IT'S OKAY

126 15 3
                                    

Tangan Sarah seketika dingin, nafasnya tak beraturan dan jantungnya tak sama sekali berhenti berdegup kencang. Sarah bingung kenapa Anil tak kunjung berbicara, dia ingin menatapnya namun rasa ketakutannya membuatnya hanya bisa menunduk.

"Sarah kapan kau akan kembali ke Indonesia?" Tanyanya membuat bulu kuduk Sarah ketika merinding hebat.

"Secepatnya, secepatnya aku akan kembali" jawab Sarah dengan cepatnya.

"Kenapa?" Tanya Anil lagi mengerutkan dahinya.

"Kenapa? Karena, karena kau memintaku tuan, aku, aku akan mematuhi semua perintahmu" jawab Sarah sangat gugup.

"Apa aku memintamu untuk pulang? Kapan? Kapan aku bilang?" Tanya Anil berfikir. Sarah terdiam, karena gugupnya Sarah bingung mencerna perkataan Anil.

"Begini tuan, aku kira kau tidak suka aku disini. Karena ku, Sonam bersembunyi, karena ku Sonam tidak menyambutmu tadi. Aku rasa kau tidak menyukaiku dan aku bisa pergi, tuan." Pungkas Sarah dengan polosnya.

"Hahaha, kau menyalahkan sesuatu yang bukan kesalahanmu. Bahkan kau berfikir buruk tentangku. Mana mungkin aku mengusirmu setelah kau berbuat ini semua?!" Ujar Anil dengan tawanya membuat Sarah sedikit lega namun bingung. Seketika semua orang disana tersenyum kepada Sarah.

"Maksudnya?" Tanya Sarah bingung.

"Aku telah mendengar banyak dari Sunita. Bahkan aku melihatnya sekarang. Kau mampu mengubah Sonam dengan caramu. Lihatlah dia menjadi lebih baik" ucap Anil menatap Sarah dengan senyumnya.

"Benar Nak, kami tidak pernah sesabar dirimu. Dimata kami, dia selalu salah, dan berfikir dengan kesalahannya dia tidak akan membuat kebaikan apapun. Kami ingin kau terus bersamanya" ucap Sunita melanjutkan.

"Sarah, kakakku memang keras kepala, sangat egois dan berantakan. Tapi kau mampu mengertinya dibanding kami. Kami sangat berterimakasih" ujar Rhea menambah.

"Kami memintamu, untuk selalu bersamanya dan menjadi bagian dari keluarga kami" tutup Harshvardhan tersenyum.

Sangat sulit dipercaya, keluarga Kapoor mengatakan hal seperti itu bagaikan mimpi disiang bolong yang tidak dapat dipercaya sama sekali. Sarah tertegun dan tak percaya.

"Kalian semua sangat baik padaku. Dengan kalian memberikan tempat untukku tidur dan makan pun sudah lebih dari cukup"

"Tuan, aku sangat menghormatimu begitu juga Nyonya dan kakak Rhea juga Kakak Harsh. Untuk tinggal disini untuk beberapa saat aku sanggup dan aku sangat berterimakasih. Tapi jika untuk selamanya dan menjadi bagian dari keluargamu itu, mohon maaf aku tidak bisa." Pungkas Sarah berbicara sebaik mungkin. Anil tampak mencerna perkataan Sarah.

"Maafkan aku jika menuntutmu banyak Sarah. Namun aku sudah kehilangan cara untuk membuat Sonam berubah. Aku selalu kesal jika dia membuat kesalahan, bahkan aku tak segan memukulnya" ujar Anil menatap Sarah.

"Tuan, kata papaku, dulu saat aku kecil, aku sangat nakal, aku bermain di sungai saat musim hujan. Saat papa tahu, papa langsung memukulku dengan sapu. Tapi aku tetap pergi kesungai itu. Setelah ku besar, ketika aku masuk ke SMP aku sering bolos dan pulang tidak tepat waktu, kemudian aku gagal dalam ujian. Ketika aku melihat papaku pulang dengan basah kuyup karena hujan disitu baru aku sadar akan kesalahanku."

"Saat itu aku menangis kencang karena merasa bersalah. Lalu dia bilang, seorang anak melakukan kesalahan itu adalah hal yang wajar, apapun kesalahanmu, sebesar apapun kesalahanmu, tugas orangtua, tugas papa itu adalah memaafkan anaknya. Tak perduli apa yang dilakukan anaknya, papa akan selalu memberikan maaf padamu. Kau tidak perlu merasa bersalah, yang terpenting kau sudah mengetahui kesalahammu, itu sudah cukup bagiku." Ucap Sarah mengingat kisahnya.

Meet SonamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang