Takdirku, Apakah itu Kamu?

873 79 4
                                    

    ☔ 


Suasana pagi yang cerah cukup menjadi vitamin pelengkap hari ini, gerombolan orang yang datang seperti kumpulan ikan sarden yang terkejar jaring. Sangat ramai.

Reyla berjalan sedikit berlari kecil, dengan celana jeans berwarna navy dan kemeja kotak-kotak berwarna pinkbaby. Tak terasa dia sudah tumbuh dewasa, banyak hal yang memberinya cara untuk berpikir ke depan. Sekarang, dia akan kembali menata hidupnya dengan benar. Terlepas dari Kevin yang telah menjadi masa lalu, dan juga Aldo... pertemuan singkat yang terputus begitu saja.

Sebenarnya pertemuan pertama Reyla dan Aldo bukan waktu malam itu, saat Reyla memutuskan hubungannya dengan Kevin. Tapi saat hujan sepulang sekolah, ketika Reyla menunggu angkot di depan teras toko yang tutup. Cowok berjaket yang menerobos hujan, dan ikut berteduh di sampingnya waktu itu adalah Aldo. Tapi sebenarnya Reyla tak pernah tau, ada banyak pertemuan sebelumnya dengan Aldo yang tak ia sadari, dan pertemuan singkat membuatnya harus merasakan kekecewaan yang terpendam.

Di musim hujan lalu, banyak hal yang berakhir dengan begitu cepat. Dan untuk tahun ini, biarkan Reyla kembali memulainya dengan benar.



     ☔  

Reyla sudah menyelesaikan semua urusannya, dia melirik sekilas jam tangan berwarna violet di pergelangan tangan kirinya. Menunjuk pukul 2 siang, sudah hampir seharian dia mengurus keperluannya. Dan sekarang jadwal ospek sudah ada di dalam map kuning miliknya.

Reyla segera menuju ke tempat parkir untuk mengambil motornya, tapi tiba-tiba saja langkahnya tertahan. Mata cokelatnya yang pekat telah menangkap sosok bermakna yang menghentikan langkahnya saat itu juga, apa itu Aldo? Batin Reyla mulai menelisik, tapi apa yang dilihatnya benar-benar nyata. Dia melihat Aldo yang kini berdiri menghadap sebuah papan pengumuman.

"Aldo?" lirihnya sambil melangkah pelan, cowok tinggi berjaket hitam dengan tas ransel hitamnya itu menoleh seketika.

"Aldo?" lirihnya sambil melangkah pelan, cowok tinggi berjaket hitam dengan tas ransel hitamnya itu menoleh seketika

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Reyla benar-benar terkejut melihat bahwa itu memang benar Aldo, senyuman perlahan mengembang di wajah Reyla. Cowok tinggi itu awalnya juga terkejut melihat kehadiran Reyla di sana, tapi senyuman langkanya itu melengkung dengan indah menyambut pertemuan ini.

"Lo ngapain di sini?" satu pertanyaan itu keluar dari bibir Reyla.

"Lo kuliah di sini?" bukannya menjawab, Aldo malah balik bertanya. Reyla mengangguk.

"Gue bakal repot lagi karena harus sekampus dengan cewek secengeng lo," jawab Aldo sambil tersenyum miring, Reyla masih melongo.

"Bukannya lo?"

"Gue gak nyaman di sana, gue gak jadi pindah." Ucap Aldo langsung menyahut.

Senyum sumringah merekah di wajah Reyla, tiba-tiba saja dia merasa begitu bahagia. Kenyataan ini hal yang sederhana, tapi kenapa kesederhanaan ini membuatnya begitu bahagia?

"Rey?" tiba-tiba terdengar suara dari belakang Reyla.

"Kevin?"

     ☔  

Reyla melamun sendiri di sebuah café dekat kampus barunya, hari ini begitu banyak kejutan yang terjadi. Dua orang yang tak asing lagi tiba-tiba muncul kembali, di satu sisi dia bahagia karena bisa melihat Aldo, cowok yang telah menariknya dari keterpurukan. Tetapi di sisi lain, Kevin yang menjadi keterpurukan itu datang dan kembali.

Entah apa yang terjadi, takdir seolah berputar dan berpusat pada diri Reyla. Reyla tak peduli dengan nasib percintaan Kevin dengan Karin, yang dia pikirkan sekarang adalah kenapa dia harus bertemu lagi dengan cowok seperti Kevin. Reyla tak bisa menjamin hatinya untuk baik-baik saja, mungkin ini akan sulit baginya.

Tringgg... pintu café terbuka, seorang cowok tinggi berjaket hitam baru saja masuk. Reyla masih terkunci dengan lamunannya, sampai dia tak sadar cowok tinggi itu adalah Aldo. Aldo yang melihat Reyla sedang duduk sendiripun akhirnya mendekat, dia langsung duduk di depan meja Reyla. Reylapun tersontak dari lamunannya itu.

"Lo baik-baik aja?" satu pertanyaan dari bibir Aldo itupun menyambut kesadarannya.

"Hm," Reyla hanya tersenyum hambar.

"Lo gak perlu mikirin bagaimana cara lo ngehindar, lo hanya perlu mikirin diri lo sendiri," ucap Aldo yang telah membaca keresahan dari sorot mata Reyla, lagi-lagi Reyla hanya tersenyum hambar tanpa makna.

"Gue boleh tanya satu hal ke elo?" lirih Reyla, Aldo hanya mengangguk enteng.

"Andai aja, Laura tiba-tiba muncul di depan lo. Apa yang lo lakuin?"

"Gak ada yang harus gue lakuin, tanpa gue bicara dia akan mengerti gue baik-baik aja," jawaban cuek dari Aldo mulai membuat Reyla berpikir. Reyla tau, Aldo tak setegar itu. Rasa sakit di masa lalu, akan tetap terasa sekecil apapun getarannya.

"Sepertinya, gue butuh belajar setegar lo," lirih Reyla sambil tersenyum sumbang, Aldo terdengar terkekeh.

"Jangan terlihat rapuh di depan orang yang udah nyakitin lo, itu hanya akan membuat mereka merasa menang. Hati lo gak pantas di injak-injak lagi," ucap Aldo kemudian, Reyla mulai merasa mengerti mengapa seseorang butuh curhat ke orang lain. Agar ada yang berpihak dengan kita, agar ada yang mau mendengar dan memahami jauh lebih baik dari diri kita sendiri.

Berbicara dengan Aldo selalu membuatnya lega, dia mungkin tampak dingin tapi sesungguhnya tak ada orang lain yang mengerti Aldo selain Reyla.

"Mungkinkah ini takdir baik? Takdirku, apakah itu kamu?" –Reyla-

☔ 

Silahkan kasih komentarmu ya...

Jangan lupa votenya..

Akan lanjut kalo banyak yang respon, lagipula akunya juga masih ujian...

Untuk castnya yang punya masukan bisa comment aja...

Thanks yang masih setia baca, makasih :)

Rainy BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang