berdiri di sampingnya, Aldo hanya memperhatikannya sejenak lalu ia kembali menatap ke arah hujan.

"Lo benar, bukan kita yang salah, tapi mereka." celetuk Reyla.

"Maksud lo?" Aldo bertanya tanpa menolehnya.

"Laura, dan Kevin. Karena mereka, kita sama-sama merasa terkhianati," ucap Reyla membuat raut wajah Aldo berubah semakin dingin dan tak tertebak, nama Laura begitu berpengaruh padanya.

"Dari mana lo tau soal dia?"

"Apa hati lo sekarang baik-baik aja?" bukannya menjawab Reyla malah bertanya balik.

"Itu menyakitkan, bukan? Lo paham apa yang gue rasain, dan gue juga tau apa yang pernah lo rasain. Justru lo yang lebih mengerti lebih jauh dari gue, karena itu... gue mau tau, apa hati lo baik-baik aja sekarang?"

"Tidak," lirih Aldo pelan.

"Lantas?"

"Gue hanya sedang membuatnya tampak baik-baik saja," lirih Aldo lagi.

"Membuatnya tampak baik-baik saja? Bukankah itu sama aja dengan pembohongan pada diri sendiri?

Aldo diam.

"Sepertinya, luka yang gue dapet akan sama seperti luka yang lo punya. Apa gue juga akan menyembuhkannya selama seperti apa yang lo alami? Apa luka itu akan bener-bener sulit untuk di sembuhkan? Sesulit itukah?" Reyla menatap Aldo dengan dalam, ia bisa melihat kenangan suram dari selaput mata Aldo yang sedang memutar kembali ingatan itu. Tapi Aldo masih terdiam.

"Gue rasa, obatnya adalah diri kita sendiri. Entah lo ataupun gue, gak akan bisa lepas dari rasa sakit itu kalau gak ada satupun usaha untuk benar-benar melepaskannya. Lo dan gue, gak seharusnya tetep terkurung dengan apa yang seharusnya berlalu."

"Kenapa lo ngomong tentang semua ini?" Tiba-tiba Aldo angkat bicara.

"Kenapa? Apa itu terlalu melemahkan untuk diingat?" Reyla menantang dengan kegetiran yang tersisa di hatinya.

"Gue sama kayak lo, karena lo sama kayak gue. Jika cinta gak seadil itu dengan kita, gue dan lo hanya perlu mencari keadilan itu sendiri. Kita juga butuh bahagia," tambah Reyla.

"Rindu," lirih Aldo pelan.

"Kelemahan yang sebenarnya adalah rindu," lanjutnya lagi, Reyla mulai mengerutkan keningnya.

"Rindu membawa apa yang gak ingin kita bawa, rindu membuat kita ingat apa yang gak ingin di ingat, rindu selalu terus membuntuti sisi baik dan buruk dari sebuah kenangan. Karena hati masing-masing setiap orang, punya ruang rindunya sendiri."

"Lo rindu? Lo rindu dengan orang yang sakitin lo?"

"Lo sendiri?" Aldo balik bertanya.

Reyla terdiam.

"Gue baik-baik aja, selama gue gak rindu. Tapi setiap rasa rindu itu ada, entah indah atau busuk kenangan tentang dia akan ikut terbawa ingatan. Itu ada efek sampingnya sendiri, dan lo sekarang... lo juga rindu kan dengan Kevin?"

Reyla masih terdiam.

Dia mulai berpikir, semua tentang Kevin. Itu menyakitkan, ini terasa menyakitkan. Rasa rindu itu tiba-tiba muncul di benak Reyla, dia kesakitan dengan rindu.

"Lo mengerti sekarang perasaan gue? Begitulah, gue baik-baik aja, tapi terkadang tidak." lanjut Aldo.

Reyla menatap Aldo dengan dalam, tapi dia masih terdiam.

"Gue rindu Kevin, tapi kali ini berbeda. Rindu itu menyakitkan, apa ini yang lo rasain selama ini, Al?" .



REYLA POV

Kata Dilan rindu itu berat, tapi bagi gue rindu terberat adalah merindukan mantan. Karena apa yang dirindukan, sudah tiada, sudah berlalu, apalagi... semua itu berakhir dengan pengkhianatan. Itu tak hanya berat, tapi juga menyakitkan.

Terkadang, aku melamun sendiri. Membayangkan hal-hal konyol yang terkadang menghiburku sejenak, tapi luka yang tercipta karena cinta semasa ini. Tak bisa membuatku terus berlagak tegar, Aldo benar... aku akan mulai baik-baik saja, tapi terkadang aku akan kembali tidak baik-baik saja.

Karena rindu membuatku ingat, karena rindu membuat terluka, karena rindu membuatku jatuh begitu saja. Dan aku ingin, aku berhenti merindukannya. Sesakit apapun itu.

Musim hujan tahun ini, akan menjadi kenangan buruk dan indahku. Mimpi terbusuk yang meninggalkan kenangan indah yang tak sepantasnya tercemari oleh kebrengsekan mereka, bukan aku yang salah... tapi mereka.

Harusnya aku berhenti bodoh, berhenti seperti orang tolol. Apa yang kuingat, apa yang kurindu, dan apa yang terjadi, tak pantas lagi untuk diriku. Dia saja sudah pergi, kenapa harus aku masih di sini?

Hujanpun tau, kapan saatnya dia reda. Dan mungkin sekarang aku harus tau, kapan saatnya aku harus berhenti.

Hujan membuatku terus teringat, saat basah di hujan yang dingin. Mungkin aku tak lagi merindukannya, aku hanya cukup teringat saja. Biarlah perasaan cinta dan benciku, terpendam dalam untuk selamanya dan menghilang.

Its Rainy Blue.
Hujan sore ini, membuatku kembali teringat pada cerita sedih.

Di tikungan jalan itu, di mana saat langkahku terhenti. Aku tau, detik itu juga semua sudah berakhir. Tapi entah kenapa, aku masih ingin mengejarnya. Itu adalah sebuah ketidak adilan bagiku, tapi sekarang biarkan aku menghapus ilusimu.

Di tikungan jalan itu, aku berdiri di bawah lampu jalan yang menggambarkan bayangan diriku yang sendiri. Pandangan mataku melemah, memori waktu aku terkelilingi kasihnya memudar secepat asam sianida. Pelukan hangat yang ada di depanku, terasa dingin membekukan semua sendi di hatiku seketika, detik-detik di mana cintaku hilang mengalir di bawah hujan bersama air mata.

Hujan hadir dengan kisah awal dari kesepianku, tapi sekarang hujan akan mengakhiri juga arti dari kesedihanku. Tentang rindu, Kevin dan juga Karin. Kurasa mereka tak pantas lagi menjadi salah satu ingatanku, ku akui aku membencinya walau aku mencoba menahan untuk tidak.

Tapi sekarang, aku akan benar-benar menghapus semua tentang mereka. Cukup melepaskan, dan mencari cara terbaik dalam melupakan.


.
.
.

Senang bisa kembali menulis, semoga klian suka...
Makasih buat kamu yg udah mau baca, aku menulis memng untuk di baca...
Semoga kalian suka dgn cerita ini...

Boleh juga kasih vomment kalian, itu berarti sekali untuk author...

Makasi, see you next chapter 😊😊😊😊

Rainy BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang