Sebelas : Doubtfully

3.2K 256 8
                                    

"Jangan pernah meragukanku. Karena kalau kamu ragu, aku juga ragu untuk melangkah ke depan bersamamu."

.

****
Iqbaal mengalihkan pandangannya dari seorang pencuri itu dan melihat ke arah (Namakamu). Gadis itu sudah tenang, namun badannya gemetar ketakutan. Mungkin ia takut diapa-apakan oleh orang seperti itu atau pernah trauma.

Dengan tersenyum penuh perhatian, Iqbaal menghampiri (Namakamu) lalu jongkok dihadapannya. Ia mengulurkan tangan dan mengelus rambut (Namakamu). "Semuanya akan baik-baik aja."

(Namakamu) memang sudah tidak bergetar lagi. Namun, ia terisak dengan kencang sehingga Iqbaal langsung menarik gadis itu ke pelukannya. "A.. aku takut.. bibi.. bibi tadi diiket, satpam depan juga dikasih obat tidur."

"Ssst.. sekarang, ada aku di sini. Jangan takut lagi, aku pasti bakalan lindungin kamu."

Untuk sementara.. Iqbaal merasa ia harus berbuat seperti apa yang hatinya katakan. Ia hanya mengikuti apa yang hatinya ingin katakan tanpa ingin tahu apa yang akan terjadi hari esoknya.

*****

(Namakamu) bangun pagi-pagi sekali. Rasanya dia sangat bahagia, seakan-akan dunia menjadi sahabatnya. Dia rela dari subuh sampai jam enam pagi hanya belajar memasak.

Bahkan, pembantunya yang tahu bahwa nonanya itu orang yang manja bisa saja seperti itu. Dia juga ikut bahagia ketika tahu (Namakamu) sedang kasmaran. Dia sangat berterima kasih untuk orang yang membuat majikannya itu sangat ceria.

"Nona, boleh saya tahu itu untuk siapa?"

(Namakamu) senyam-senyum, dia melirik ke arah Bibinya dengan malu-malu. Tetapi, dia sama sekali tidak mengatakan untuk siapa itu ditujukan.

"Untuk orang yang njenguk nona sakit?"

(Namakamu) hanya tersenyum sekilas. "Dia.. bakalan suka gak ya, Bi?"

"Pasti itu Nona!" Seru Bibinya itu sambil mengepalkan tangannya ke udara.

Dia tertawa melihatnya sejenak. Lalu pudar dikikis oleh kenyataan, "Kalau dia nolak?"

"Gak mungkin, Non! Nona (Namakamu) adalah orang baik yang bibi kenal, tidak mungkin ditolak."

Walaupun Bibinya itu berkata polos, debaran jantungnya tidak beraturan. Dia merasakan de javu dengan kata-kata 'ditolak'. (Namakamu) tersenyum. Sementara Bibinya senyam-senyum karena turut bahagia.

*****

"Ini."

(Namakamu) menyerahkan kotak bekal makan siang yang dibuatnya dari rumah itu. Namun, seseorang di hadapannya masih dengan keterpakuan melihat kotak bekal makan itu. "Ngerasa jijik?"

Iqbaal menggeleng kuat.

Hal itu membuat (Namakamu) tertawa. "Gitu banget ekspresinya."

Iqbaal hanya tersenyum sekilas dan mengambil kotak makan siang buatan (Namakamu). Perlahan, ia membuka isi kotaknya dan sesekali ia melirik ke arah (Namakamu).

"Kenapa gak dimakan? Gak ada racun kok."

"Siapa tahu lo naruh?" Gumam Iqbaal tidak terdengar.

Mereka hening sejenak. Namun, rasa penasaran Iqbaal mulai muncul. Ia pun memberanikan dirinya untuk bertanya. "Kenapa lo suka sama gue? Kenapa harus merjuangin gue?"

"Kenapa?" Sahut (Namakamu) dengan lirih.

Iqbaal pun menjadi terdiam.

"Kamu kelihatannya sedang ragu ya?" Ucap (Namakamu) yang melihat tiba-tiba Iqbaal terdiam.

Possessive Bad Girl ×IDR [SGS] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang