Enam : She is Sick

3.3K 280 8
                                    

"Kalau kamu butuh sandaran, aku siap jadi sandaran kamu. Jika dia tidak membutuhkanmu, maka aku butuh kamu."

-----

Perkataan itu menikam jantung (Namakamu). Untuk tidak boleh berdetak lagi. Ia butuh seseorang yang akan datang untuk mengulurkan tangan kepadanya, bukan ia yang mengulurkannya.

Seseorang datang dan langsung menutupinya dengan payung. (Namakamu) lantas mendongak ketika rintik hujan yang barusaja berjatuhan itu menghilang.

"Aldi?"

Aldi tersenyum menatap (Namakamu), "Kenapa lo di sini, (Nam..)? Lo gak tahu kalo hujan-hujanan bikin lo sakit?!"

(Namakamu) kembali menundukkan kepalanya tetapi Aldi membuatnya kembali mendongak. "Jangan menunduk, nanti mahkotamu jatuh."

Setelah perkataan Aldi itu, (Namakamu) langsung menoleh dengan tatapan menahan air matanya keluar.

"Lo boleh nangis sepuasnya, boleh meluk, bersandar, atau apapun di gue. Jika dia gak butuh lo, maka gue butuh lo juga suatu saat."

Perkataan Aldi itulah yang langsung membuat (Namakamu) mendekapnya dengan erat. Lalu gadis itu menangis dengan sekeras-kerasnya, tidak memerdulikan pakaian Aldi yang nantinya basah. Tidak juga memikirkan Aldi yang masih memegang payung untuk melindungi mereka.

'Bagi aku tangisan kamu adalah cambukan. Aku akan terus lindungi kamu bahkan walaupun kamu terus nyakitin hatiku.' Batin Aldi sambil membalas pelukan (Namakamu) dengan satu tangan yang tidak memegang payung. Ia terus mengelus punggung dan rambut (Namakamu) bergantian.

Seseorang laki-laki yang berada di balik pohon dekat dengan (Namakamu) itu mengepalkan tangannya. "Gue bakal bikin Iqbaal salah paham tentang ini. Lalu gue bakal singkirin (Namakamu) dari bocah itu."

Ia bergumam sambil mem-foto kegiatan (Namakamu) dan Aldi. Lalu ia tersenyum miring ketika melihat hasilnya.

"Ayo, Pak." Ajaknya menjauh dari taman pada seseorang bertubuh tegap yang memayunginya. Di perjalanannya keluar dari taman itu dia begumam, "(Namakamu) cuma milik gue."

-----

Setelah tiga hari berlalu, Iqbaal tidak melihat (Namakamu) yang ada di sekolah. Dipikiran Iqbaal, mungkin saja gadis itu mencoba menghindarinya atas bentakannya waktu itu.

Namun, Iqbaal merasa ganjil karena sahabat (Namakamu) selalu duduk sendiri di kantin. Terkadang juga hanya dengan pacarnya, si Farkhan. Lalu ia memberanikan diri ke kelas (Namakamu) dan bertanya pada salah satu murid cowok disana.

"(Namakamu) kemana ya?"

Cowok itu mengernyitkan dahinya. "(Namakamu) siapa?"

Iqbaal menggelengkan kepalanya. Ia bahkan tidak tahu kepanjangan nama gadis itu.

"Ohh.. (Namakamu)! Dia tadi sakit. Gue gak tau juga sih kenapa.. soalnya tiga hari berturut-turut ini katanya sakit. Tapi gue yakin, sesakit-sakitnya orang mungkin dia lagi patah hati."

Deg..

Apakah Iqbaal penyebabnya?

Mendadak Iqbaal merasa sedih mendengar bahwa ia penyebab (Namakamu).

"Yaudah makasih infonya. Gue duluan."

"Sama-sama."

Di dalam perjalanannya menuju parkiran motor, Iqbaal terheran. "Kenapa gue bisa-bisanya mikirin dia?"

-----

Di sinilah Iqbaal berada, sebuah alamat yang dikasih oleh cowok tadi yang berada di kelas (Namakamu). Dipandangnya lagi kertas itu benar tidaknya alamat yang ia tuju. Karena sepertinya rumah ini tergolong sangat sepi. Ia sempat tidak mempercayai cowok tadi yang memberinya alamat ini.

Namun, seorang wanita paruh baya keluar sambil membawa kantung belanjaan. Ia terkaget ketika melihat Iqbaal, "Loh? Ada apa, Den? Nyari non (Namakamu)?"

Mendengar perkataan itu, Iqbaal sekarang yakin bahwa rumah besar ini milik (Namakamu). Langsung saja ia dipersilakan masuk oleh supir dan beberapa satpam di rumah (Namakamu).

Sekarang ia telah berada di depan kamar (Namakamu). Sebenarnya ia mulai ragu lagi untuk mengetuk ataupun masuk ke dalam. Mengingat perkataannya yang tempo lalu sangatlah kasar.

Walaupun akhirnya ia tidak menyangka dan mengetuknya.

Tok.. tok.. tok..

"Masuk, Bi! Gak dikunci kok." Teriak seseorang dari dalam.

Dengan degup jantung yang berdetak keras itu, Iqbaal membuka pintunya perlahan.

(Namakamu) yang langsung melihat wajah Iqbaal itu memalingkan wajahnya. Dalam pikirannya apakah gerangan Iqbaal menghampiri rumahnya. Apa pria itu ingin membentaknya lagi atau yang lainnya?

Iqbaal duduk di pinggir ranjang (Namakamu). "Lo sakit apa?"

'Sakit tapi gak berdarah.' Batin (Namakamu) menggeram. Namun, ia malah menjawab pertanyaan Iqbaal dengan sewot. "Bukan urusan lo, kenapa harus peduli sama gue?"

Deg..

Jawaban itu langsung tepat di hati Iqbaal seperti mengoyaknya. "Gue bawain lo makanan, nih."

(Namakamu) menatap Iqbaal dengan tajam, "Gue gak mau makan! Percuma!"

Iqbaal yang melihat itu kini mulai membentak (Namakamu), "Lo jadi cewek pilih-pilih ya! Makanya gue gak suka sama lo!"

"Emang dari awal lo gak suka sama gue kan? Gak mau gue intilin kan? Kenapa lo bersikap seolah-olah kita masih pacaran?!" Lalu (Namakamu) berdecih dan menatap Iqbaal dengan sinis.

Sekarang, perkataan Iqbaal adalah senjata baginya. Apa yang diucapkan oleh dirinya, kembali dibalikkan oleh (Namakamu). Ternyata begini rasanya sakit.

"Gue taruh sini. Terserah mau lo makan atau enggak. Gue pergi."

(Namakamu) masih acuh tak acuh saat Iqbaal keluar dari kamarnya. Ia melirik sedikit ke kantung yang Iqbaal bawa lalu mengambilnya. Yang tidak bakal Iqbaal ketahui adalah (Namakamu) memeluk sebuah kotak di dalamnya itu kemudian memakannya.

"Aku emang nolak. Tapi ketika kamu sudah gak melihatnya, aku akan memperhatikannya."

"Loh? Non (Namakamu) sudah makan? Bibi barusaja bertanya mau makan apa.." tanya Bibi ketika (Namakamu) memakan nasi kotak Iqbaal tadi.

"Bi.. aku mau minum.." rengeknya.

Bibinya tersenyum kemudian menjauhi (Namakamu) untuk memenuhi permintaannya. (Namakamu) masih manja seperti biasanya.

Bersambung..

Kasihan (Namakamu)..
- Iya nih😳 Anin jadi gak tega. Kalian maunya gimana? Btw udah agak panjang nih isi ceritanya.
Untuk masalah update, tenang. Tapi gak perlu buka papan pesan, buka ada desc me.

Lots Love,
Anindya A. R.

Diterbitkan : Rabu, 07 Maret 2018
Next update : check my profile.

Possessive Bad Girl ×IDR [SGS] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang