23

115 13 2
                                    

Sarah menatap Sonam yang berusaha menenangkan  dirinya sendiri, mencari kesibukan untuk tidak meneteskan airmatanya.

"Sonu, dia hanya sedang mabuk, jadi dia berkata seperti itu. Besok dia akan kembali dan menemuimu. Tenang saja! Dia akan meminta maaf padamu" pungkas Sarah mencoba menenangkan Sonam.

"Aku bukan anak kecil lagi, Sarah! Dengan kata-kata manis, tidak akan membuat diriku benar-benar baik! Hanya karena aku membuat satu kesalahan besar, mereka mencari-cari kesalahan kecilku! Aku benci ini semua! Aku membenci mereka semua!" Kesal Sonam membanting semua peralatan dapur.

"Sonam kau gila ya! Semua itu kita pakai untuk memasak!" Marah Sarah melihat semua barang dirusak.

"Biarkan tidak usah masak! Mati saja biar orang senang!" Ujar Sonam lalu membanting pintu dan menguncinya dari dalam.

Sarah mencoba menenangkan dirinya sambil membereskan panci, wajan dan beberapa peralatan dapur lainnya.

Menjelang sore, Sonam tidak keluar dari kamarnya, bahkan pikiran Sarah pun bertebaran kemana-mana, ia mulai memikirkan darimana ia bisa mendapatkan uang. Berpikir, terus berpikir sampai matanya tertuju pada sepatu yang dibelikan Sonam dulu.

"Sonam membelinya ditoko mahal, jika aku jual pasti lumayan, aku bisa memakai sendal jepit, aku akan menjualnya saja." Batin Sarah lalu membungkus sepatunya memakai kardus sepatu lain.

"Sonam, aku pergi keluar sebentar. Aku akan kembali" pamit Sarah seraya mengetuk pelan pintu kamar Sonam.

Sarah pergi kesuatu mall yang biasa menjual sepatu-sepatu ori bekas. Biasanya tokonya berada dipaling bawah didekat tempat parkir.

"Aku ingin menjualnya, aku beli beberapa hari yang lalu. Ini asli bukan KW. Ini model terbaru" ujar Sarah sambil memberikan sepatunya. Tukang sepatu itu mulai melihat-lihat sepatu Sarah.

"Aku akan bayar 3 juta untuk sepatu ini" pungkas penjual sepatu ini.

"Aku membelinya ditoko mahal di mall yang terkenal. Beri aku 8 juta dan kau boleh mengambilnya" tawar Sarah yang menolak harga rendah.

"Nona, jika kau meminta sebanyak itu bagaimana ku hidup? Kau pikir setelah ku bayar, sepatumu akan terjual? Aku malah akan rugi!" Ujar tukang sepatu itu memberikan sepatunya Sarah kembali.

Seorang laki-laki gendut memakai seragam hitam mendekati Sarah.
"Nona, ada yang ingin bertemu denganmu." Ujarnya sambil menunduk dihadapan Sarah.

"Kau siapa? Siapa yang akan menemuiku?" Tanya Sarah bingung.

"Dia menunggu dimobil, dia menunggumu" jawabnya masih menunduk. Sarah pun mengambil sepatunya dan mulai mengikuti laki-laki itu mendekati sebuah mobil sedan putih. Dia mulai membukakan pintunya dan terlihat Deepika Padukone tengah tersenyum manis padanya dan mempersilahkan duduk didekatnya.

"Apa yang kau lakukan disana? Kau ingin membeli sepatu?" Tanya Deepika menatap Sarah.

"Kau melihatku? Kenapa tidak langsung menemuiku? Hmmm.. Tidak Deepika, aku mau menjual sepatuku ini." Jawab Sarah singkat seraya menunjukkan sepatunya.

"Jika aku langsung menemuimu, mereka semua akan berteriak-teriak. Aku masih butuh ketenangan, Sarah.. hmm.. Kenapa? Kau tidak suka?" Tanya Deepika lagi.

"Bagaimana mungkin aku tidak suka Deepika, ini adalah pemberian terbesar Sonam padaku, tapi sekarang  aku membutuhkan uang" pungkas Sarah mulai lesu.

"Waktu pertama kali aku menemuimu di apartemenmu, aku bersama Baba dan Maa serta kedua adikku itu. Maa sekarang sakit dan dirawat di rumah sakit. Baba membutuhkan uang. Tapi dia hanya penjual Pani puri. Adikku masih sangat kecil, ditambah dengan masalah Sonam aku tidak bisa menjaga adik-adikku membuat Baba tidak bisa bekerja." Ujar Sarah menunduk sambil menggenggam sepatunya.

"Aku akan meminjamkanmu uang Sarah, kau tidak perlu khawatir" pungkas Deepika memegang pundak Sarah.

"Tidak Deepika, aku tidak akan bisa membalikkan uangnya. Belilah sepatuku ini. Maukah?" Ujar Sarah bertanya. Deepika tersenyum.

"Kau bilang sepatu ini adalah pemberian terbesar Sonam padamu. Jika kau menjualnya, kau tidak mempunyai apapun, lalu Sonam akan sangat kecewa padamu jika dia tahu. Kau tidak perlu membayar Sarah. Aku akan memberikanmu cuma-cuma" pungkas Deepika yang begitu lembut. Sarah pun berpikir

"Tidak Deepika, kau begitu sangat baik, tidak bisa kuterima kebaikan mu lagi. Bahkan Sonam belum meminta maaf padamu" ucap Sarah menolak. Deepika terdiam melihat Sarah yang kekeh tidak mau dibantu.

"Deepika, aku bisa bekerja denganmu. Aku akan menjadi pembantu dirumahmu, aku bisa menjadi asistenmu membawa barang-barang milikmu. Aku bisa melakukan apapun. Tidak usah kau gaji aku." Lanjut Sarah tersenyum memberikan penawaran. Deepika tersenyum.

"Kau belum makan?" Tanya Deepika.

"Aku.." jawab Sarah terpotong.

"Aku yakin kau belum makan, wajahmu sangat pucat dan matamu hitam. Aku tau kau kurang istirahat. Kita akan makan dirumahku. Ibuku telah memasak, masakan kesukaanku" lanjut Deepika lalu menyuruh supirnya menjalankan mobilnya.

Sesampainya disana, Sarah tampak gugup karena akan bertemu keluarga Deepika yang ia tahu sendiri baru kemarin mereka terlibat masalah bersama.

Begitu sama halnya ketika semua keluarga Deepika tertuju pada Sarah. Semua orang berhenti melakukan pekerjaannya dan mendekati Deepika. Terlihat Deepika sedang begitu keras menyakinkan dan menjelaskan kepada keluarganya. Tak beberapa lama, semua kembali dengan pekerjaannya, Deepika dan ibu Deepika mendekati Sarah.

"Ayo sayang kita makan bersama" ujar ujjala, Ibu Deepika sambil tersenyum.

"Masuklah Sarah, jangan sungkan" ucap Deepika menyambung.

Sarah duduk dimeja makan bersama keluarga Deepika. Ayah, ibu dan Annisa ada disana.

"Deepy, kau sudah mengambil cek ayah di paman Roy?" Tanya Prakash memulai perbincangan.

"Sudah ayah, aku sudah mengambilnya." Jawab Deepika sambil menyuap nasi biryaninya.

"Kau masih tinggal bersama Sonammu itu, Sarah?" Tanya Annisa yang sangat sensitif. Semua melirik Sarah dan Sarah hanya mengangguk pelan.

"Oh iya, Ibu, Sarah akan membantu pekerjaan dirumah. Dia akan membantu kita semua disini." Ujar Deepika tersenyum.

"Iya Bibi, Paman, kakak Annisa. Aku minta maaf atas kejadian lalu, bolehkah aku kerja disini?" Tanya Sarah memohon.

"Apakah Sonamu itu tidak bisa menghidupimu? Apakah dia sudah miskin sekarang sampai kau harus bekerja?" Celetuk Annisa. Ujjalan tampak menegur Annisa.

"Oke, baiklah Sarah. Kau bisa bekerja disini. Besok kemarilah pagi-pagi" ujar Ujjala tersenyum pada Sarah.

"Tidak Bu, besok pagi kami akan pergi kerumahsakit. Aku memintanya untuk menemaniku check-up" potong Deepika yang mencari alasan.

"Oke baiklah, terserah padamu" jawab Ujjala.
Mereka pun selesai makan malam.

"Kau tidur disini saja Sarah, sudah larut. Besok kita akan kerumah sakit bersama" ujar Deepika diruang tamu.

"Aku mulai terbiasa tidur bersama Sonam, jika aku belum disampingnya aku tidak bisa tidur" ujar Sarah sedikit tertawa.

"Ohh Sweet.. baiklah, supirku akan mengantarmu pulang. Hati-hati dijalan" ucap Deepika tersenyum.

"Terimakasih atas semuanya Deepika. Aku tidak bisa membalas apapun untukmu. Aku minta maaf atas kejadian tempo lalu. Aku sangat menyesal" pungkas Sarah.

"Bukan salahmu, lagipula aku sudah melupakannya. Kita hidup dihari ini bukan kemarin. Jadi lihatlah kedepan jangan kebelakang. Pulanglah dan istirahatkanlah matamu, besok kita akan bertemu" jawab Deepika dengan bijaknya. Sarah pamit dan mencium tangan Deepika lalu masuk kedalam mobil.

Sampai apartemen, Sarah melihat Sonam yang tertidur dikamar tanpa menguncinya, kamarnya terbuka. Dia menaruh sepatunya kembali dan membuang kardusnya. Sarah membasuh wajahnya dan kemudian tidur disamping Sonam.

---------------------Bersambung-----------------

Halloo guys...
Update lagi nihh hehehe..
Bakal berantem lagi nihh..
Makasih dah mau baca...
Staytune dan jangan lupa votenya pliss...
Matursuwun nggeh🙇🙇❤

Meet SonamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang